Berita di Surat Kabar
97
Pada Bab I, II, III, dan IV, kalian telah belajar mendengarkan berita untuk menuliskan ringkasan isi berita. Pada Bab VI kali ini,
kalian akan kembali belajar menanggapi berita dengan jalan 1 mencatat pokok-pokok informasi, 2 menuliskan butir-butir yang
merupakan fakta dan pendapat, 3 menyampaikan pendapat, dan 4 menyampaikan kembali informasi.
Di bawah ini disajikan sebuah teks berita tentang kiat Kabupaten Jembrana dalam mengentaskan kemiskinan. Krisis ekonomi yang
terjadi di negara kita tidak hanya dirasakan oleh sebagian daerah. Hampir di semua daerah pun mulai merasakan dampak krisis ekonomi.
Pendapatan berkurang, sementara harga barang-barang terus naik.
Diam dan pasrah tentu saja bukan solusi yang tepat dalam menghadapi krisis. Terus berusaha dan berdoa barangkali justru
menjadi jalan keluar terbaik. Seperti yang dilakukan masyarakat Kabupaten Jembrana, kini mereka bangkit untuk mengentaskan
kemiskinan. Bagaimana upaya mereka untuk melakukan hal itu?
Marilah kita mendengarkan pembacaan teks berita dari internet berikut Teks ini dibacakan salah seorang siswa.
Kiat Kabupaten Jembrana Mengentaskan Kemiskinan
Kabupaten Jembrana tergolong miskin di Provinsi Bali dengan angka kemiskinan mencapai 20 persen. Akan tetapi, dengan
pendapatan asli daerah sebesar Rp11,5 miliar per tahun, tingkat kesejahteraan masyarakatnya kini mulai merata sejak tiga tahun
terakhir. Semua itu berkat pola efisiensi dan upaya berkelanjutan dari pemerintah daerah setempat dalam memajukan mutu pendidikan
dan kesehatan masyarakatnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemkab Jembrana membangun sekolah kajian dengan kurikulum tambahan dan fasilitas terbaik.
Sekolah itu ditunjang tenaga pendidik dengan jenjang S1 serta perjalanan studi banding hingga ke mancanegara. Selain pendidikan,
faktor kesehatan juga tidak luput dari perhatian Pemkab Jembrana, yang terbagi menjadi empat wilayah, yakni Melaya, Negara,
Mendoyo, dan Pekutatan dengan jumlah penduduk 231.500 jiwa dan luas wilayah 841,80 hektare. Seluruh warganya diharuskan memiliki
asuransi kesehatan yang disebut Jaminan Kesehatan Jembrana– berlaku di puskesmas, rumah sakit, dan praktik-praktik dokter swasta.
Faktor lain yang mendorong pening-katan kualitas hidup di kabupaten yang terletak di sebelah barat Pulau Dewata ini juga
terwujud dengan peningkatan daya beli masyarakat. Untuk itu, Pemkab Jembrana memfasilitasi kebutuhan masyarakat yang ingin
melakukan usaha. Dukungan pemkab itu dibuktikan dengan pengembangan peternakan susu kambing yang sebagian besar
A. Menanggapi Informasi dari Media Elektronik
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 1
98
dipelihara secara tradisional. Tentu saja langkah dan komitmen tersebut harus dijalankan secara berkesinambungan. Dengan cara
lebih terarah, hasilnya pada masa mendatang akan makin nyata.
Sumber: www–sctv.com
Setelah mendengarkan pembacaan teks tersebut, marilah kita mencatat pokok-pokok penting tentang isi informasi tersebut Salah
satu pokok penting pada informasi di atas adalah sebagai berikut. •
Kesejahteraan masyarakat Kabupaten Jembrana, Bali mulai merata.
1. Temukan pokok-pokok penting lain dari informasi yang kalian
dengar tersebut 2.
Berikan tanggapanmu atas isi teks berita tersebut dan sertakan alasanmu
Pada Bab sebelumnya, kalian telah belajar membedakan opini dan fakta. Memahami opini dan fakta ketika membaca atau
mendengarkan berita sangat penting. Hal itu disebabkan, ada berita yang merupakan perpaduan antara fakta dan pendapat penulis.
Marilah kita mendaftar butir-butir isi teks yang merupakan fakta dan opini.
Tulislah di buku tulismu O jika pernyataan berikut merupakan opini Tulislah F jika pernyataan ini merupakan fakta.
1. Kabupaten Jembrana tergolong miskin di Provinsi Bali. ....
2. Dengan pendapatan asli daerah 11,5 miliar per tahun, kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Jembrana mulai merata. .... 3.
Pemerintah Kabupaten Jembrana membangun sekolah yang dilengkapi tenaga pengajar yang memadai. ....
4. Seluruh warga Jembrana diharuskan memiliki asuransi kesehatan.
.... 5.
Pemerintah Kabupaten Jembrana memfasilitasi kebutuhan masyarakat yang ingin melakukan usaha. ....
Adakah fakta dan opini lain yang kalian temukan dalam teks tersebut? Jika ada, coba kalian tuliskan fakta dan opini tersebut
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Pelatihan 1
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Pelatihan 2
B. Menemukan Nilai-Nilai dalam Cerita Pendek
Tentu kalian pernah membaca cerpen. Siapa pengarang cerpen, yang karya-karyanya kalian sukai? Kalian barangkali mengenal nama-
nama, seperti Ahmad Tohari, Nh. Dini, Seno Gumira Ajidarma, dan Jenar Mahesa Ayu. Mereka adalah pengarang-pengarang cerpen yang
namanya sudah terkenal. Apakah kalian ingin terkenal seperti mereka?
Kalian dapat menjadi cerpenis terkenal jika rajin dan tekun berlatih. Dengan terus berlatih menulis cerpen, kalian akan makin
Di unduh dari : Bukupaket.com
Berita di Surat Kabar
99
terampil sehingga harapan kalian untuk bisa terkenal seperti mereka akan dapat terwujud.
Di bawah ini, disajikan sebuah cerpen karya temanmu, Rina Lizza R. Silakan kalian baca cerpen itu di dalam hati Sambil
membaca, buatlah catatan di buku tulis kalian, tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Sekarang, silakan kalian mulai membaca cerpen ini
Pak Tua
Rina Lizza Tubuhku menciut diselimuti udara yang dingin pagi itu.
Kugosok-gosokkan jemariku dan kurapatkan dekapan mantel bututku. Tadi malam hujan cukup deras. Pantas, udara pagi ini jadi
begitu dingin. Kulihat beberapa orang berjalan tergesa-gesa, berusaha mengusir hawa dingin di tubuhnya. Seorang ibu melilitkan syal
hangat berwarna merah jambu di leher anaknya. Terlintas perasaan iri di benakku: Aku tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu.
”Hei, jangan melamun Pikirkan akan ke mana kita hari ini.” Sebuah suara mengusik lamunanku. Dengan enggan kuangkat
badanku dan berjalan terseok-seok mengikuti langkah pria yang tadi membentakku. Kata orang, dia bekas konglomerat, tak ada yang tahu
nama aslinya. Hanya saja, orang-orang memanggilnya dengan sebutan Pak Tua.
”Pak, memangnya kita mau ke mana sekarang?” suaraku terdengar parau, seperti habis dicekik, aku nyaris tak mengenali
suaraku sendiri. Kutunggu jawaban Pak Tua, tapi yang kudengar hanya helaan napasnya, ”Aku tak tahu,” ujarnya enggan. Kutatap
punggungnya dari belakang, dekat, tetapi terasa amat jauh. Aku selalu merasa ia adalah orang tua yang kesepian. Di balik asap rokoknya
kutemukan tatapan kosong dan raut penuh kesedihan. Walau begitu, aku tak pernah berani bertanya masa lalunya sebab aku pun punya
masa lalu yang tak bisa kujelaskan.
Akhir-akhir ini, kami selalu bangun lebih awal, kata Pak Tua, sekarang ini jika tidak rajin kita akan tersikut pendatang baru. Selain
Gambar 6.1 Mengikuti langkah Pak Tua
itu, kami sengaja berlatih beberapa bait puisi dan lagu baru yang sedang in. Untuk anak
tujuh tahun sepertiku, bukan hal sulit untuk menghafal beberapa lagu sekaligus. Lagi
pula selagi aku masih balita, ibu selalu mengajariku menghafal ayat-ayat kitab suci
sehingga aku telah terbiasa menghafal.
”Hei, sudah berapa kali aku bilang? Jangan melamun Lihat, antrean sudah
panjang,” suaranya lebih mirip ancaman di telingaku. Karena tiga kali teguran berarti
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 1
100
jatah makan hari ini berkurang. Deretan mobil-mobil seperti tak ada ujungnya, kami menghampiri satu per satu. Jika beruntung, kami
mendapat lebih dari sepuluh ribu rupiah seharinya. Begitulah rutinitas kami setiap hari, bangun, bekerja lalu saat
malam menjemput, kami kembali ke tempat Pak Tua. Sungguh hari- hari yang berat. Peluh di tubuhku adalah lapisan kulitku yang kedua.
”Kau tahu? Aku tak suka melihatmu melamun begitu. Wajahmu saat melamun, selalu mengingatkan aku akan anakku, aku sangat
merindukannya,” ujarnya sendu, matanya terus menerawang entah ke mana, sedangkan tangannya tak pernah lepas dari rokok kreteknya.
”Sudahlah, cepat makan, kalau sudah dingin, lauknya tak enak.”
”Bapak juga jangan melamun karena wajah Bapak saat melamun mirip wajah ayahku.”
Ah, apa yang aku katakan? Sekilas kulihat Pak Tua terkejut mendengar ucapanku barusan. Padahal aku hanya bermaksud
menghiburnya, tapi sepertinya ia tak suka mendengarnya. ”Nama anakku sama dengan namamu, Henry. Ia juga seusia dengan-
mu. Bedanya, sekarang ini mungkin ia sedang makan enak di rumah orang kaya. Ia anak yang baik dan pintar, tapi sayang ibunya gila.”
”Maksud Bapak, ibunya kurang waras? Dia istri Bapak, lantas kenapa sekarang Bapak di sini, tidak bersama anak dan istri Bapak?”
”Kau masih kecil, tak akan mengerti. Di dunia ini seringkali uang menjadikan seseorang gelap mata, lupa segalanya. Perempuan
itu gila, bukan otaknya yang terganggu, tapi nuraninya. Ia gila harta. Bapak di sini karena Bapak bukan hamba uang, mungkin pekerjaan
Bapak sebagai seorang seniman telah membuat Bapak kehilangan anak dan istri Bapak. Sudahlah hari sudah larut, besok kita harus
bekerja lagi.”
Ia mengakhiri ceritanya dengan desahan panjang seperti biasa, namun kali ini desahannya terasa lebih pilu. Kata-katanya tadi sedikit
pun tidak aku pahami. Aku sendiri merupakan anak terbuang. Ibu tak menginginkan aku dan membuangku saat masih balita ke panti
asuhan. Aku tak suka tempat itu karena itulah aku ada di sini sekarang.
Aku terus berpikir tentang kata-kata Pak Tua yang tak aku pahami, hingga tak terasa aku tertidur dan saat kubuka mataku,
matahari sudah tinggi di ujung cakrawala. Aneh, hari ini tak ada suara Pak Tua yang membangunkanku,
mungkin ia kelelahan semalam. Kubuka mataku perlahan, berusaha menyambut pagi dengan semangat yang baru. Tapi, apa yang
kutemukan justru membuat semangatku rontok. Orang banyak berkerumun di sampingku, suara mereka berisik sekali, ada apa ini?
”Adik kenal dengan Bapak ini?” Petugas polisi berseragam lengkap menanyaiku dengan wajah serius.
”Ya, memangnya ada apa dengannya? Mengapa orang-orang mengerumuninya?”
Di unduh dari : Bukupaket.com
Berita di Surat Kabar
101
”Ia ditemukan meninggal semalam. Mungkin adik tahu penyebabnya?”
Apa? Tak mungkin. Ia masih bercakap-cakap denganku tadi malam. Polisi tadi pasti sedang bergurau. Aku menerobos kerumunan
orang yang mengelilingi Pak Tua. Apa yang aku lihat membuatku tak ingin mempercayai mata kepalaku sendiri. Ia tergeletak, ia telah
tiada. Aku menangis sejadi-jadinya. Ia adalah orang yang selama ini telah menggantikan posisi ayah di hatiku.
Di sampingnya, berlutut seorang wanita muda yang cantik. Sepertinya ia sudah menangis sedari tadi. Ingatanku mengatakan
bahwa aku mengenalinya. ”Ibu?” kataku perlahan.
”Nak, itukah kau? Ke mana saja kau selama ini? Mengapa kau lari dari panti asuhan? Ibu mencarimu, Nak”
”Bohong Untuk apa ibu ada di sini? Untuk mengajakku kembali ke panti asuhan lagi?”
”Ini ayahmu, Nak. Yang terbaring di sini adalah ayah kandungmu. Ibu bersalah, ibu khilaf. Tapi, semua sepertinya sudah
terlambat.” Aku tak mengerti ucapan ibu, tapi hanya satu yang aku pahami,
Pak Tua ternyata adalah ayahku. Mengapa ia harus bersusah payah mencari dan merindukan anaknya? Padahal Henry yang selama ini
ia cari selalu berada di sampingnya. Ayah, ini anakmu, bangunlah, Ayah Jangan mati, ini anakmu Oh, Tuhan berikan kami kesempatan
sekali lagi. Ayah, aku selama ini pun telah menganggap engkau sebagai ayahku.
Sumber: Pikiran Rakyat, 17 Juli 2005
Bagaimana pendapatmu tentang cerita ”Pak Tua” tersebut? Apakah kalian dapat menceritakan kembali cerpen tersebut?
Hal yang perlu kalian lakukan agar kalian dapat menceritakan kembali isi cerpen tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tulislah pokok-pokok peristiwa pada cerpen tersebut
2. Tuliskan siapa yang mengalami peristiwa-peristiwa tersebut
3. Ceritakan peristiwa-peristiwa tersebut secara urut
4. Jika diperlukan, kalian dapat menambahkan petikan dialog
tokoh-tokohnya. 1.
Ceritakan kembali isi cerpen ”Pak Tua” dengan menggunakan kalimatmu sendiri
2. Dapatkah kalian menyebutkan tokoh-tokoh pada cerpen itu?
a. Siapakah yang berkedudukan sebagai tokoh protagonis?
b. Siapakah yang berkedudukan sebagai tokoh antagonis?
c. Adakah tokoh yang berkedudukan sebagai tokoh tritagonis?
Jika ada, sebutkan
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Pelatihan 3
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 1
102
No Peristiwa
Tempat Waktu
1. 2.
3. 4.
5. 3.
Di manakah peristiwa-peristiwa pada cerpen itu terjadi? Kapan peristiwa-peristiwa itu terjadi?
Tuliskan jawabanmu dengan format seperti ini di buku tulismu
4. Temukan keterkaitan unsur intrinsik dalam cerpen tersebut
terhadap kehidupan sehari-hari. Tunjukkan dengan teks yang mendukung dan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikan pendapatmu tentang masalah ini 1.
Diskusikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen tersebut 2.
Di dalam cerpen tersebut dikisahkan tentang seorang anak yang ”dititipkan” oleh ibunya di panti asuhan. Bagaimana pendapatmu
tentang peristiwa tersebut? Mungkinkah hal seperti itu terjadi saat ini?
3. Jika kalian mengalami kejadian yang dialami tokoh ”Aku”, apa
yang akan kamu lakukan?
1. Bersama teman sebangkumu, silakan kamu tirukan adegan
dalam cerpen itu a.
Anak laki-laki berjalan mengikuti laki-laki tua dengan langkah pelan.
b. Seorang anak mengamen di jalan-jalan.
c. Seorang wanita menangis melihat jenazah suaminya.
2. Ucapkan petikan dialog di bawah ini dengan suara yang jelas
a. ”Hei, jangan melamun”
b. ”Pak, memangnya kita mau ke mana sekarang?”
c. ”Hei, sudah berapa kali aku bilang? Jangan melamun Lihat,
antrean sudah panjang” d.
”Kau tahu? Aku tak suka melihatmu melamun begitu. Wajahmu saat melamun selalu mengingatkan aku akan
anakku, aku sangat merindukannya.” e.
”Bapak juga jangan melamun karena wajah Bapak saat melamun mirip wajah ayahku.”
f. ”Maksud Bapak, ibunya kurang waras?”
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Pelatihan 4
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Pelatihan 5
Di unduh dari : Bukupaket.com
Berita di Surat Kabar
103
C. Membaca Ekstensif Teks Nonsastra