software Audacity tertulis pelemahan yang dihasilkan -6,2dB. Perbedaan nilai ini bisa disebabkan oleh faktor pembulatan angka penting dalam faktor perkalian nilai amplitudo.
Jika dilihat lebih jauh data nilai frekuensi pada Tabel 4.15. untuk laras slendro dan Tabel 4.16. untuk laras pelog dapat di bandingkan dengan nilai frekuensi demung gamelan
Kyahi Kanyutmesem Pura Mangkunegaran seperti pada Tabel 2.1. untuk laras slendro dan Tabel 2.2. untuk laras pelog. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap
gamelan memiliki frekuensi nada yang berbeda. Inilah yang menjadi keistimewaan dan ciri khas instrumen gamelan. Tidak ada standar baku frekuensi dalam menentukan tiap nada dari
instrumen gamelan. Biasanya titilaras dalam gamelan hanya ditentukan oleh kepekaan pendengaran pembuatnya. Inilah yang menyebabkan gamelan satu dengan yang lainnya
berbeda. Untuk titilaras demung pelog antara demung milik Universitas Sanata Dharma dan demung milik Pura Mangkunegaran tidak jauh berbeda jika dilihat dari nilai frekuensi.
Sedangkan untuk laras slendro demung milik Universitas Sanata Dharma nadanya sedikit lebih rendah dari pada demung milik Pura Mangkunegaran.
4.6. Pengujian Nada Keluaran
Pengamatan dan pengujian nada keluaran dilakukan untuk memastikan bahwa nada yang dimainkan sesuai dengan bilah yang dipukul. Pengamatan dan pengujian nada keluaran
menggunakan osiloskop untuk mengukur nilai frekuensi yang keluar dari output speaker. Berdasarkan pengamatan dan pengukuran tersebut didapat data seperti pada Gambar 4.19.
yang merupakan frekuensi dari gelombang audio ketika memukul bilah satu pada posisi selektor switch berada pada laras pelog. Pengukuran nilai frekuensi dilakukan untuk semua
nada keluaran sehingga didapat data seperti pada Tabel 4.17. untuk laras slendro dan Tabel 4.18. untuk laras pelog.
Gambar 4.19. Gelombang audio laras siji pelog PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.17. Pengukuran nilai rata-rata frekuensi nada keluaran slendro Bilah
Nada Frekuensi Sample
Nada Hz Frekuensi Rata-Rata
Nada Keluaran Hz Error
1 Enem Slendro
Rendah 226
225,72 0,12
2 Siji Slendro
262 262,66
0,25 3
Loro Slendro 308
309,08 0,35
4 Telu Slendro
367 366,38
0,17 5
Lima Slendro 407
408,36 0,33
6 Enem Selendro
473 471,48
0,32 7
Siji Slendro Tinggi 551
551,38 0,07
Tabel 4.18 . Pengukuran nilai rata-rata frekuensi nada keluaran pelog Bilah
Nada Frekuensi Sample
Nada Hz Frekuensi Rata-Rata
Nada Keluaran Hz Error
1 Siji Pelog
301 300,78
0,07 2
Loro Pelog 312
312,22 0,07
3 Telu Pelog
352 352,84
0,24 4
Papat Pelog 405
405,18 0,04
5 Lima Pelog
454 455,02
0,22 6
Enem Pelog 472
474,58 0,55
7 Pitu Pelog
531 531,66
0,12 Dalam pengujian kali ini dilakukan pemukulan sebanyak 5 kali untuk setiap bilah.
Setiap kali pemukulan selalu mendapatkan nilai frekuensi terukur yang berbeda-beda karena gelombang audio yang selalu berosilasi. Data nilai frekuensi rata-rata pada Tabel 4.16 dan
Tabel 4.17 merupakan nilai frekuensi rata-rata dari 5 kali percobaan. Untuk data lengkapnya dapat dilihat pada bagian Lampiran 4 untuk laras slendro dan Lampiran 5 untuk laras pelog.
Berdasarkan data pada Tabel 4.17. dan Tabel 4.18. diketahui bahwa audio yang keluar dari speaker sudah sama seperti sample nada yang disimpan dalam SD Card dan dapat
memainkan suara demung hampir sama dengan frekuensi nada aslinya untuk setiap bilah. Namun dari data pengujian masih ditemukan error. Hanya saja nilai error yang terhitung
cukup kecil yaitu tidak melebihi 1. Error ini disebabkan oleh frekuensi audio yang selalu berosilasi dan bergerak sehingga waktu sampling sangat berpengaruh pada hasil pengukuran
pada osiloskop. Pengujian juga dilakukan dengan cara melihat tingkat keberhasilan antara pukulan
yang diberikan pada bilah demung elektronik berdasarkan nilai ADC dengan level suara yang dikeluarkan oleh speaker seperti pada Tabel 4.19. untuk laras slendro dan Tabel 4.20.
untuk laras pelog. Selain itu pengujian juga dilakukan dengan cara melihat tingkat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keberhasilan antara pukulan yang diberikan pada bilah demung elektronik berdasarkan kekuatan pukulan dengan suara yang dikeluarkan oleh speaker seperti pada Tabel 4.21.
untuk laras slendro dan Tabel 4.22. untuk laras pelog. Data lengkapnya dapat dilihat pada bagian Lampiran 6 untuk laras slendro dan Lampiran 7 untuk laras pelog.
Berdasarkan data pada Tabel 4.19. dan Tabel 4.20. persentase keberhasilan pukulan berdasarkan nilai ADC dengan level suara yang dihasilkan demung elektronik mencapai
100. Banyak percobaan masing-masing 15 kali percobaan untuk setiap nada dengan kekuatan pukulan yang bervariasai. Itu berarti bahwa demung elektronik mampu
mengeluarkan suara dengan level suara yang bervariasi berdasarkan nilai ADC yang telah ditentukan seperti pada Tabel 4.14.
Tabel 4.19. Tingkat keberhasilan pukulan berdasarkan nilai ADC dengan level suara yang dihasilkan Demung Elektronik laras slendro
No Nada
Banyak Percobaan
Persentase Keberhasilan
1 Enem Slendro Rendah
15 100
2 Siji Slendro
15 100
3 Loro Slendro
15 100
4 Telu Slendro
15 100
5 Lima Slendro
15 100
6 Enem Selendro
15 100
7 Siji Slendro Tinggi
15 100
Tabel 4.20. Tingkat keberhasilan pukulan berdasarkan nilai ADC dengan level suara yang dihasilkan Demung Elektronik laras pelog
No Nada
Banyak Percobaan
Persentase Keberhasilan
1 Siji Pelog
15 100
2 Loro Pelog
15 100
3 Telu Pelog
15 100
4 Papat Pelog
15 100
5 Lima Pelog
15 100
6 Enem Pelog
15 100
7 Pitu Pelog
15 100
Tabel 4.21. Tingkat keberhasilan berdasarkan perasaan kekuatan pukulan dengan level suara yang dihasilkan Demung Elektronik laras slendro
No Kekuatan Pukulan
Banyak Percobaan
Persentase Keberhasilan
1 Lemah
35 100
2 Sedang
35 54,29
3 Kuat
35 91,43
Tabel 4.22. Tingkat keberhasilan berdasarkan perasaan kekuatan pukulan dengan level suara yang dihasilkan Demung Elektronik laras pelog
No Kekuatan Pukulan
Banyak Percobaan
PersentaseKeberhasilan 1
Lemah 35
100 2
Sedang 35
57,14 3
Kuat 35
94,29 Berdasarkan Tabel 4.21. dan Tabel 4.22. dapat dilihat untuk kekuatan pukulan lemah
selalu berhasil dengan tingkat keberhasilan mencapai 100 dengan banyak percobaan 35 kali untuk masing-masing laras baik slendro maupun pelog. Sedangkan untuk kekuatan
pukulan sedang dan kuat tidak selalu berhasil karena tingkat keberhasilannya tidak mencapai 100. Hal ini disebabkan oleh kekuatan pukulan yang diberikan saat pengujian bisa saja
tidak selalu sama terutama level sedang dan kuat karena hanya mengandalkan perasaan subjektif penguji yang bisa berubah-ubah untuk setiap pukulanya. Untuk level pukulan
lemah dan kuat mungkin tidak terlalu sulit untuk mengira-ngira kekuatan pukulan yang diberikan. Yang sulit adalah mengira-ngira kekuatan pukulan untuk level sedang. Oleh sebab
itu persentase tingkat keberhasilan level sedang paling kecil jika dibandingkan dengan level pukulan lemah dan kuat. Sedangkan untuk level kuat, karena jarak range nilai ADC antara
level kuat dan sedang tidak terlalu jauh maka sering kali terjadi overlap. Saat penguji mengira kekuatan pukulan yang diberikan keras namun nada yang dihasilkan justru nada
Level 2. Begitu juga sebaliknya, saat penguji mengira level pukulan yang diberikan sedang namun nada yang dihasilkan malah Level 3. Hal ini disebabkan oleh nilai ADC yang tidak
linier dimana semakin besar kekuatan pukulan yang diberikan range nilai atau jarak nilai ADC semakin kecil seperti yang terlihat pada Gambar 2.10.
Sebagian program untuk memainkan suara nada keluaran demung elektronik dapat dilihat pada Gambar 4.20 dan Gambar 4.21. Program tersebut adalah potongan dari program
keseluruhan. Jika menjalankan program tersebut maka hanya bisa memainkan nada pada bilah satu. Hal pertama yang dilakukan adalah menuliskan tempat penyimpanan nada yang
akan dimainkan. Karena satu bilah dirancang untuk dapat memainkan dua nada yang berbeda dengan 3 level yang berbeda maka dalam satu bilah ada 6 nada yang harus dimuat.
Selanjutnya adalah membuat fungsi untuk setiap nada dan didalam fungsi tersebut berisi 3 level nada yang akan dimainkan.
Gambar. 4.20. Program memainkan nada pada bilah satu
direktori penyimpanan laras pelog nada p1 p1_l=pygame.mixer.SoundhomepiDesktopMATLABp1_1.w
av p1_m=pygame.mixer.SoundhomepiDesktopMATLABp1_2.w
av p1_h=pygame.mixer.SoundhomepiDesktopMATLABp1.wav
direktori penyimpanan laras slendro nada s6ren s6ren_l=pygame.mixer.SoundhomepiDesktopMATLABs6r
en_1.wav s6ren_m=pygame.mixer.SoundhomepiDesktopMATLABs6r
en_2.wav s6ren_h=pygame.mixer.SoundhomepiDesktopMATLABs6r
en.wav memainkan nada siji pelog
def p1data: ifdata==1:
p1_h.play data=0
print low time.sleepa
ifdata==2: p1_m.play
data=0 print med
time.sleepa ifdata==3:
p1_h.play data=0
print high time.sleepa
Gambar 4.20. Lanjutan Program memainkan nada pada bilah satu
memainkan nada enem slendro rendah def s6rendata:
ifdata==1: s6ren_l.play
data=0 print low
time.sleepa ifdata==2:
s6ren_m.play data=0
print med time.sleepa
ifdata==3: s6ren_h.play
data=0 print high
time.sleepa program utama
while True: if gpio.inputen:
ch berisi 3 bit data yang menunjukkan bilah yg ditabuh ch=gpio.inputchanel[0]1+gpio.inputchanel[1]2+
gpio.inputchanel[2]4 print ch
time.sleepb data berisi 2 bit data yang menunjukkan level pukulan
yang diberikan data=gpio.inputkondisi[0]1+gpio.inputkondisi[1]2
time.sleepb GPIO 4 merupakan kondisi selektor switch slendropelog
if gpio.input4 == True: ifch==1:
p1data ch=0
if gpio.input4 == False: ifch==1:
s6rendata ch=0
Tabel 4.23. Penjelasan isi data “Ch” No
Data ch 3
Data ch 2
Data ch1
Nilai ch
Sensor FSR Yang dipukul
1 1
1 1
2 1
2 2
3 1
1 3
3 4
1 4
4 5
1 1
5 5
6 1
1 6
6 7
1 1
1 7
7 Didalam program utama yang pertama kali dilakukan adalah membaca nilai ch dan
data yang dikirimkan dari ATmega 8535 ke Raspberry Pi. Ch berisi 3 bit data 0b001 –
0b111 yang menunjukkan sensor FSR yang sedang dipukul FSR1 – FSR7 seperti pada
Tabel 4.23. Sedangkan data berisi 2 bit data yang menyatakan kondisi level suara berdasarkan pengelompokan range ADC yang telah ditetapkan untuk masing
– masing Level suara 0b01
– 0b11 seperti pada Tabel 4.24. Saat pin en berlogika high maka data akan dikirim. Saat en berlogika low maka menandakan bahwa data sudah selesai dikirim.
Selanjutnya adalah melihat kondisi selektor switch. Jika True maka yang dimainkan adalah laras pelog. Sedangkan jika False maka yang dimainkan adalah laras slendro.
Tabel 4.24 . Penjelasan isi data “Data”
No Data kondisi
1 Data kondisi
Nilai data Level Volume
1 1
1 Level 1
2 1
2 Level 2
3 1
1 3
Level 3
4.7. Pengujian Tombol Pathet