B. Selector switch yang berfungsi untuk memilih laras yang ingin dimainkan slendro
atau pelog C.
ATmega 8535 yag berfungsi untuk mengolah data ADC dan pengontrol LCD D.
Port masukan dari limit switch dan selector switch E.
Port masukan dari sensor FSR F.
Pin Raspberry Pi sebagai pengontrol utama demung elektronik
4.2. Cara Pengoperasiaan Alat
Untuk dapat mengoperasikan demung elektronik agar dapat berfungsi dengan baik maka harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Hubungkan monitor, keyboard, mouse, dan speaker aktif ke Raspberry Pi.
2. Hubungkan power supply Raspberry Pi dan ATmega 8535 ke sumber listrik AC
220V. 3.
Tunggu hingga proses booting selesai. 4.
Pada desktop klik folder dengan nama “demung elektronik”. 5.
Buka file dengan nama demung_elektronik.py. 6.
Tekan F5 untuk menjalankan program. 7.
Jika tidak ada error maka program akan berjalan. 8.
Lihat LCD untuk mengetahui laras yang sedang dipilih. 9.
Pindahkan selektor switch jika ingin mengubah laras yang mau di mainkan. 10.
Pukul setiap bilah dengan tabuh untuk menghasilkan suara demung. 11.
Atur volume speaker sesuai kebutuhan. 12.
Tekan limit switch yang ada dibawah setiap bilah untuk menghentikan suara demung yang masih bergema sebelum memukul bilah selanjutnya.
13. Tekan Ctrl + C pada python shell untuk menghentikan program
4.3. Pengujian Force Sensitive Resistor
Pengujian sensor FSR bertujuan untuk mengetahui karakteristik sensor yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan Gambar 2.10. resistor dengan nilai 10k ohm
memiliki rentang nilai range tegangan output yang baik dibandingkan dengan nilai resistor lainnya. Rentang nilai yang cukup besar antar titik diperlukan agar perbedaan tekanan yang
diberikan juga menghasilkan nilai tegangan output yang kontras. Atas dasar itu sensor FSR PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada pengujian ini dihubungkan dengan resitsor sebesar 10k Ohm seperti pada rangkaian Gambar 2.9. Sensor FSR di letakkan diantara alas dan bilah kayu demung dengan diberi
Polly Etyline Foam busa sebagai peredam tumbukan antara bilah kayu dan alas kayu. Selain itu busa juga berfungsi sebagai penahan bilah kayu agar tidak langsung menempel
pada sensor FSR pada waktu tidak mendapat tekanan atau pukulan. Untuk melakukan pengujian sensor FSR dilakukan dengan membaca nilai ADC pada
ATMega 8535 dengan tampilan serial monitor. Karena data ADC yang terbaca sangat banyak dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat maka dalam satu kali pukulan akan
menghasilkan banyak data nilai ADC yang didapatkan. Untuk itu diperlukan pengolahan data lebih lanjut agar data yang didapat dapat mewakili kuatnya tabuhan yang diberikan.
Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan merata-rata beberapa hasil pembacaan data ADC untuk mendapatkan data nilai ADC yang mewakili kuatnya pukulan. Dalam pengujian
kali ini dilakukan percobaan dengan merata-rata nilai ADC berdasarkan jumlah data yang dirata-rata. Pengujian pertama dilakukan dengan merata-rata setiap 10 data ADC yang
terbaca seperti data pada Tabel 4.1. Berdasarkan data Tabel 4.1. dapat dibuat grafik seperti pada Gambar 4.4
Tabel 4.1. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata dari 10 data No
Percobaan 1 ADC
Percobaan 2 ADC
Percobaan 3 ADC
Percobaan 4 ADC
Percobaan 5 ADC
1 207
216 219
216 212
2 531
633 729
776 782
3 636
787 796
864 854
4 516
620 497
599 543
5 97
103 275
140 211
6 7
8 9
10 Rata-
rata 199
235 251
259 260
Berdasarkan data pada Tabel 4.1. dan data grafik seperti pada Gambar 4.6. dapat diketahui bahwa untuk satu kali pukulan data yang mempunyai nilai hanya 5 data pertama
data ADC 0. Oleh sebab itu nilai rata-rata ADC yang didapat menjadi sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai puncak seperti yag terlihat pada data grafik Gambar 4.6.
Berdasarkan data Tabel 4.1. dapat disimpulkan bahwa pengujian dengan merata-rata setiap 10 data dirasa kurang tepat.
Gambar 4.6. Grafik nilai ADC dengan jumlah rata-rata dari 10 data untuk percobaan 1
Pengujian kedua dilakukan dengan merata-rata setiap 5 data ADC yang terbaca seperti data pada Tabel 4.2. Berdasarkan data Tabel 4.2. dapat dibuat grafik seperti pada
Gambar 4.7 Tabel 4.2. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata dari 5 data
No Percobaan 1
ADC Percobaan 2
ADC Percobaan 3
ADC Percobaan 4
ADC Percobaan 5
ADC 1
204 204
201 204
207 2
452 339
423 384
384 3
580 408
443 369
390 4
368 172
135 57
41 5
241 156
39 28
Rata- rata
369 255
248 208
204
207 531
636 516
97 100
200 300
400 500
600 700
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
N il
ai ADC
Data ke-n
Percobaan 1
Gambar 4.7. Grafik nilai ADC dengan jumlah rata-rata dari 5 data untuk percobaan 1 Berdasarkan data pada Tabel 4.2. dapat diketahui bahwa data dengan nilai tertinggi
selalu berada pada data ke-3 dan merupakan puncak data tertinggi seperti yang terlihat dalam data grafik Gambar 4.7. Oleh sebab itu 3 data pertama merupakan data penting untuk
mendapatkan rata-rata data ADC yang mewakili kuatnya pukulan yang diberikan tanpa harus menghitung semua data dari data terendah, puncak, hingga turun lagi. Jika menghitung
dengan rata-rata setiap 5 data maka proses pengiriman akan menjadi lebih lambat karena data baru terkirim jika pukulan telah selesai diberikan. Oleh karena itu pengujian dengan
jumlah rata-rata setiap 5 data di rasa kurang tepat. Pengujian ketiga dilakukan dengan merata-rata setiap 3 data ADC yang terbaca
seperti data pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata 3 data No
Percobaan 1 ADC
Percobaan 2 ADC
Percobaan 3 ADC
Percobaan 4 ADC
Percobaan 5 ADC
1 206
204 206
204 208
2 555
323 332
321 339
3 769
499 483
478 492
Rata- rata
510 342
340 334
346
Berdasarkan data pada Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa nilai rata rata ADC sudah cukup tinggi dan lebih mendekati nilai puncak dalam satu kali percobaan pukulan. Namun
jika diamati lebih lanjut dari beberapa kali percobaan yang telah dilakukan baik dengan jumlah rata-rata dari 10, 5, maupun 3 data, ternyata data penting yang bervariasi berada pada
data ke-2 dan ke-3 sedangkan pada data ke-1 tidak terlalu berbeda antara satu dengan yang
204 452
580 368
241 200
400 600
800
1 2
3 4
5 Nilai
A DC
Data ke-n
Percobaan 1
lainnya. Oleh sebab itu pada penelitian ini digunakan data nilai ADC dengan jumlah rata- rata 2 data data ke-2 dan ke-3 dari 3 data yang diambil seperti pada data Tabel 4.5. Dari
data Tabel 4.4. terlihat bahwa nilai rata-rata semakin tinggi dan mendekati nilai puncak ADC yang berarti juga puncak kekuatan pukulan yang diberikan pada sensor FSR. Sehingga nilai
ADC yang terkirim benar-benar mewakili kuat lemahnya pukulan yang diberikan.
Gambar 4.8. Program pembacaan sensor FSR dengan jumlah rata-rata 10 data
Pada pengujian ini program pembacaan sensor FSR menggunakan software Code Vision AVR seperti pada Gambar 4.8. untuk jumlah rata-rata 10 data. Sedangkan untuk
jumlah rata-rata 5 data dapat dilakukan dengan mengubah whilei5. Begitu juga dengan jumlah rata-rata 3 data dengan mengubah whilei3. Selain itu diperlukan tambahan serial
module USB sehingga data pembacaan sensor dapat ditampilkan pada monitor laptop dengan komunikasi serial. Pada pengujian ini nilai ADC baru akan mulai di tampilkan jika melebihi
200 ADC200 untuk mengurangi banyaknya data yang tertampil.
i=0; adc=0;
while 1 {
baca_sensor; adc=read_adc1;
ifadc200 {
i=0; nil=0;
rat=0; whilei10
{ adc=read_adc1;
printfd\n,adc; delay_ms1000;
nil=longnil+adc; i++;
delay_us10; }
rat=intnil10; delay_ms1000;
printfRATA:d\n,rat; }
delay_us10; }
Dengan demikian nilai rata-rata ADC merupakan nilai yang mewakili kuatnya pukulan yang diberikan. Rata-rata nilai ADC ini yang nantinya dipakai untuk menentukan
pemanggilan suara dari demung elektronik. Pemilihan rata-rata 2 data ini juga bertujuan agar proses pengiriman data bisa lebih cepat sehingga tidak perlu menunggu pemukulan selesai
melainkan diambil setengah pukulan yang mendekat nilai puncak. Tabel 4.4. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata 2 data dari 3 data
No Percobaan
1 ADC
Percobaan 2
ADC Percobaan
3 ADC
Percobaan 4
ADC Percobaan
5 ADC
1 206
204 206
204 208
2 555
323 332
321 339
3 769
499 483
478 492
Rata-rata 2 data 2 dan 3
662 441
408 400
416
4.4. Pengujian Pukulan dan Penentuan Range Volume