Hipersensitivitas Tipe Lambat Pengaruh pemberian madu klengkeng (Nephelium longata L). terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat pada tikus putih jantan galur wistar

injeksi antigen dan maksimal pada 24 sampai 48 jam Abbas, Lichtman, and Pillai, 2010.

D. Inflamasi

Reaksi radang atau inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap infeksi, antigen lain atau kerusakan jaringan Wahab dan Julia, 2002. Reaksi inflamasi termasuk dalam karakteristik reaksi DTH. TNF dan IL- 1 yang merupakan sitokin dari sel Th 1 yang biasanya berperan pada peristiwa ini Murphy et aL., 2008; Abbas, Litchman, dan Pillai, 2010; Baratawidjaja dan Rengganis, 2010. Pada inflamasi terjadi peningkatan aliran darah karena vasodilatasi di tempat terjadinya infeksi atau kerusakan jaringan sehingga pembuluh kapiler menjadi permeabel dan membuat cairan dapat keluar dari pembuluh kapiler ke jaringan dan bergerak ke tepat sasaran akibat khemotaksis tadi. Akibat proses di atas maka gambaran klinis dari inflamasi adalah: kemerahan rubor, panas kalor, pembengkakan tumor dan rasa sakit dolor Kresno, 2010 dan functio laesa kehilangan fungsi Pratiwi, 2011. Setelah terjadi cedera jaringan, ditemukan vasodilatasi yang menghasilkan peningkatan volume darah di jaringan tempat terkena sehingga menimbulkan perdarahan. Permeabilitas vaskular yang meningkat menimbulkan kebocoran cairan pembuluh darah yang menimbulkan edema Baratawidjaja dan Rengganis, 2010. Proses inflamasi diperlukan sebagai pertahanan pejamu terhadap mikroorganisme yang masuk tubuh serta penyembuhan luka yang membutuhkan komponen selular untuk membersihkan debris lokasi cedera serta meningkatkan perbaikan jaringan. Reaksi inflamasi dapat berhenti sendiri atau responsif terhadap terapi Baratawidjaja dan Rengganis, 2010.

E. Imunomodulator

Imunomodulator merupakan senyawa yang mampu mempengaruhi sistem imun atau sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan efek yang ditimbulkannya, imunomodulator terbagi menjadi imunostimulan dan imunosupresan Sari, 2008. Imunostimulasi atau imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan imunostimulan, yaitu bahan yang merangsang imun Baratawidjaja dan Rengganis, 2010. Imunostimulan dikategorikan dalam dua bagian, yaitu imunostimulan spesifik dan imunostimulan nonspesifik. Imunostimulan spesifik adalah suatu bahan yang bersifat antigenik spesifik dalam memberikan respon imun, seperti vaksin dan beberapa antigen, sedangkan imunostimulan nonspesifik adalah zat yang beraksi tidak hanya pada satu antigenik spesifik untuk menambah respon imun dari antigen lain atau dapat meningkatkan komponen dari sistem imun tanpa sifat antigenik spesifik, seperti adjuvan Sari, 2008. Imunosupresi adalah suatu tindakan untuk menekan respons imun dengan imunosupresan. Bahan obat yang mengandung imunosupresi digunakan pada pasien yang akan menjalani transplantasi dan penyakit autoimun karena kemampuannya dalam menekan respon imun Baratawidjaja dan Rengganis, 2010. Sangat berguna dalam klinik terutama pada translpantasi dalam usaha mencegah reaksi penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik, seperti autoimun dan autoinflamasi. Pengaruh senyawa tertentu untuk menaikkan maupun menekan respon imun dapat tergantung pada dosis, rute pemberian atau waktu pemberian. Tipe aktivitas dari senyawa-senyawa tersebut tergantung pula pada mekanisme aksi ataupun tempat aksinya Bellanti, 1993.

F. Landasan Teori

Madu kelengkeng adalah madu jenis monoflora, yang diperoleh dari satu tumbuhan utama saja. Produk alam dari lebah ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh imunomodulator. Madu sendiri mengandung berbagai senyawa organik dan senyawa yang diduga dapat meningkatkan sistem imun adalah flavonoid. Flavonoid bersifat antioksidan, yang di dalam tubuh manusia menjadi zat yang sangat kuat untuk mendukung sistem kekebalan tubuh alami manusia pada tingkat seluler, oleh karena itu diduga flavonoid dari madu kelengkeng inilah yang nantinya akan mempengaruhi sistem imun . Bila ada antigen yang masuk, sistem imun tubuh akan mengaktivasi sel efektor yang diperantarai oleh sel T, sel T melepas berbagai sitokin yang mengerahkan dan mengaktifkan makrofag dan sel inflamasi lainnya ke tempat infeksi. Inflamasi ini bertujuan untuk memusatkan agen pertahanan tubuh ke

Dokumen yang terkait

PENGARUH SEDIAAN MADU BUNGA KELENGKENG (Nephelium longata L) TERHADAP FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL YANG DIBERIKAN BERSAMA SECARA ORAL PADA KELINCI JANTAN.

0 2 25

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiler officinale Roscoe) terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat tikus putih jantan galur wistar.

0 2 93

Pengaruh pemberian madu klengkeng (Nephelium longata L). terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat pada tikus putih jantan galur wistar.

0 3 74

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiber officinale Roscoe)terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih jantan galur wistar.

0 6 107

Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar.

0 2 88

Pengaruh pemberian madu hutan terhadap proliferasi limfosit pada hewan uji tikus jantan galur wistar.

0 0 8

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiber officinale Roscoe)terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih jantan galur wistar

0 1 105

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiler officinale Roscoe) terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat tikus putih jantan galur wistar

4 12 91

Pengaruh pemberian madu hutan terhadap imunoglobulin G dan imunoglobulin M pada hewan uji tikus jantan galur wistar - USD Repository

0 0 84

Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar - USD Repository

0 0 86