3. Penyiapan antigen
Antigen yang digunakan adalah suspensi Sel Darah Domba Merah SDMD 1 yang SDMD nya diperoleh dari Balai Kesehatan Balkes
Yogyakarta dan pembuatannya menjadi supsensi SDMD 1 dilakukan di Lembaga Pengembangan Penelitian Terpadu LPPT Unit III Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Berdasarkan penelitian Kumala 2012 dan Achyat 2008, darah
domba segar yang telah diberi antikoagulan disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk memisahkan plasma dari sel darah merah.
Lapisan bagian atas yang berupa plasma dibuang dengan pipet ukur maupun mikropipet dan lapisan bagian bawah yang berupa endapan sel darah merah
ditambahkan larutan Phosphate Buffer Saline PBS steril pH 7,2 sebanyak tiga kali volume SDMD yang tersisa. Tabung yang sudah berisi campuran
endapan SDMD dan PBS dibolak-balik dengan perlahan-lahan sampai SDMD tersuspensi secara homogen dan disentrifugasi kembali dengan
kecepatan 3000 rpm. Prosedur ini diulang sampai lapisan atas benar-benar jernih. Lapisan atas yang jernih dibuang dan lapisan bawah yang digunakan
dan merupakan suspensi SDMD 100. Jika akan digunakan ambil 0,5 ml suspensi SDMD 100 lalu tambahkan PBS dengan volume yang sama
sehingga didapat suspensi SDMD 50. Untuk mendapatkan suspensi SDMD 1 maka dari 1 ml suspensi SDMD 50 ditambahkan PBS 50 ml.
4. Tahap pra perlakuan hewan uji
Sebelum penelitian dilaksanakan semua hewan uji ditimbang beratnya dengan tujuan hewan uji yang digunakan memang sudah masuk
kriteria inklusi. Kemudian, hewan uji diadaptasi selama satu minggu di Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta untuk penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
5. Tahap orientasi dosis madu kelengkeng
Tikus dibagi secara random menjadi empat kelompok, yaitu satu kelompok kontrol negatif dan tiga kelompok perlakuan, dengan masing-
masing kelompok berjumlah tiga ekor, sehingga total tikus yang digunakan ada 12 ekor. Kelompok-kelompok tersebut antara lain:
Kelompok kontrol negatif : kelompok tikus yang tidak diberi perlakuan apapun, hanya diberi makan AD II dan minum aquadest.
Kelompok perlakuan 1 : kelompok tikus yang diberi larutan madu kelengkeng dengan dosis 0,60 mL200 g BB
tikus
. Kelompok perlakuan 2 : kelompok tikus yang diberi larutan madu
kelengkeng dengan dosis 1,20 mL200 g BB tikus. Kelompok perlakuan 3 : kelompok tikus yang diberi larutan madu
kelengkeng dengan dosis 2,30 mL200 g BB tikus. Semua hewan uji, kecuali kelompok kontrol negatif, diperlakukan
dengan diberi larutan madu kelengkeng secara per oral selama delapan hari. Hari ke-0, semua hewan uji terlebih dahulu diinjeksi dengan antigen I
berupa suspensi SDMD 1 2 mL secara peritoneal sebelum diberi larutan