menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik, seperti autoimun dan autoinflamasi. Pengaruh senyawa tertentu untuk menaikkan maupun menekan respon imun dapat
tergantung pada dosis, rute pemberian atau waktu pemberian. Tipe aktivitas dari senyawa-senyawa tersebut tergantung pula pada mekanisme aksi ataupun tempat
aksinya Bellanti, 1993.
F. Landasan Teori
Madu kelengkeng adalah madu jenis monoflora, yang diperoleh dari satu tumbuhan utama saja. Produk alam dari lebah ini sangat bermanfaat untuk
meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh imunomodulator. Madu sendiri mengandung berbagai senyawa organik dan senyawa yang diduga dapat
meningkatkan sistem imun adalah flavonoid. Flavonoid bersifat antioksidan, yang di dalam tubuh manusia menjadi zat yang sangat kuat untuk mendukung sistem
kekebalan tubuh alami manusia pada tingkat seluler, oleh karena itu diduga flavonoid dari madu kelengkeng inilah yang nantinya akan mempengaruhi sistem
imun .
Bila ada antigen yang masuk, sistem imun tubuh akan mengaktivasi sel efektor yang diperantarai oleh sel T, sel T melepas berbagai sitokin yang
mengerahkan dan mengaktifkan makrofag dan sel inflamasi lainnya ke tempat infeksi. Inflamasi ini bertujuan untuk memusatkan agen pertahanan tubuh ke
lokasi yang terinfeksi dan mengeliminasi antigen tersebut, namun di sisi lain dapat menimbulkan kerusakan jaringan, dan reaksi ini dinamakan hipersensitifitas tipe
lambat atau Delayed-Type Hypersensitivity DTH. Peningkatan terhadap respon DTH nantinya dapat mengindikasikan bahwa bahan alam yang digunakan peneliti,
yaitu madu kelengkeng, memiliki efek stimulan terhadap limfosit dan berbagai sel-sel lain yang berperan menimbulkan respon tersebut, khususnya respon
hipersensitivitas tipe lambat yang menimbulkan inflamasi.
G. Hipotesis
Pemberian madu kelengkeng Nephelium longata L. memiliki pengaruh berupa peningkatan respon hipersensitivitas tipe lambat Delayed-Type
HipersensitivityDTH pada tikus putih jantan galur Wistar.
20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni dengan rancangan acak pola searah. Eksperimental murni adalah penelitian dengan memberikan
percobaan terhadap kelompok perlakuan dan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan. Rancangan acak merupakan cara
menetapkan sampel yang digunakan dalam penelitian dengan pengacakan agar setiap sampel memperoleh kesempatan yang sama untuk dapat masuk ke dalam
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pola searah ditunjukkan dengan diberikannya perlakuan yang sama pada kelompok perlakuan, yaitu pemberian
larutan madu kelengkeng. Penelitian ini menggunakan subjek uji tikus putih jantan galur Wistar yang diperoleh dari Laboratorium Imono Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Kriteria inklusi yaitu tikus putih jantan, berat badan lebih kurang 200-300g, berumur 2-3 bulan, sehat, bergalur Wistar. Kriteria eksklusi
adalah tikus mati selama perlakuan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi-Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.