Jenis dan Rancangan Penelitian

reaksi DTH. Inflamasi merupakan respons fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi dan cedera jaringan.

C. Bahan Penelitian

1. Madu kelengkeng Nephelium longata L.

Madu yang digunakan adalah madu kelengkeng yang diperoleh dari salah satu distributor madu di Yogyakarta, yaitu PT. Madu Pramuka.

2. Hewan uji

Tikus putih jantan galur Wistar umur 2-3 bulan berat 200-300 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono Hayati Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Antigen

Sel Darah Merah Domba SDMD sebagai antigen yang dibuat dalam bentuk suspensi dengan konsentrasi 1 dengan pelarut Phosphate Buffer Saline PBS steril pH 7,2.

4. Bahan uji respon Delayed-Type Hypersensitivity DTH

Suspensi SDMD 1 sebagai antigen.

D. Alat penelitian

Alat yang digunakan dari preparasi sampel sampai pengujian respon Delayed-Type Hypersensitivity DTH adalah gelas beker , mikropipet Gilson , pipet ukur, effendorf tube, Laminar Air Flow Nuraire, sentrifuge Primo R, tabung sentrifus 50 mL Falcon, yellow dan blue tip, spuit injeksi 3 ml dan 1 ml Terumo, alat timbang hewan uji, pletismometer atau jangka sorong Digital Caliper “Wipro” 0-150mm.

E. Tata Cara Penelitian

1. Pengumpulan sampel

Madu kelengkeng yang digunakan diperoleh dari salah satu distributor madu di Yogyakarta, yaitu PT. Madu Pramuka.

2. Tahap penentuan dosis madu kelengkeng

Menurut penelitian Kasih 2012 yang diacu dari Suranto, 2007, penggunaan madu untuk pencegahan penyakit pada manusia adalah 1-2 kali sehari. Satu sendok makan berarti 15 mL dan disini peneliti mengambil dosis penggunaan madu yang maksimum, yaitu dua sendok makan 30 mL dan bila dikonversikan dari manusia 70 kg ke tikus 200 g dengan faktor konversi 0,018 Laurence Bacarach, 1964 maka akan ditemukan dosis yang sesuai untuk tikus adalah sebagai berikut: Dosis madu kelengkeng untuk tikus 20 g adalah: = 0,018 x 30 mL = 0,54 mL200 g BB tikus ≈ 0,60 mL200 g BB Mengambil secukupnya madu kelengkeng dari wadahnya dan masukkan dalam gelas beker. Suntikkan secara oral pada tikus selama delapan hari disesuaikan dengan peringkat dosis yang diinginkan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH SEDIAAN MADU BUNGA KELENGKENG (Nephelium longata L) TERHADAP FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL YANG DIBERIKAN BERSAMA SECARA ORAL PADA KELINCI JANTAN.

0 2 25

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiler officinale Roscoe) terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat tikus putih jantan galur wistar.

0 2 93

Pengaruh pemberian madu klengkeng (Nephelium longata L). terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat pada tikus putih jantan galur wistar.

0 3 74

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiber officinale Roscoe)terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih jantan galur wistar.

0 6 107

Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar.

0 2 88

Pengaruh pemberian madu hutan terhadap proliferasi limfosit pada hewan uji tikus jantan galur wistar.

0 0 8

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiber officinale Roscoe)terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih jantan galur wistar

0 1 105

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiler officinale Roscoe) terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat tikus putih jantan galur wistar

4 12 91

Pengaruh pemberian madu hutan terhadap imunoglobulin G dan imunoglobulin M pada hewan uji tikus jantan galur wistar - USD Repository

0 0 84

Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar - USD Repository

0 0 86