madu yang berasal dari satu tumbuhan utama, contohnya adalah madu kelengkeng. Dari survey pasaran yang dilakukan peneliti, masyarakat menyukai madu
kelengkeng karena rasanya lebih manis dan legit, selain itu salah satu khasiat madu kelengkeng yang diketahui adalah meningkatkan daya tahan tubuh Aden,
2010 sehingga dipilihlah madu kelengkeng sebagai senyawa yang ingin diuji peneliti. Madu sendiri mengandung beberapa senyawa organik yang kemungkinan
berperan dalam sistem imun, salah satunya flavonoid. Penelitian Siddiqa 2008
menunjukkan bahwa ditemukan flavonoid di dalam kandungan madu kelengkeng dan menurut Kusmardi, Kumala, dan Triana cit., Kasih, 2012, flavonoid dalam
tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi sel. Penelitian yang diacu Saifulhaq cit. Senas, 2012 membuktikan bahwa senyawa antioksidan
yaitu flavonoid dapat dipercaya sebagai imunomodulator karena dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, diduga flavonoid dari
madu kelengkeng inilah yang mungkin nantinya akan mempengaruhi sistem imun dan peningkatan terhadap respon DTH nantinya dapat mengindikasikan bahwa
bahan alam yang digunakan peneliti ini, yaitu madu kelengkeng, memiliki efek stimulan terhadap limfosit dan berbagai sel-sel lain yang berperan menimbulkan
respon tersebut Singh, CPS, dan Noolvi, 2012. Mengingat sejauh ini belum banyak publikasi yang menyebutkan tentang
pengaruh pemberian madu kelengkeng dengan melihat respon DTH di Indonesia, maka dipandang perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
pemberian madu kelengkeng Nephelium longata L. pada sistem imun dengan melihat respon DTH yang ditunjukkan dengan peningkatan volume bengkak kaki
kiri tikus putih jantan galur Wistar setelah diinduksi dengan antigen dan diukur menggunakan plethysmometrically atau jangka sorong digital berdasarkan metode
Puri, dkk. cit. Chakraborthy, 2009, sehingga dapat diperoleh informasi mengenai pengaruh penggunaan madu kelengkeng yang banyak digunakan oleh masyarakat.
1. Permasalahan
Apakah pemberian madu kelengkeng Nephelium longata L. memiliki pengaruh berupa peningkatan respon hipersensitivitas tipe lambat Delayed-Type
HipersensitivityDTH pada tikus putih jantan galur Wistar?
2. Keaslian penelitian
Sejauh yang diketahui peneliti dan penelusuran pustaka yang sudah dilakukan, penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu:
a. Aktivitas Antiradikal Bebas serta Kadar Beta Karoten pada Madu Randu
Ceiba pentandra dan Madu Kelengkeng Nephelium longata L., diperoleh bahwa pada aktivitas antiradikal bebas pada madu kelengkeng
lebih besar yaitu 82,10 dibandingkan dengan madu randu yaitu 69,37 Parwata, Ratnayani, dan Listya, 2010.
b. Penelitian tentang Aktivitas Imunomodulator Ekstrak Air dari Heracleum
persicum Desf. pada Mencit, diperoleh bahwa respon DTH mengalami peningkatan pada dosis maksimum dan senyawa yang berperan adalah
furanokumarin, flavonoid dan beberapa alkaloid Sharififar, Pournourmohammadi, Arabnejad, Rastegarianzadeh, Ranjbaran, and
Purhemmaty, 2009.
c. Penelitian mengenai Evaluasi Aktivitas Imunomodulator Antosianin dari
Dua Formula dari Brassica oleracea, diperoleh bahwa efek imunostimulan yang diuji selama delapan hari dimediasi oleh aktivasi sel T dan B,
peningkatan jumlah sel darah putih dan peningkatan fagositosis Gomathi, Prameela, Kumar, Dan Rajendra, 2012.
d. Penelitian mengenai Aktivitas Imunomodulator dari Fraksi Gentiana
Olivieri Griseb. pada Mencit BalbC, diperoleh bahwa efek meningkatkan pada tanamanin ini aktif melalui imunitas selular respon DTH dan
fagositosis dan humoral titer antibodi hemoglutinasi Singh, CPS, Noolvi, 2012.
e. Penelitian mengenai Evaluasi Aktivitas Imunomodulator dari Aesculus indica,
diperoleh bahwa tanaman ini berpotensi pada imunitas selular dengan memfasilitasi respon hipersensititas tipe lambat pada peningkatan volume
kaki dan tidak berefek pada imunitas humoral Chakraborthy, 2009. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa
penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Madu Kelengkeng Nephelium longata L. Terhadap Respon
Hipersensitivitas Tipe Lambat Delayed-Type Hypersensitivy DTH Pada Tikus Jantan Putih Galur Wistar” belum pernah dilakukan sebelumnya.
3. Manfaat penelitian
a.
Manfaat Teoretis. Memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu pengetahuan,
khususnya mengenai manfaat madu kelengkeng sebagai immunomodulator untuk kesehatan.
b. Manfaat Praktis. Memberikan informasi dan menambah wawasan bagi
masyarakat mengenai manfaat madu kelengkeng sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan.
B. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian madu kelengkeng Nephelium longata L. pada tikus jantan putih galur Wistar.
2. Tujuan khusus
Memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian madu kelengkeng Nephelium longata L. berupa peningkatan respon Hipersensitivitas Tipe
Lambat Delayed-Type Hypersensitivy DTH pada tikus jantan putih galur Wistar.
7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Madu
Produk lebah sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh imunomodulator Mangan, 2009. Madu adalah cairan manis
yang berasal nektar tanaman yang diproses oleh lebah dan tersimpan dalam sel-sel sarang lebah Hariyati, 2010. Berbagai kelebihan madu sebagai makanan
bernutrient tinggi sudah diketahui sejak zaman dahulu Parwata dan Ratnayani, 2010.
1. Jenis madu
Madu memiliki banyak ragam dan jenis, sesuai dengan bunga yang menjadi sumbernya. Lebah terkadang mengumpulkan cairan bunga dari ribuan
kuntum bunga yang jenisnya berbeda-beda, namun madu monoflora merupakan madu yang diperoleh dari satu tumbuhan utama, seperti madu kelengkeng, madu
rambutan, dan madu randu, sedangkan madu poliflora adalah madu yang berasal dari nektar berbagai jenis tumbuhan bunga, contoh dari madu ini adalah madu
hutan Aden, 2010. Madu monoflora mempunyai wangi, warna dan rasa yang spesifik sesuai dengan sumbernya Hariyati, 2010.
Madu kelengkeng diproduksi secara kontinyu di Indonesia Asih dan Ratnayani, 2012. Madu bunga kelengkeng berkhasiat: meningkatkan daya tahan
tubuh, memperlancar urine atau berkemih, memperkuat fungsi ginjal, mengobati sakit pinggang, mempercepat penyembuhan luka operasi, memperlancar fungsi
otak, mengobati luka bakar diolesi pada bagian yang luka Aden, 2010.
2. Komposisi madu
Madu merupakan sumber makanan utama, mengandung berbagai jenis gula, seperti fruktorsa dan glukosa serta berbagai jenis mineral, seperti
magnesium, potasium, kalsium, klorid, sodium, belerang, zat besi, dan juga fosfor. Kejernihan madu tergantung pada komposi kadar nektar dan putik yang
dikandungnya Sulaiman, 2010. Selain itu, mengandung pula vitamin A, B
1
, B
2
, B
3
, B
5
, B
6
, C, D, E, K, beta karoten, flavonoid, asam fenolik, asam urat dan asam nikotinat. Mineralnya diperlukan tubuh agar tetap segar, vitaminnya berperan
dalam metabolisme protein dan mencegah penyakit kulit seperti eksim dan herpes. Kandungan fruktosa madu berperan dalam mempercepat proses oksidasi alkohol
pada hati, sehingga dapat membantu menanggulangi kerusakan hati pada peminum minuman beralkohol Parwata dan Ratnayani, 2010.
Beberapa senyawa organik yang telah terindentifikasi di dalam madu antara lain seperti polifenol, flavonoid, dan glikosida. Madu juga mengandung
berbagai jenis enzim, antara lain enzim glukosa oksidase dan enzim invertase Aljady, Kamaruddin, Jamal, dan Yassim, 2000.
Menurut Kusmardi, Kumala, dan Triana cit., Kasih, 2012, flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah kanker dan
melindungi sel. Hal inilah yang menyebabkan flavonoid sebagai zat yang sangat kuat menetralisir radikal bebas, mendukung sistem kekebalan tubuh alami
manusia pada tingkat seluler dan membantu regenerasi sel. Berdasarkan penelitian Siddiqa 2008, madu kelengkeng memiliki pH 4,48; kadar gula 35,36; kadar air
sebesar 17, mengandung flavonoid dan asam butirat.