13
sesudahnya. Di sisi lain, novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena semata-mata menyampaikan cerita Stanton
dalam Nurgiyantoro 2005:19. Novel populer tidak mengejar efek estetis seperti yang terdapat dalam novel serius.
Novel serius atau yang lebih dikenal dengan sebutan novel sastra merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas dibicarakan dalam
sejarah sastra yang bermunculan cenderung mengacu pada novel serius. Novel serius harus sanggup memberikan segala sesuatu yang serba
mungkin, hal itu yang disebut makna sastra yang sastra. Novel serius yang bertujuan untuk memberikan hiburan kepada pembaca, juga mempunyai
tujuan memberikan pengalaman yang berharga dan mengajak pembaca untuk meresapi lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang
dikemukakan.
3. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik intrinsic adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri Nurgiyantoro, 2002: 23. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik
sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud, misalnya peristiwa, cerita, plot,
penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Namun, dalam penelitian ini hanya memusatkan
pada unsur tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema.
14
a. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam peristiwa dalam cerita Sudjiman, 1990: 79. Pada
dasarnya tokoh dibagi menjadi dua jenis yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap peristiwa di
dalam suatu cerita Stanton, 1965: 17. Tipe tokoh seperti yang digambarkan tersebut disebut tokoh protagonis, sedangkan tokoh
bawahan sering disebut tokoh antagonis. “Watak adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh atau
individu rekaan, kualitas nalar dan jiwanya, yang membedakannya dari tokoh lain sedangkan penokohan adalah penyajian watak dengan tokoh
dan penciptaan citra tokoh.” Sudjiman, 2002: 58. Setiap pengarang ingin membaca atau memahami tokoh atau perwatakan tokoh-tokoh
yang ditampilkannya. Ada dua macam cara yang dikemukakan oleh M. Atar Semi dalam memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam
fiksi yaitu: 1
Cara analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh, contohnya pengarang menyebutkan bahwa
tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya. 2
Cara dramatis, yaitu menggambarkan apa dan siapa tokoh itu tidak secara langsung, tetapi hak-hak lain, misalnya perbuatan
menggambarkan tempat atau lingkungan tokoh.
15
Dalam mewujudkan tokoh dengan berbagai perwatakannya, penulis menempuh dua cara:
1 Secara langsung, pengarang menyebutkan secara terperinci
bagaimana tokoh itu baik perangai maupun tingkah laku dan perwatakan yang dimilikinya yang diciptakan pengarang
2 Secara tidak langsung, pengarang mengungkap tokoh dengan
perwatakannya dengan jalan memberi gambaran sifat, keadaan fisik, melakukan gerak-gerik. Biasanya diungkapkan melalui percakapan
antara tokoh dalam cerita tersebut. b.
PlotAlur Menurut Nurgiyantoro 2000: 110, plot alur adalah rangkaian
peristiwa yang tersaji secara berurutan sehingga membentuk sebuah cerita. Plot atau alur merupakan cerminan atau perjalanan tingkah laku
para tokoh dalam bertindak, berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah dalam suatu cerita.
Alur bukan sekedar urutan cerita, melainkan merupakan hubungan sebab akibat peristiwa yang satu dengan yang lainnya dalam
sebuah cerita. Plot merupakan jalan cerita yang bergerak dari suatu permulaan beginning, melalui suatu tengahan meddle menuju suatu
permulaan ending. ‘Plot adalah struktur gerak atau laku yang terdapat ddalam fiksi atau drama.’ Brooks dan Warren dalam Tarigan, 2002:
126.
16
Berdasarkan urutan waktu, plot dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu kronologis dan tak kronologis. Yang pertama disebut
sebagai plot lurus, maju atau dapat dinamakan progresif, sedang yang kedua adalah sorot balik, mundur, flashback, atau juga disebut sebagai
regresi. Plot pada cerpen dikatakan progresif jika pristiwa-pristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh
peristiwa-peristiwa yang kemudian. Selanjutnya sebuah novel dikatakan regresi jika urutan kejadian tidak bersifat kronologis. Cerita tidak
dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhri, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.
Struktur Umum Alur Sudjiman, 1990: 30 Struktur umum alur dapatlah digambarkan sebagai berikut:
Awal: 1. Paparan exposition
2. rangsangan
inciting moment 3.
gawatan rising action
4. tikaian
conflict Tengah:
5. rumitan complication 6.
klimaks Akhir:
7. leraian falling action 8.
selesaian denouement
c. LatarSetting
M. Atar Semi 2004: 46 berpendapat bahwa “latar atau landasan tumpu setting adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.”
Sejalan dengan itu, Tarigan 2002: 136 berpendapat bahwa yang dimaksud “latar atau setting adalah latar belakang fiksi, unsur tempat
dan ruang adalah sebuah cerita.”
17
Nurgiyantoro 2000: 230 mengatakan unsur-unsur setting dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu setting tempat, setting waktu
dan setting sosial. Setting tempat adalah setting yang menggambarkan lokasi atau tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi. Setting waktu adalah setting yang berhubungan dengan masalah “kapan” waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Setting sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu
tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Setting sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan dengan
status sosial tokoh yang bersangkutan dalam sebuah cerita. d.
Tema Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok sebuah karya
sastra Tarigan, 2002: 7. Tema pada dasarnya merupakan pokok sebuah cerita. Jika tidak terdapat tema, cerita akan kabur. Tema adalah
sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tema akan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti: masalah cinta, rindu, maut, perjuangan
hidup, dan sebagainya. e.
Hubungan Antar Unsur Intrinsik Novel Unsur intrinsik merupakan suatu bagian dari struktur novel.
Unsur intrinsik dalam novel memang saling mempengaruhi satu dengan lainnya, misalnya unsur tokoh akan selalu berhubungan dengan
penokohan atau perwatakan. Tokoh dengan latar saling berhubungan
18
atau berkaitan Sudjiman, 1990: 27. Tokoh merupakan individu dalam cerita, sedangkan penokohan atau perwatakan merupakan karakter
tokoh atau individu tersebut. Jadi jika seorang tokoh tanpa karakter, akan tidak akan membentuk sebuah cerita.
Begitu juga berkaitan dengan unsur yang lain, misalnya tema, alur, latar, dan sebagainya. Semua sudah menjadi satu kesatuan yang
utuh, sehingga membentuk sebuah cerita.
4. Nilai