Analisis Tokoh Analisis Tokoh, Penokohan, Alur, Latar, dan Tema

36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pada bagian ini penulis akan menganalisis tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Kelima unsur tersebut sangat penting untuk penulis cantumkan karena dalam penelitian ini unsur yang berhubungan dengan tokoh utama adalah unsur tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis novel ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan ini menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan struktural yang penulis gunakan dalam melihat kesetiaan tokoh utama novel ibuk, karya Iwan Setyawan, khususnya pada kelima unsur itu yaitu tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pembelajaran sastra di SMA berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

B. Analisis Tokoh, Penokohan, Alur, Latar, dan Tema

1. Analisis Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam peristiwa dalam cerita Sudjiman, 1990: 79. Pada dasarnya tokoh dibagi menjadi dua jenis yaitu tokoh utama dan tokoh 37 bawahan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap peristiwa di dalam suatu cerita Stanton, 1965: 17. Di bawah ini akan dibahas tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Tokoh utama dalam novel ini adalah seorang ibu yang bertekad dan berusaha keras demi kesejahteraan keluarganya. a. Ibuk Tokoh Ibuk dalam novel ini memiliki sifat penyayang, tegar dan kuat, ulet, dan setia. Seorang ibu yang pekerjaan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Walaupun hanya sebagai ibu rumah tangga, beliau tetap berjuang keras membantu meringankan pekerjaan bapak. Ibuk menikah di usia yang cukup belia yaitu usia 16 tahun. Di usia yang cukup belia tersebut, ibuk menikah dengan bapak. Mereka menikah dengan sangat sederhana tanpa persiapan kelak bagaimana mereka membesarkan anak-anaknya. Berikut kutipan secara tidak langsung yang menjelaskan sifat- sifat Ibuk. Ibuk adalah sosok ibu yang penuh kasih sayang kepada keluarga, termasuk kepada anak-anak dan suaminya. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 1 “Yuk, makan nasi goreng dulu,” ujar Ibuk sembari menyusui Mira hlm. 42. Usaha yang dilakukan Ibuk sangatlah tidak mudah. Saat melahirkan kelima anaknya, Ibuk juga pernah mengalami keguguran. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 38 2 Lima orang sudah terlahir. Lima kali Ibuk melalui ambang batas antara hidup dan mati. Selain keguguran yang dialami sekali, Ibuk bersyukur hamper semua kehamilannya berjalan lancar hingga persalinan. Kelahiran Isa memberikan banyak pelajaran buat Ibuk dan kelahiran Mira mungkin yang paling menantang. Saat itu Ibuk sudah tidak semuda dulu. Tenanganya sudah tak sekuat dulu hlm. 36. Ibuk selalu ulet dalam hal apa pun, termasuk dalam makan. Anak-anak harus berbagi dengan yang agar semua dapat makan. Ibuk selalu memberi nasehat untuk berbagi makanan. Berikut kutipan- kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 3 “Ini dua telor ceplok untuk kita bertujuh,” kata Ibuk menghidangkan nasi goreng yang masih panas dari penggorengan hlm. 40. 4 “Satu satu ya. Ibuk Cuma punya tujuh iris,” pesan Ibuk hlm. 47. 5 “Gini dong Buk, masak empal. Mosok tempe mulu” ujar Bayek 6 “Eh, tempe juga sehat. Bikin kamu kuat” tukas Ibuk. 7 “Empat sehat lima sempurna dong, Buk,” timpal Rini. hlm. 47. 8 Sepatu jebol “Nan, coba minta lem ke Bapakmu Jik iso digawe iku” 9 “Ya, seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat Buatlah pijakanmu kuat. Kita beli sepatu baru kalau ada rejeki,” hibur Ibuk hlm. 60. Saat Bapak sedang sakit, Ibuk selalu menjaga dan merawat Bapak. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 10 “Biar Ibuk saja yang masak. Biar Ibuk ada kegiatan hlm. 244. 11 Besok kepingin makan apa, Pak?” tanya Ibuk sambil memijat kaki Bapak hlm. 251. 39 12 “Wah, nasi putihnya sudah habis Pak. Aku masakkan sebentar ya?” tanya Ibuk hlm. 266. 13 Sesampai di rumah sakit, Ibuk, Nani, Isa, dan Rini memindahkan jasad Bapak dari kamar rawat ke kamar jenazah. Ibuk mengelus-elus rambut Bapak. Air matanya, tak berhenti mengalir. Isa dan Nani mengelus-elus kaki Bapak hlm. 272. 14 Semenjak Bapak sakit, Ibuk tak pernah jauh dari kamar Bapak. menjaga belahan dirinya. Pagi, siang, dan malam hlm. 254. Kutipan 1 sampai 14 menjelaskan bahwa sifat Ibuk adalah penyayang, tegar dan kuat, ulet, dan setia. Sifat tersebut membuat bahagia keluarganya. Ibuk ingin membuat keluarganya bahagia, agar semua kebutuhan rumah tangganya tercukupi sehingga anak-anaknya dapat meraih cita-cita. Sehari-hari Ibuk mengurus anak-anak dan suami. Ibuk sangat ingin anak-anaknya tidak ingin seperti dirinya dan suaminya. Ibuk ingin anak-anaknya mengeyam pendidikan melebihi pendidikan yang beliau dapatkan. Kebutuhan hidup yang semakin banyak dan tak terbendung membuat Ibuk selalu berhemat. Belum lagi jika anak-anaknya minta dibelikan sepatu, buku, dan peralatan sekolah lainnya. Hal ini membuat Ibuk harus berhutang dan menggadaikan emas. Semua ini beliau lakukan demi terpenuhinya kebutuhan hidup mereka sekeluarga. Terkadang Ibuk meratapi keadaannya yang semakin sulit. Apalagi jika angkot mogok dan Bapak harus memperbaiki angkot tersebut. Hal ini tentu membuat kebutuhan semakin bertambah. Ketika anak-anak sudah besar dan ada yang berumah tangga Ibuk sering datang mengunjungi mereka. Masa tua Ibuk tidak banyak 40 kegiatan. Beliau hanya memasak dan pergi hajatan maupun pengajian. Ibuk juga selalu menghubungi anaknya Bayek yang bekerja di New York, Amerika Serikat. Beliau selalu mendoakan anak-anaknya, termasuk Bayek. Doa dan dukungan Ibuk selalu menguatkan hati Bayek. Namun, Ibuk mulai bersedih ketika orang yang dicintainya selama 40 tahun pergi untuk selamanya. Ibuk berusaha tegar dan selalu mendoakan Bapak agar selalu tenang di sana. Cinta Ibuk selalu segar untuk keluarga. Ibuk setiap malam selalu memimpin pengajian kecil bersama anak cucunya dan mengirim doa kepada Bapak. b. Bayek Bayek diceritakan sebagai anak laki-laki satu-satunya dari Ibuk dan Bapak. Bayek merupakan anak ketiga dari pasangan Ibuk dan Bapak. Bayek kecil adalah anak penyendiri. Namun, sebenarnya Bayek adalah anak yang tekun, pandai, dan pantang menyerah. Berikut kutipan secara tidak langsung yang menjelaskan sifat-sifat Bayek tersebut: 15 Bayek anak penyendiri. Ia selalu merasa takut akan dunia di luar sana. Rumahnya begitu nyaman. Ia merasa terlindungi oleh kehangatan saudara dan orangtuanya. Rini malah sudah bisa ditinggal Ibuk di kelas. Dari balik jendela, Ibuk melihat anak lelaki satu- satunya duduk di antara sekitar 40 anak berseragam merah putih. Mira terlelap dalam gendongannya. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca, melamunkan nasib anaknya. Akankah Bayek hanya bisa sekolah sampai di SD ini saja? Seperti dirinya dulu? hlm. 43. 41 Bayek selalu tekun belajar, hingga akhirnya dia mendapatkan PMDK di IPB jurusan Statistika. Tidak hanya itu, dia juga lulus dengan IP yang memuaskan. Bayek mendapatkan kesempatan bekerja di Jakarta, namun tak lama kemudian dia menerima tawaran untuk bekerja di New York, Amerika Serikat. Selama berada di Jakarta kemudian pindah ke New York, Bayek selalu mengirim uang untuk keluarganya di Batu, Jawa Timur. Uang tersebut digunakan untuk merenovasi rumah di Batu dan membangun kos di Jogja. Setelah dia berjuang di negeri orang, akhirnya Bayek kembali ke Indonesia. Dia menulis cerita keluarganya ke dalam sebuah novel. Dia ingin menjadi penulis dan ingin berbuat sesuatu yang bisa diingat selamanya. c. Bapak Seorang bapak yang pekerjaan sehari-harinya bekerja sebagai sopir angkot. Pada masa mudanya, bapak dijuluki seorang playboy. Namun, hal ini tak membuat Ibuk berpaling kepada laki-laki lain. Mereka berdua akhirnya menikah dan dikaruniai lima orang anak. Satu orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan. Bapak selalu berangkat narik angkot pagi sekali hingga pulang larut malam. Bapak bekerja tanpa kenal lelah. 42 Bapak bekerja sebagai seorang sopir angkot dan ibuk menjadi ibu rumah tangga yang mengurus anak-anak di rumah. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 16 Bapak segera mengantar Ibuk ke tempat praktek bidan desa yang berjarak 15 menit dari rumah Mbak Gik hlm. 30. 17 Bapak terkadang juga memakai uang tabungan Ibuk ini untuk memperbaiki angkot yang rusak atau ketika kena tilang polisi hlm. 46. 18 …Usaha keras hidup tak akan pernah mudah dengan lima anak ini tetapi Ibuk dan Bapak bertekad untuk berlayar dengan gagah. Buat anak-anaknya hlm. 51- 52. Setelah anak-anak sudah besar, bekerja dan berumah tangga, hidup Bapak semakin terjamin. Bapak mulai pensiun narik angkot. Untuk mengisi kesibukan sehari-hari, terkadang Bapak juga ikut mengurus cucu-cucunya. Namun, suatu hari Bapak sering sakit-sakitan dan kesehatannya semakin menurun. Bapak tidak lagi bisa mengurus cucu-cucunya, seperti bermain dan mengantarkan cucu-cucunya ke sekolah. Bapak menderita penyakit jantung koroner. Hari demi hari kondisi Bapak semakin menurun. Akhirnya Bapak pun meninggal dunia. Semua keluarganya merasa kehilangan Bapak. Termasuk Ibuk yang selalu setia kepada Bapak sampai Bapak tiada. d. Mak Gini Mak Gini adalah ibunya Tinah Ibuk. Bagi Mak Gini, anak perempuan tidak sekolah tidak apa-apa. Jadi Ibuk hanya lulusan SD, itu pun tidak lulus. 43 Mak gini hidup dalam kesederhanaan. Mereka makan seadanya. Kalau kurang, Mak Gini menjual apa yang ia punya. Berikut kutipan secara langsung dari pengarang yang mendukung pernyataan tersebut: 19 Hidup begitu sederhana. Mereka makan bersama di dapur berlantai tanah, di depan tungku perapian yang menjadi tempat memasak, juga untuk menghangatkan diri dari udara dingin Kota Batu. Di dapur inilah kebersamaan itu tumbuh. Rezeki yang di dapat hari ini untuk makan besok. Kalau kurang, Mak Gini menjual atau menggadaikan barangnya. Mak Gini menjauhi hutang hlm. 30. Mak Gini bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mak Gini membesarkan Ibuk dan saudara-saudara Ibuk. Mak Gini menyusui semua anaknya dengan air susunya sendiri, memasak tiap pagi, dan memastikan anaknya tidak kelaparan. Mak Gini pun bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Rezeki yang didapat hari ini untuk makan besok. Kalau kurang, Mak Gini menjual atau menggadaikan barangnya. Mak Gini menjauhi hutang. Ketika Ibuk sudah berumah tangga, Mak Gini selalu memberi nasehat kepada Ibuk agar memberikan kacang ijo dan beras merah agar anak-anak kelak menjadi cerdas. e. Mbok Pah Mbok Pah adalah nenek Ibuk. Sejak umur 16 tahun Ibuk sudah ikut berdagang baju bersama neneknya. Mboh berjualan daster batik, baju sekolah, jarik, sampai sarung. Mbok Pah mengajari dari 44 cara membuka kios, melipat baju, sampai tawar-menawar. Berikut kuipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 20 “Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus kios kecil ini ya,” kata Mbok Pah hlm. 2. Saat Ibuk akan memilih jodoh, Mbok Pah sering menasehati Ibuk. Mbok Pah memiliki beberapa pilihan lelaki untuk Ibuk, namun Ibuk tetap memilih Sim Bapak. Mboh Pah tidak bisa memaksakan kehendak Ibuk. Sampai akhirnya Tinah Ibuk dan Sim Bapak menikah, Mbok Pah meninggal seminggu sebelum acara pernikahan itu. f. Mbak Gik Mbak Gik adalah kakak angkat Bapak. Dahulu, Bapak tinggal bersama Mbak Gik di Jalan Darsono, Desa Ngaglik. Saat malam pertama, Ibuk dan Bapak berada ri rumah Mbak Gik. Ketika Bapak dan Ibuk sudah mempunyai lima anak pun, mereka masih menumpang tidur di rumah Mbak Gik. Sampai akhirnya Bapak bertekad membangun rumah kecil di Gang Buntu. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 21 Kamar mereka pun semakin penuh. Beberapa bulan setelah Bayek lahir, mereka meninggalkan rumah Mbak Gik. Bapak telah membangun sebuah rumah kecil di Gang Buntu hlm. 36. Mereka belum bisa membuat rumah. Mereka sudah tidak enak kalau harus numpang lama-lama di rumah Mbak Gik. Ada 45 keinginan mereka untuk membuat rumah, tetapi memang mereka belum punya uang yang mencukupi. Ketika mereka sudah mempunyai lima anak pun, mereka masih menumpang tidur di rumah Mbak Gik. Sampai akhirnya Bapak bertekad membangun rumah kecil di Gang Buntu. g. Isa Isa adalah anak pertama dari keluarga Sim. Isa adalah anak yang baik, sejak kecil ia rajin belajar dan sering mengajari adik- adiknya dalam belajar. Sehabis pulang sekolah Isa membersihkan kaca jendela dan meja kaca kecil di ruang tamu. Setelah rumah bersih, Isa baru makan siang. Ibuk pun bertekad ingin mengkuliahkan Isa, saat itu Isa masih memberi les privat. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 22 “Sekarang, aku ingin memastikan Mira bisa kuliah. Demikian juga Rini dan Isa. Mereka harus bisa kuliah seperti Bayek dan Nani. Mereka harus kuliah. Isa memang sudah lama lulus SMA tapi tidak ada kata terlambat Tekad Ibuk hlm. 140. Besar harapan Ibuk agar Isa bisa lulus SMA. akhirnya Isa bisa lulus SMA. setelah Isa lulus SMA, ia kursus komputer di Malan. Ibuk pun bertekad ingin mengkuliahkan Isa, saat itu Isa masih memberi les privat. Puluhan tahun yang lalu di usia yang hampir sama dengan Isa, Ibuk sekurus Isa. Secantik Isa. Rambutnya sama. Gaya berjalannya sama. Jalan hidupnya saja berbeda. 46 Semenjak lulus SMA Isa telah bekerja untuk membantu Nani dan Bayek kuliah. Di balik kelembutannya, Isa adalah perempuan kuat yang berjuang untuk “membuka” jalan buat adik-adiknya. Berkat bantuan Bayek, Isa bisa kuliah dan kini Isa telah lulus sarjana dan menjadi guru SD. h. Nani Nani adalah anak kedua Ibuk. Nani biasanya jarang meminta. Ia adalah kakak Bayek yang tangguh dan tak pernah merepotkan keluarga. Kala itu, ia berani meminta Ibuk untuk membelikan sepatunya yang jebol dan sudah berulang kali ditambal. Nani juga membantu berjualan makanan kecil. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 23 Nani mulai belajar berdagang. Ia menjual pisang goreng, keripik, atau citos di sekolah hlm. 118. Nani adalah anak Ibuk yang paling gagah, seringkali ia membersihkan got di depan rumah saat hujan tiba. Kebiasaan Nani sama halnya dengan kebiasaan Isa. Sehabis pulang sekolah, Nani biasanya membersihkan rumah dulu yaitu menyapu lantai dan mengepel. Setelah itu Nani makan siang. Anak kedua Ibuk, Nani, lulus SMA setahun kemudian dan kuliah di Universitas Brawijaya. Isa membantu membayar biaya kuliah dan keperluan sehari-hari Nani. Begitu juga Bayek yang telah membantu Nani kuliah dan bisa menjadi guru SD. 47 i. Rini Rini adalah anak keempat Ibuk. Rini bekerja membantu adik Ibuk yang menjadi bidan desa. Dalam novel ini, Rini juga membantu merawat Bapak saat sakit. Rumah Rini tidak jauh dari rumah Ibuk sehingga bisa membantu Ibuk untuk merawat Bapak. Saat jasad Bapak disalatkan, Rini tak sanggup menahan kesedihannya. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 24 Kain hijau menutupi keranda dengan rangkaian melati di atasnya. Jasad Bapak telah disalatkan sebelum Bayek datang. Rini di samping Ibuk menagis, berteriak, dan akhrinya, tak sadarkan diri. Ia dibawa ke kamar Ibuk hlm. 275. j. Mira Mira adalah anak kelima Ibuk. Saat Bayek bekerja Jakarta, Mira baru kelas 2 SMA. Berkat bantuan Bayek, Mira dapat membeli rumah di Karawang. Berkat bantuan Bayek, Mira dapat membeli rumah di Karawang. Berikut kutipan secara secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 25 “Mir, Masmu mau bantu beliin rumah buat kamu…,” kata Ibuk hlm. 221. 26 “Wah, matur suwun, Buk. Mas Bayek sendiri sudah punya tabungan, tah? Kok bolak-balik transfer ke rumah? hlm. 221. k. Bang Udin Bang Udin adalah tukang kredit asli Bandung. Bang Udin sering memberi pinjaman uang kepada Ibuk. Dari Bang Udin, Ibuk selalu berbelanja peralatan dapur. Ibuk membayar dengan cicilan setiap hari. Mulai dari belanja dandang, bak kecil untuk mandi, 48 sampai penggorengan. Terkadang Ibuk meminjam uang lagi, walaupun cicilan yang lalu belum lunas. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 27 “Bang Udin, saya tadi kelupaan. Sebelumnya minta maaf ya. Cicilan kemarin belum lunas semua, tapi…” Ibuk menghela napas sejenak. “Sepatu Nani jebol. Dan saya mau pinjam lagi sama Bang Udin. Bisa kan, Bang?” pinta Ibuk dengan sungkan. “Insya Allah ada, Mbak Nah. Butuh berapa?” tanya Bang Udin. Ada sedikit kelegaan di wajah Ibuk. “Lima belas ribu ya, Bang.” hlm. 88. Berdasarkan kutipan 1 sampai 14 terbukti bahwa tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan adalah tokoh Ibuk. Sementara itu, berdasarkan kutipan 15 sampai 27 tokoh tambahan dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan antara lain Bayek, Bapak, Mbok pah, Mak Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin. Sifat-sifat tokoh-tokoh tambahan dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dijelaskan pada kutipan 15 sampai 27. Tokoh-tokoh tambahan yang dijelaskan antara lain tokoh Ibuk, Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin. Dapat disimpulkan bahwa tokoh ibuk dari cerita ini yang selalu tegar dengan keadaan dan menyayangi suami dan anak-anaknya. Bapak adalah playboy pasar yang juga seorang kernet angkot yang menjadi suami Ngatinah. Dengan usaha, kesabaran dan tanggung jawabnya, Sim mampu membiayai semua yang di butuhkan keluarganya dengan cinta sampai akhir khayatnya. 49 Isa adalah anak pertama dari Ibuk Ngatinah dan Bapak Sim yang pendiam, rajin, sayang kepada adikanya dan selalu menjadi juara kelas semasa sekolahnya sampai akhirnya ia menjadi guru privat di kota Batu. Nani adalah adik isa yang merupakan anak kedua dari Ngatinah dan Sim yang cekatan, pintar,selalu membantu membersihkan rumahnya dan tak pernah menyusahkan keluarga. Nani bisa menyelesaikan kuliahnya di Universitas Brawijaya. Beyek adalah anak ketiga yang merupakan anak laki-laki satu- satunya dari perkawinan Ngatinah dan Sim. Anak Beyek berhasil mendapatkan PMDK IPB jurusan stasistik dan menjadi lulusan terbaik. Sebelum menjadi penulis, ia juga pernah menjabat sebagai direktur perusahaan di New York City. Rini adalah anak ke empat dari Ngatinah dan Sim. Rini yang suka membantu kaka-kakanya sampai setelah lulus SMA Rini membantu Adik Ibunya yang menjadi bidan desa. Mira adalah anak terakhir yang manja,pintar dan pemalu ini tumbuh menjadi wanita yang berpendidikan sampai jenjang S2. Mak Gini adalah sosok ibu yang selalu menyayangi anak-anaknya termasuk salah satunya Ngatinah. Mbok Pah adalah nenek yang mengasuh Ngatinah sejak Ngatinah putus sekolah. Mbok Pah adalah sosok nenek yang bisa menerima segala suatu keputusan apapun dari cucunya. 50 Mbak Gik adalah kakak angkat Sim yang selalu memberikan nasihat yang baik kepada Bapak Sim. Bang Udin adalah sosok selalu memberi pinjaman utang kepada Ibuk dan percaya dengan janji Ibuk yang akan membayar utang.

2. Analisis Penokohan