112
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak Rahmanto, 1988: 16-19.
Melalui pembelajaran sastra, siswa dapat memahami masalah-masalah kehidupan yang kisahnya banyak dijumpai dalam karya sastra seperti novel.
Siswa akan dapat mengambil amanat atau nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Sehingga siswa dapat menanamkan nilai-nilai luhur tersebut dalam
kehidupan sehari-hari dan siswa dapat mengapresiasi karya sastra khususnya novel.
Rahmanto 1988: 27-33 berpendapat bahwa ada tiga aspek tingkat yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu:
1. Bahasa
Guru perlu mengembangkan ketrampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan
bahasa siswanya. Novel ibuk, karya Iwan Setyawan dapat dijadikan bahan pembelajaran sastran di SMA. Novel ini menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh siswa, karena menggunakan bahasa sehari-hari. Terdapat campuran bahasa Jawa dalam novel ini, tetapi hanya ada beberapa bagian
saja. Tidak semua bagian menggunakan bahasa Jawa. Novel ini juga menggunakan bahasa kiasan, namun untuk pembelajaran di sastra di SMA
penggunaan bahasa sudah sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa SMA. Berikut kutipan-kutipan yang menggunakan bahasa kias dalam
novel ini: 1
Anak kecil itu duduk sendiri di sudut ranjang sambil melipat seragam warna kuning dan hijau pelan-pelan. Ia kemudian
113
menyimpannya ke dalam lemari. Ada kekecewaan di matanya yang bening. Besok ia tidak akan ke sekolahnya di Taman
Siswa Batu hlm. 1. 2
Keesokkan harinyan Sim sarapan di tempat yang sama. Seperti biasa ia menyapa Mbok Pah. Matanya kembali berbicara
dengan mata Tinah hlm. 7. 3
Matahari perlahan muncul dari balik Gunung Semeru dan terangnya mulai mewarnai tubuh Gunung Arjuno yang gagah.
Warna langit di atasnya semakin biru. Angin pagi bergerak pelan membawa kabut di sekitar Gunung Panderman
menghilang pelan-pelan. Pagi yang bening. Terang matahari memantul dari titik-titik embun yang masih menempel di atas
daun. Berkilau seperti berlian hlm. 39.
4 Langit biru. Sebiru-birunya. Matahari menyapa dari balik
puncak Gunung Semeru dan menyapu hijau Gunung Panderman. Titik-titik embun pagi bagai berlian yang
menempel di atas daun. Sebagian mulai menetes ke tanah. Pelan-pelan. Ayam-ayam kampung mulai berkeliaran di
halaman. Beberapa memakan daun nonik nakal yang ditanam Isa di depan rumah hlm. 53.
5 “Bayek juga, mesti ke SMP 1 terus ke SMA 1 Batu, dan kuliah.
Anak-anak perempuan juga, mesti kuliah Gak cukup sampai SMP atau SMA saja. Biar kamu semua dapat kerjaan yang
bagus. Biar sema bisa mandiri. Biar jadi manusia yang bermartabat,” lanjut Ibuk ke adik-adik Isa hlm. 66.
6 Sepi menelan Kota Batu. Jam 11 malam. Gang Buntu senyap.
Semua pintu tertutup rapat. Korden menyelimuti jendela setiap rumah. Hampir semua rumah gelap, hanya lampu depan yang
menyala. Redup. Bulan hanya separuh tapi terangnya benderang. Cahaya putih terpantul dari awan di arah barat.
Sunyi hlm. 67.
7 Pagi itu gelap dan dingin. Hujan deras mengguyur Kota Batu.
Jam setengah tujuh pagi segelap jam lima pagi. Lampu ruang tamu sudah dimatikan Ibuk setelah salat Subuh tadi hlm. 258.
8 Kutarik napas panjang. Desah napasku mengembus di tengah
keheningan. Bening malam Kota Batu menenggelamkan. Mencekam. Mengendapkan. Selesai sudah kubungkus
kenangan itu. Tak semua memang karena ingatan ini kadang keruh dan tak bisa tajam mebelah-belah masa lalu yang
panjang. Bulan separuh tampak dari jendela. Embusan napas demi embusan napas. Tak ada yang bergerak. Semua bayangan
diam. Kutarik napas panjang untuk kedua kalinya. Aku tenggelam
dalam keheningan. Aku ditarik-tarik sepi. Aku terbawa dalam kepingan-kepingan hidup Ibuk dan keluarganya. Lembar demi
lembar kenangan menampar hidupku hlm. 286-287.
114
Berdasarkan kutipan 1 sampai 8 tersebut, bahasa yang digunakan dalam novel ibuk, sudah sesuai dengan pemahaman siswa
SMA. Bahasa kiasan yang digunakan juga tidak terlalu sulit untuk dipahami siswa SMA, sehingga dapat memudahkan siswa dalam
memahami alur cerita dan siswa dapat termotivasi untuk selalu membacanya.
Penggunaan bahasa Jawa sering terlihat dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Terdapat campuran bahasa Jawa, namun mudah
dimengerti oleh siswa karena kata yang digunakan tidak terlalu asing bagi siswa dari daerah lain. Berikut kutipan-kutipan secara langsung yang
mendukung pernyataan tersebut: 9
“Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus kios kecil ini ya,” kata Mbok Pah hlm. 2.
10 “Sing ati-ati yo, Nduk. Semoga gak cepat rusak lagi,” pesan
Ibuk. 11
“Sudah empat hari ini, Nah. Mangan opo iki arek-arek mene? SPP juga mesti dibayar besok. Kalau begini terus, pingin segera
jual angkot saja. Gak ngerti maneh aku” Berdasarkan kutipan 9 sampai 11 terdapat penggunaan bahasa
Jawa dalam novel ini, namun masih mudah dimengerti oleh siswa karena kata yang digunakan tidak terlalu asing bagi siswa dari daerah lain.
Sehingga jika dilihat dari aspek kebahasaan, novel ini sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa SMA.
2. Psikologi