Psikologi Relevansi Hasil Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA

114 Berdasarkan kutipan 1 sampai 8 tersebut, bahasa yang digunakan dalam novel ibuk, sudah sesuai dengan pemahaman siswa SMA. Bahasa kiasan yang digunakan juga tidak terlalu sulit untuk dipahami siswa SMA, sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami alur cerita dan siswa dapat termotivasi untuk selalu membacanya. Penggunaan bahasa Jawa sering terlihat dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Terdapat campuran bahasa Jawa, namun mudah dimengerti oleh siswa karena kata yang digunakan tidak terlalu asing bagi siswa dari daerah lain. Berikut kutipan-kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut: 9 “Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus kios kecil ini ya,” kata Mbok Pah hlm. 2. 10 “Sing ati-ati yo, Nduk. Semoga gak cepat rusak lagi,” pesan Ibuk. 11 “Sudah empat hari ini, Nah. Mangan opo iki arek-arek mene? SPP juga mesti dibayar besok. Kalau begini terus, pingin segera jual angkot saja. Gak ngerti maneh aku” Berdasarkan kutipan 9 sampai 11 terdapat penggunaan bahasa Jawa dalam novel ini, namun masih mudah dimengerti oleh siswa karena kata yang digunakan tidak terlalu asing bagi siswa dari daerah lain. Sehingga jika dilihat dari aspek kebahasaan, novel ini sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa SMA.

2. Psikologi

Guru perlu memperhatikan dalam pemilihan bahan pembelajaran, termasuk dalam memilih karya sastra yang sesuai dengan minat mereka. 115 Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi. Untuk membantu guru lebih memahami tingkatan perkembangan psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah, Rahmanto 1988: 30 menyajikan tentang perkembangan psikologi anak: i. Tahap pengkhayal 8 sampai 9 tahun ii. Tahap romanti 10 sampai 12 tahun iii. Tahap realistik 13 sampai 16 tahun iv. Tahap generalisasi umur 16 tahun dan selanjutnya Berikut kutipan-kutipan yang mendukung dalam pemilihan aspek psikologi tersebut: 12 “Buk, nggak apa-apa tah?” tanya Bayek yang mendapati Ibuk duduk sendiri di lantai dapur. Ibuk terisak-isak menutup mata dengan kedua telapak tangan. Baru kali ini Bayek melihat Ibuk menangis hlm. 116. 13 Bapak dan Ibuk berusaha menyelamatkan anak-anak lewat bangku sekolah. Tangan mereka begitu kuat. Janji Ibuk untuk menyekolahkan anak-anaknya begitu sakral hlm. 132. 14 Ada air mata di sudut mata Bayek. Ia diam. Hening di ruang tamu. Bayek dan kakak adiknya tahu bagaimana Bapak dulu bekerja keras dari hari ke hari untuk membeli angkot itu. Usaha keras gigih Ibuk menyisakan uang belanja demi angkot itu. Bayek tahu, betapa besar cinta Bapak untuk angkotnya. Kini Bapak harus menjual angkotnya hlm. 134. 15 Di hari pertama kerja, Bayek mengingat Bapak yang tak pernah berhenti berjuang dalam hidup. Berpuluh-puluh tahun Bapak menelusuri jalann untuk menghidupi keluarga hlm. 141. 16 Rekan kerja di kantor datang dan pergi tapi Bayek tetap bertahan. Bayek merasa telah tumbuh dan diberikan kesempatan besar untuk mengubah hidupnya di perusahaan ini. Bayek ingin mengabdi lewat pelayanan terbaik hlm. 194. 17 Di musim gugur kesembilan, dengan pergulatan batin yang luar biasa, Bayek memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Ia 116 menyerahlan surat pengunduran diri, tapi atasannya meminta Bayek untuk mempertimbangkannya. Ia diberikan waktu dua bulan untuk pulang ke Indonesia dan memikirkan lagi keputusan itu hlm. 221. 18 Bapak terbaring lemas. Hanya mata kiri yang terbuka. “Le, jangan pergi jauh-jauh ya,” pesan Bapak singkat. Bayek kemudian mencium pipi Bapak dan berangkat. Ada gundah di hati Bayek hlm. 263. Berdasarkan kutipan 12 sampai 18 tersebut, novel ini banyak mengandung nilai kesetiaan yang merupakan bagian dari aspek psikologi. Jadi para siswa dapat menanamkan nilai tersebut dalam kehidupan sehari- hari dan dapat meneladani tokoh-tokoh dalam novel ini, termasuk tokoh Ibuk.

3. Latar belakang budaya