Euforia Kebebasan Pers Pasca Orde Baru

106

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari BAB II sampai BAB IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Lahirnya Orde Baru telah memberikan perubahan sikap pemerintah terhadap kehidupan pers Indonesia, pers Indonesia yang semula menjadi pers perjuangan mulai berubah menjadi pers partisan. Pada awal pemerintahan Orde Baru pers bekerjasama untuk membangun kekuasaan Orde Baru secara penuh setelah konsolidasi kekuasaan Orde Baru mulai kuat, pemerintah mulai menunjukan perubahan sikap terhadap pers yang mengkritik kinerja dan kebijakan yang dianggap tidak adil. Agar pemberitaan pers tidak menimbulkan kericuhan serta ketidakstabilan politik, maka pemerintah mengendalikan pers melalui kebijakan-kebijakan yang belaku bagi kehidupan pers nasional seperti, Surat Izin Terbit SIT, Surat Izin Cetak SIT, dan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers SIUPP, setelah berlakunya Undang-Undang Pokok Pers No.21 Tahun 1982. 2. Selama masa Orde Baru terjadi beberapa kali peristiwa besar telah mengubah sikap Pemerintahan Presiden Soeharto terhadap pers yang semakin menyempitkan kebebasan pers. Seperti pers gencar mengulas fenomena korupsi dan penyelewengan yang dilakukan oleh pemerintah, dan puncaknya ketika surat kabar memberitakan penolakan terhadap modal asing Jepang, serta dilakukan demonstrasi atas kedatangan Perdana Menteri Jepang ke Indonesia. Peristiwa meletusnya demostrasi mahasiswa ini dikenal dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Peristiwa Malari 1974, pasca peristiwa Malari Pemerintah membredel 11 Surat kabar dan 1 majalah. Peristiwa Malari menjadi tolok ukur tindakan represif pemerintah terhadap pers Indonesia. Selama masa Orde Baru Pemerintah membredel dalam beberapa bentuk seperti: pencabutan SIC dan SIT pada masa berlakunya Undang-Undang Pokok Pers No.11 Tahun 1966, jumlah pencabutan SIC oleh Laksusda Kopkamtibda sebanyak 2 kali, dan pencabutan SIT berjumlah 28 kali terhadap surat kabar, majalah, tabloid. Dihapuskannya SIT dalam Undang-Undang Pokok Pers No.21 Tahun 1982 perubahan atas Undang-Undang Pokok Pers tahun 1966 dan 1967, kebijakan SIUPP mengantikan SIT yang telah dihapus, maka pembredelan mulai tahun 1982 dilakukan dengan bentuk pembatalan SIUPP yang dilakukan oleh Menteri Penerangan dan tidak jarang pembredelan yang dilakukan hanya melalui telepon yang dikenal dengan budaya telepon. Jumlah pencabutan SIUPP yang dilakukan oleh Menteri Penerangan 11 kali terhadap surat kabar, majalah dan tabloid. Alasan-alasan pemerintah seperti alasan politik, ekonomi, SARA, dan pronografi dalam mempertimbangkan menjinakan pers melalui tindakan represif dan berakhir dengan pembredelan, adalah untuk menjaga kestabilan keamanan dan politik nasional adalah alasan paling utama pemerintah dalam membredel pers, agar tidak terjadi kericuhan yang dapat menjatuhkan pemerintahan seperti peristiwa September 1965 yang dikenal dengan G 30 S. 3. Berbagai pembredelan yang terjadi di bawah Pemerintahan Presiden Soeharto pada masa Orde Baru memberikan berbagai dampak terhadap kehidupan pers, bukan hanya terkait kebebasan pers yang sama sekali dibatasi. Namun lebih luas dari itu dampak yang dirasakan bagi keberlangsungan kehidupan pers nasional, seperti dalam bidang Industri, tenaga kerja pers, profesi wartawan, kehidupan pers mahasiswa, karyawan pers dan euforia kebebasan pers. 109 DAFTAR PUSTAKA BUKU Ahmad Zaini Abar. 1995. 1966-1974 Kisah Pers Indonesia. Yogyakarta: Lkis. Alfian, 1991. Komunikasi Politik dan Sistem Politik di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Asvi Warman Adam.et.all. 2006. Soeharto Sehat. Yogyakarta: Galangpress. Atmadi.T. 1985. Sistem Pers Indonesia. Jakarta: Gunung Agung. Atmakusumah.1981.Kebebasan Pers dan Arus Informasi.Jakarta:Lembaga Studi Pembangunan. ____________.1997 . Tajuk-tajuk Mochtar Lubis di Harian Indonesia Raya. Jakarta: YOI. Ayu Utami. et.al. 1994. Bredel 1994: Kumpulan tulisan tentang pembredelan Tempo, Detik, Editor. Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen. Bambang Sigap Sumantri, et.al. 2015. 50 Tahun Kompas Memberi Makna. Jakarta:PT.Kompas Media Nusantara. Crouch Harold. 1999. Militer Politik di Indonesia. Jakarta:Surya Usaha Ningtias. Didi Prambadi. et.al. 1994. Buku Putih TEMPO:Pembredelan Itu. Jakarta: Alumni Majalah Tempo. Hugh Purcell.2004. Fasisme. Yogyakarta;Resist Book. Haris Sumadiria. 2014. Sosiologi Komunikasi Massa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hamzah.et.al. 1987. Delik-delik pers di Indonesia.Jakarta: Media Sarana Press. Hotman, M. Siahaan.et.al. Tajuk-tajuk dalam Terik Matahari: Empat Puluh Tahun Surabaya Post. Surabaya:Yayasan Keluarga Bakti. Hill, David.T. 2011. Pers di Masa Orde Baru. Jakarta:Obor Indonesia. Indah Suryati. 2014. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. Jakob Oetama. 2000.Pers Indonesia Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Mansyur Semma. 2008. Negara dan Korupsi. Jakarta: Obor Indonesia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Mochtar Lubis. 2008. Nirbaya: Catatan Harian Mochtar Lubis dalam Penjara Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mondry.2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia. Nugroho Notosusanto. 1978. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta:Yayasan Indayu. Oemar Seno Adji. 1977. Pers, Aspek-aspek Hukum.cet.2.Jakarta:Erlangga. ______________.1990. Perkembangan Delik Pers Di Indonesia. Jakarta: Erlangga. Rosihan Anwar. 2004. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Yogyakarta:Media Abadi. _____________.1992. Indonesia 1966-1983:dari Koresponden Kami di Jakarta, Jakarta:Pusataka Utama. Uka Tjandrasasmita. 2010. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Smith. Edward.C. 1986. Sejarah Pembredelan Pers di Indonesia; penerjemah: Atmakusumah, et.al. Jakarta: Pustaka Utama GrafitiPers. Subagyo,et.al. 1987. Rekaman Peristiwa ’86. Jakarta: PT.Sinar Agape Press. Suhartono W. Pranoto. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Surjomihardjo Abdurrachman. 2002. Beberapa Segi Perkembangan Pers di Indonesia. Jakarta:Kompas Media Nusantara. Sularto. 2001. Humanisme dan Kebebasan Pers. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Sutarjo Adisusilo.J.R. 2016. Revolusi Eropa Menjadi Modern. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. ________ 2015. Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jakob Oetama.Jakarta: .Kompas Media Nusantara. _______ 2007. Kompas menulis dari dalam. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Taufik Rahzen, et. al., 2007. Tanah air bahasa: seratus jejak pers Indonesia. Jakarta: I:BOEKOE. Jurnal Ashadi Siregar. 2000. Media Pers dan Negara: Keluar dari Hegemoni. Jurnal Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik. Volume 4. No.2. Efendi Gazali. 2004. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Volume 8.No.1. Inge Hutagalung. 2013.Dinamika Sistem Pers di Indonesia” Jurnal Interaksi. Volume II No. 2. Mochtar Lubis. 1978. Etos Pers Indonesia” Prisma, No.11, LP3ES. Susilastuti. 2000.Kebebasan Pers Pasca Orde Baru. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Volume.4.No.2. Yuli Andanwati. 2013. Pembredelan Sinar Harapan Tahun 1986. Avatara E-journal Pendidikan Sejarah..Vol I . No.3. Sumber Koran Goenawan Mohamad, SIUPP, Tempo. 22 Juli 1991. Pelita. 20 Januari 1978 Tempo.21 Februari 1979. Tempo. 11 April 1987. Tempo.19 Maret 1994. Tempo,11 Juni 1994. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI