Hubungan Perilaku Seksual Dan Riwayat IMS Pada Wanita Dengan Terjadinya Kanker Serviks, Pada Pasien Yang Datang Berobat Dan Rawat Inap Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL DAN RIWAYAT IMS PADA WANITA DENGAN TERJADINYA KANKER SERVIKS PADA PASIEN YANG

DATANG BEROBAT DAN DIRAWAT DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014

OLEH:

ELIDA SURYANI HASIBUAN NIM. 111021061

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

ABSTRAK

Kanker serviks adalah kanker yang menyerang organ bagian depan rahim atau antara rahim dan vagina. Dari studi epidemiologi kanker serviks berhubungan kuat dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti pasangan, aktivitas seksual dini dan riwayat penyakit kelamin. Resiko meningkat lebih dari 10x bila mitra seks 6 atau lebih, atau melakukan hubungan seks pertama dibawah umur 15 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku seksual wanita usia subur dengan faktor resiko terjadinya kanker serviks pada pasien yang datang berobat dan dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan menggunakan desain case control. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Consecutive Sampling dengan besar sampel sebanyak 60 orang. Data dianalisa dengan uji Chi Squaredengan α=0,05.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara mitra seksual dengan resiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai p < 0,05 yaitu p= 0,004. Untuk variabel aktivitas seksual dini setelah dilakukan uji statistik bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas seksual dini dengan resiko terjadinya kanker serviks. Variabel penyakit kutil kelamin diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara penyakit kutil kelamin dengan resiko terjadinya kanker serviks dengan nilai p < 0,05 yaitu p= 0,038. Dan variabel penyakit herpes kelamin diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara penyakit herpes kelamin dengan resiko terjadinya kanker serviks

Dari hasil penelitian disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar lebih mensosialisasikan tentang pemeriksaan kanker serviks pada wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual, agar dapat mendeteksi penyakit kanker serviks lebih dini.


(4)

ABSTRACT

Cervical cancer is a cancer that attacks the front of the uterus or organs between the uterus and vagina. The epidemiology study of cervical cancer with sexual behavior such as changing couples, sexual activity and early history of venereal disease. The risk increased more than 10 x when 6 or more sex partners, or the first to have sex under the age of 15 years.

This research aims to know the relationship of fertile women age sexual behavior with their risk factors of cervical cancer in patients who come totreat and were treated at the RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2014. This type of research is the study of analytic design using case control. Sampling is done by meansof Consecutive Sampling large samples with as many as 60 people. Data were analyzed by Chi

Square with α=0,05

The results of research using the test Chi Square found that there is a relationship between sexual partner with the risk of the occurrence of cervical cancer, which obtained the value of p < 0.05 is p=0.004. For premature sexual activity after variabel performed statistical test that there is no relationship between early sexual activity with the risk of the occurrence of cervical cancer. Genital warts diseases obtained variabel results that there is a relationships between genital warts diseases with the risk of the occurrence of cervical cancer with a value p < 0.05 is p=0.038. And genital herpes disease variables obtained the results that there is no relationship between disease genital herpes the risk of the occurrence of variabel cancer.

Of research results it is recommended to the Department of health of the city of Medan to socialize about cervical cancer screening in women who have been active sexual intercourse, in order to detect early cervical cancer disease.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elida Suryani Hasibuan

Tempat/Tanggal Lahir : Lubuk Tukko, 19 September 1990

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Menikah

Nama Ayah : H. Aspada Hasibuan

Nama Ibu : Hj. Erminawati Harahap

Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat)

Alamat Rumah : Jl. SM. Raja Gg. Makmur Bakaran Batu, Sitamiang Padang Sidimpuan

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1995-1996 : TK Aisyah Bustanul Athfal, Sibuluan Tahun 1996- 2002 : SD. Negeri Aksara Indah, Pandan Tahun 2002- 2005 : SMP Negeri 1 Padang Sidimpuan Tahun 2005- 2008 : SMA Negeri 2 Padang Sidimpuan

Tahun 2008- 2011 : Akademi Kebidanan Widya Husada Medan Tahun 2011- sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

RIWAYAT PEKERJAAN


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Judul “ Hubungan Perilaku Seksual Wanita dan Riwayat IMS Dengan Terjadinya Kanker Serviks Pada Pasien Yang Datang Berobat Dan

Dirawat Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU.

3. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada peneliti sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan.

4. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan banyak pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu drh. Rasmaliah selaku Dosen Penasehat Akademik.

6. Bapak Wakil Direktur Medis dan Penelitian RSUD Dr. Pirngadi Medan dan staff yang telah member izin dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(7)

7. Seluruh Dosen beserta seluruh pegawai (terkhusus buat bg. Romzzi) dan karyawan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membantu demi kelancaran skripsi ini.

8. Kepada Ayahanda H. Aspada Hasibuan dan Ibunda Hj. Erminawati Harahap tercinta yang telah memberikan doa, semangat, nasehat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya. Ayahanda dan Ibunda adalah inspirasi terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku.

9. Kepada sanak saudara terima kasih untuk dukungan dan doanya.

10. Kepada teman-teman peminatan Kesehatan Reproduksi Stambuk 2011, terima kasih buat semangat dan dukungannya.

11.Kepada teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, September 2014

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Kanker serviks ... 8

2.1.1. Defenisi Kanke Serviks ... 8

2.1.2. Faktor Penyebab Kanker Serviks ... 8

2.1.3. Gejala Kanker Serviks ... 9

2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kanker Serviks ... 10

2.1.5. Perkembangan Penyakit Kanker Serviks ... 13

2.1.6. Stadium Klinis Kanker Serviks... 14

2.1.7. Pencegahan Kanker Serviks ... 15

2.1.8. Deteksi Dini Kanker Serviks ... 15

2.2. Perilaku Seksual ... 17

2.2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual ... 18

2.2.2. Bentuk Perilaku Seksual Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Kanker Serviks ... 19

2.3. Kerangka Konsep ... 23

2.4. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Jenis Penelitian... 24


(9)

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 24

3.2.2. Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel ... 25

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

3.4.1. Data Primer ... 26

3.4.2. Data Sekunder ... 26

3.5. Defenisi Operasional ... 27

3.6. Aspek Pengukuran ... 27

3.6.1. Multipartner Seksual ... 27

3.6.2. Aktivitas Seksual Dini ... 28

3.6.3. Penyakit Herpes Kelamin ... 28

3.6.4. Penyakit Kutil Kelamin ... 28

3.6.5. Kanker Serviks ... 28

3.7. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data ... 29

3.7.1. Teknik Pengolahan Data ... 29

3.7.2. Analisa Data ... 29

BABIV HASIL PENELITIAN ... 31

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1 Deskripsi Lokasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ... 31

4.1.2 Sejarah Singkat RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ... 31

4.2. Gambaran Pasien Yang Datang Berobat Dan Rawat Inap ... 33

4.3. Gambaran Karakteristik Responden ... 33

4.3.1 Umur Responden ... 34

4.3.2 Pendidikan Responden ... 34

4.3.3 Pekerjaan Responden ... 35

4.3.4 Pekerjaan Suami Responden ... 35

4.3.5 Penghasilan Responden ... 36

4.3.6 Perkawinan Responden ... 36

4.3. Hasil Analisis Univariat ... 36

4.4.1. Aktivitas Seksual Dini ... 37

4.4.2. Mitra Seksual ... 38

4.4.3. Penyakit Kutil Kelamin ... 39

4.4.4. Penyakit Herpes Kelamin ... 41

4.4. Hasil Analisis Bivariat ... 43 4.5.1.Hubungan Aktivitas Seksual Dini Dengan Terjadinya


(10)

4.5.2.Hubungan Mitra Seksual Dengan Terjadinya Kanker

Serviks... 44

4.4.3.Hubungan Penyakit Kutil Kelamin Dengan Terjadinya Kanker Serviks ... 44

4.4.4.Hubungan Penyakit Herpes Kelamin Dengan Resiko Terjadinya Kanker Serviks ... 45

BAB V PEMBAHASAN ... 46

5.1. Hubungan Aktivitas Seksual Dini Dengan Terjadinya Kanker Serviks ... 46

5.2. Hubungan Mitra Seksual Dengan Terjadinya Kanker Serviks ... 47

5.3. Hubungan Penyakit Kutil Kelamin Dengan Terjadinya Kanker Serviks ... 49

5.4. Hubungan Penyakit Herpes Kelamin Dengan Terjadinya Kanker Serviks ... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 52

6.1. Kesimpulan ... 52

6.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :

1. Kuesioner Penelitian 2. Lembar Informed Consent

3. Surat Permohonan Izin Penelitian 4. Surat Balasan Pelaksanaan Penelitian 5. Master Data


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Stadium Klinis Kanker Serviks ... 13

Tabel 4.1 Umur Responden ... 34

Tabel 4.2 Pendidikan Responden ... 34

Tabel 4.3 Pekerjaan Responden ... 35

Tabel 4.4 Pekerjaan Suami Responden ... 35

Tabel 4.5 Penghasilan Responden ... 36

Tabel 4.6 Perkawinan Responden ... 36

Tabel 4.7 Umur Responden Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual ... 37

Tabel 4.8 Pasangan Responden Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual .. 37

Tabel 4.9 Alasan Responden Melakukan Hubungan Seks Dini ... 37

Tabel 4.10 Frekuensi Responden Melakukan Hubungan Seksual ... 38

Tabel 4.11 Mitra Seksual Sebelum Menikah Melakukan Hubungan Seksual .... 39

Tabel 4.12 Mitra Seksual Sesudah Menikah Melakukan Hubungan Seksual Selain Suami ... 39

Tabel 4.13 Jumlah Mitra Seksual ... 39

Tabel 4.14 Riwayat Penyakit Kutil Kelamin ... 39

Tabel 4.15 Lama Responden Menderita Penyakit Kutil Kelamin ... 40

Tabel 4.16 Tempat Responden Melakukan Pemeriksaan Penyakit Kutil Kelamin 40 Tabel 4.17 Riwayat Penyakit Penyakit Kutil Kelamin Suami... 40

Tabel 4.18 Penyakit Herpes Kelamin ... 41

Tabel 4.19 Lama Responden Menderita Penyakit Herpes Kelamin ... 41

Tabel 4.20 Gejala Penyakit Herpes Kelamin ... 42

Tabel 4.21 Periksa Penyakit Herpes Kelamin ... 42

Tabel 4.22 Tempat Responden Melakukan Pemeriksaan Penyakit Herpes Kelamin ... 42

Tabel 4.23 Riwayat Penyakit Herpes Kelamin Suami ... 43

Tabel 4.24 Hubungan Aktivitas Seksual Dini Dengan Terjadinya Kanker Serviks 43 Tabel 4.25 Hubungan Multipartner Seksual Dengan Terjadinya Kanker Serviks 44 Tabel 4.26 Hubungan Penyakit Kutil Kelamin Dengan Terjadinya Kanker Serviks 44 Tabel 4.27 Hubungan Penyakit Herpes Kelamin Dengan Terjadinya Kanker Serviks ... 45


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(13)

ABSTRAK

Kanker serviks adalah kanker yang menyerang organ bagian depan rahim atau antara rahim dan vagina. Dari studi epidemiologi kanker serviks berhubungan kuat dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti pasangan, aktivitas seksual dini dan riwayat penyakit kelamin. Resiko meningkat lebih dari 10x bila mitra seks 6 atau lebih, atau melakukan hubungan seks pertama dibawah umur 15 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku seksual wanita usia subur dengan faktor resiko terjadinya kanker serviks pada pasien yang datang berobat dan dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan menggunakan desain case control. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Consecutive Sampling dengan besar sampel sebanyak 60 orang. Data dianalisa dengan uji Chi Squaredengan α=0,05.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara mitra seksual dengan resiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai p < 0,05 yaitu p= 0,004. Untuk variabel aktivitas seksual dini setelah dilakukan uji statistik bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas seksual dini dengan resiko terjadinya kanker serviks. Variabel penyakit kutil kelamin diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara penyakit kutil kelamin dengan resiko terjadinya kanker serviks dengan nilai p < 0,05 yaitu p= 0,038. Dan variabel penyakit herpes kelamin diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara penyakit herpes kelamin dengan resiko terjadinya kanker serviks

Dari hasil penelitian disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar lebih mensosialisasikan tentang pemeriksaan kanker serviks pada wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual, agar dapat mendeteksi penyakit kanker serviks lebih dini.


(14)

ABSTRACT

Cervical cancer is a cancer that attacks the front of the uterus or organs between the uterus and vagina. The epidemiology study of cervical cancer with sexual behavior such as changing couples, sexual activity and early history of venereal disease. The risk increased more than 10 x when 6 or more sex partners, or the first to have sex under the age of 15 years.

This research aims to know the relationship of fertile women age sexual behavior with their risk factors of cervical cancer in patients who come totreat and were treated at the RSUD Dr. Pirngadi Medan in 2014. This type of research is the study of analytic design using case control. Sampling is done by meansof Consecutive Sampling large samples with as many as 60 people. Data were analyzed by Chi

Square with α=0,05

The results of research using the test Chi Square found that there is a relationship between sexual partner with the risk of the occurrence of cervical cancer, which obtained the value of p < 0.05 is p=0.004. For premature sexual activity after variabel performed statistical test that there is no relationship between early sexual activity with the risk of the occurrence of cervical cancer. Genital warts diseases obtained variabel results that there is a relationships between genital warts diseases with the risk of the occurrence of cervical cancer with a value p < 0.05 is p=0.038. And genital herpes disease variables obtained the results that there is no relationship between disease genital herpes the risk of the occurrence of variabel cancer.

Of research results it is recommended to the Department of health of the city of Medan to socialize about cervical cancer screening in women who have been active sexual intercourse, in order to detect early cervical cancer disease.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu penyakit yang sering menyerang kesehatan reproduksi wanita adalah kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan kanker pembunuh perempuan no.2 di dunia setelah kanker payudara. Kanker serviks yang sudah memasuki stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka yang relatif cepat (Rasjidi, 2009).

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang menyerang organ bagian depan rahim atau antara rahim dan vagina. Penyebab utama kanker serviks adalah virus yang dikenal dengan Human Papiloma Virus (HPV). Jenis virus HPV yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal ialah virus HPV tipe 16 dan 18. Sekitar 99 % penderita kanker servik disebakan karena serangan HPV. Infeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks ini bisa terjadi karena kontak kelamin melalui hubungan seks. Timbulnya HPV juga sangat rentan pada wanita yang merokok, suka berganti –ganti pasangan seks, dan menikah diusia terlampau muda ( Magdalena, 2012 ).

Sekitar 80 % kasus kanker leher rahim terjadi pada perempuan yang hidup di negara berkembang. 510.000 orang wanita di diagnosis terkena kanker servik, 280.000 orang diantaranya meninggal dunia. Menurut WHO, setiap dua menit wanita meninggal karena kanker servik di negara berkembang ( Nurwijaya, 2012 ).

Berdasarkan data World Health Organization ( WHO ) tahun 2013, ada sekitar 15.000 penderita kanker servik dari total kasus di Indonesia. Indonesia


(16)

merupakan negara dengan jumlah penderita kanker servik yang tertinggi di dunia. Setiap tahun ribuan wanita meninggal karena kanker servik. Kanker servik merupakan jenis kanker yang menempati peringkat teratas sebagai penyebab kematian wanita didunia ( Kartika, 2013 ).

Departement Kesehatan RI menyebutkan sebanyak 26.169 wanita Indonesia terkena kanker servik dan kisaran usia antara 45 sampai 54 tahun mendominasi penderitanya. Dari jumlah 26 ribu wanita itu, sebanyak 8.451 orang merupakan kalangan umur 45 – 54 tahun dengan persentase 32,29 %. Wanita berusia 35 – 44 tahun dengan jumlah mencapai 8.216 orang dengan persentase 31,40 %. Kalangan wanita usia 55 – 64 tahun dengan jumlah yang mencapai 4.310 orang dengan persentase 16,47%. Kalangan wanita usia 25 – 34 tahun dengan jumlah sekitar 2.945 orang dan persentase sekitar 11,25%. Kanker servik juga mengenai para wanita 65 – 74 tahun dengan persentase 5,06% dan kalangan wanita usia berusia diatas 75 tahun dengan persentase sekitar 1,83% dengan jumlah sekitar 478 orang. Sisanya kalangan wanita berusia 15 – 24 tahun dengan persentase 0,7 – 0, 67% ( Asep, 2012 ).

Di Indonesia, kanker leher rahim atau kanker servik merupakan jenis kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara. Di Indonesia kasus baru kanker servik ditemukan 40 – 45 kasus perhari. Diperkirakan setiap satu jam, seorang perempuan meninggal karena kanker servik. Artinya dalam waktu sehari semalam atau 24 jam, terjadi kematian sebanyak 24 orang perempuan. Perempuan Indonesia sangat tinggi resikonya terkena kanker servik. Berdasarkan Yayasan Kanker Indonesia, 52 juta


(17)

perempuan Indonesia beresiko terkena kanker servik, sementara 36 persen perempuan dari seluruh penderita kanker adalah pasien kanker servik ( Kartika, 2013 ).

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai jumlah kasus kanker serviks yang sangat tinggi. Sebanyak 11,25 persen wanita di Jawa Timur menderita kanker serviks. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur, kasus kanker servik terjadi di 29 kabupaten dan 8 kota di Jawa Timur pada tahun 2011 dengan jumlah total 1844 kasus ( Fathoni, 2013 ).

Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi, jumlah penderita kanker servik pada tahun 2011 yaitu usia ( 18 – 74 tahun ) sebanyak 74 kasus. Sementara data kasus kanker servik tahun 2012 yaitu usia ( 12 – 75 tahun ) sebanyak 331 kasus ( Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2012 ).

Data dari RSU Dr. Pirngadi Medan menunjukkan pada tahun 2012 terdapat pasien kanker serviks yang dirawat inap sebanyak 58 pasien dan tahun 2013 terdapat 64 pasien. Berdasarkan data diatas terjadi peningkatan kasus penyakit kanker serviks tiap tahunnya di RSU tersebut.

Kanker serviks cenderung muncul pada perempuan berusia 35 – 55 tahun, namun bisa juga muncul pada usia yang lebih muda. Infeksi HPV paling sering terjadi pada umur 18 – 28 tahun. HPV dapat menginfeksi semua orang karena HPV dapat menyebar melaui hubungan seksual. Wanita yang berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti – ganti pasangan beresiko lebih tinggi terkena infeksi ( Dinkes Yogyakarta, 2011 ).


(18)

Penyebab kanker leher rahim belum duketahui secara pasti. Ada beberapa hal yang diduga dapat menambah resiko timbulnya kanker leher rahim, diantaranya jarang ditemukan pada perawan, insiden lebih tinggi pada mereka yang sudah kawin daripada yang belum kawin, insiden meningkat dengan tinggi paritas, aktivitas seksualnya sering berganti-ganti pasangan ( multipartner ), jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya disunat(sirkumsisi), dan sering dijumpai pada wanita yang mengalami infeksi viraus HPV (Human Papilloma Virus) tipe 16 atau 18, pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (<16 tahun), dan pada wanita yang memeiliki kebiasaan merokok ( Amir, 2011 ).

Perilaku memang bisa berpengaruh pada apa yang dialaminya dimasa mendatang. Penyakit paling membunuh perempuan yang kedua setelah setelah kanker payudara disebut sebagai the silent killer, karena awalnya kanker servik tidak menimbulkan gejala. Faktor – faktor yang membuat beresiko pada kanker servik, pertama perilaku seksual dan infeksi menular. Prevalensi atau angka kejadian teringgi kanker servik ( sekitar 20% ) terutama dijumpai pada perempuan aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual terlalu dini bisa meningkatkan resiko kanker servik dua kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Jika di usia 20-an tahun sudah terkena infeksi HPV, sekitar 10 tahun kemudian menjadi prakanker, sehingga puncaknya bisa terjadi di usia 30-an. Semakin banyak pasangan seksual yang dimiliki oleh seorang wanita, maka semakin meningkat pula resiko terjadinya kanker servis pada wanita itu ( Indarini, 2014 ).


(19)

Berdasarkan survey awal yang dilakukan, didapati data dari rekam medik RSUD Dr. Pirngadi terdapat 121 pasien kanker yang melakukan pemeriksaan Pap Smear dan Test IVA berkunjung ke poliklinik ginekologi pada bulan Januari 2014, dan yang terkena kanker serviks sebanyak 12 orang. Berdasarkan hasil wawancara terhadap penderita kanker serviks sebanyak 3 orang didapatkan informasi bahwa perilaku seksual mereka sewaktu muda, 2 orang mengatakan bahwa dirinya pernah berganti-ganti pasangan. Setelah menikah mereka pun pernah juga melakukan hubungna seksual dengan orang lain selain suaminya. Mereka mengatkan bahwa alasan mereka karena suaminya jarang pulang sehingga mereka merasa kesepian. Dan 1 orang pernah melakukan hubungan seksual pertama kali dengan pacarnya pada usia 15 tahun

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dan tingginya angka kejadian pada wanita yang menderita kanker serviks sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Perilaku Seksual Dan Riwayat IMS Pada Wanita Dengan Terjadinya Kanker Serviks Pada Pasien Yang Datang Berobat dan Rawat Inap

Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014”. 1.2. Perumusan Masalah

Tingginya angka kejadian kanker serviks yang disebabkan oleh HPV, perilaku seksual juga merupakan salah satu resiko terjadinya kanker serviks. Berdasarkan hal diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Perilaku Seksual dan Riwayat IMS Wanita Dengan Terjadinya Kanker


(20)

Serviks Pada Pasien Yang Datang Berobat dan Rawat Inap Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014“.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perilaku seksual dan riwayat IMS wanita dengan terjadinya kanker serviks yang datang berobat dan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan multipartner dengan terjadinya kanker serviks di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014.

2. Untuk mengetahui hubungan aktivitas seksual usia dini dengan,terjadinya kanker serviks di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014.

3. Untuk mengetahui hubungan herpes kelamin dengan terjadinya kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014.

4. Untuk mengetahui hubungan kutil kelamin dengan terjadinya kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada wanita bahwa perilaku seksual dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks. Dengan demikian, diharapkan agar lebih menjaga perilaku seksual sehingga dapat mengurangi terjadinya kanker serviks. Petugas kesehatan ikut juga berpartisipasi dalam


(21)

melakukan deteksi dini kanker serviks, dengan cara meningkatkan pemeriksaan Pap Smear dan Test IVA di pelayanan kesehatan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Serviks

Kanker servik merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah dalam kesehatan kaum wanita terutama di negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia. Penyakit kanker servik menyerang leher rahim, saluran rahim, bagian dalam rahim, dan bisa juga luar rahim atau kandungan ( Supriyanto, 2010 ).

Kanker servik atau kanker mulut rahim adalah pertumbuhan sel – sel kanker di mulut rahim atau serviks yang tidak normal. Kanker servik merupakan jenis kanker yang paling banyak terjadi pada wanita Indonesia. Di negara maju kanker servik sudah agak menurun. Penyebab kanker serviks belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, sekitar 95% kanker serviks diduga terjadi karena sejenis virus, yaitu Human Papiloma Virus ( HPV ). Virus ini dapat menular melalui perilaku seksual seperti

sering berganti pasangan dan berhubungan seksual diusia muda ( Setiati, 2009 ).

2.1.1. Defenisi Kanker Serviks

Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim, yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina) (Wijaya, 2010).

2.1.2. Faktor Penyebab Kanker Serviks

Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang terinfeksi oleh HPV (Human Papiloma Virus).Virus ini berasal dari familia Papovaviridae dangenus Papiloma virus. Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita melakukan hubungan


(23)

seksual. Human Papiloma Virus telah diketahui memiliki lebih dari 100 tipe, dimana sebagian besar diantaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya.

Dari 100 tipe HPV, hanya 30 diantaranya yang beresiko kanker serviks. Adapun tipe yang paling beresiko adalah HPV 16, 18, 31, dan 45 yang sering ditemukan pada kanker maupun lesi prakanker serviks, yaitu menimbulkan kerusakan sel lendir luar menuju keganasan. Sementara, tipe yang beresiko sedang yaitu HPV tipe 33, 35, 39, 51, 52, 56, 58, 59, dan 68, dan yang beresiko rendah adalah HPV tipe 6, 11, 26, 42, 43, 44, 53, 54, 55, dan 56. Dari tipe ini, HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab tersering kanker serviks yang telah terjadi di seluruh dunia. HPV tipe 16 mendominasi infeksi ( 50 – 60% ) pada penderita kanker serviks disusul dengan tipe 18 ( 10 – 15% ) ( Wijaya, 2010 ).

2.1.3. Gejala Kanker Serviks

Gejala awal kondisi pra-kanker umumnya ditandai dengan ditemukannya sel-sel abnormal. Sering kali pula kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker serviks barulah muncul gejala-gejala kanker serviks sebagai berikut :

a. Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan seksual ( contact bleeding )

b. Perdarahan vagina yang tidak normal, seperti perdarahan diluar siklus menstruasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, dan perdarahan setelah menopause.


(24)

d. Penurunan berat badan secara drastis.

e. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien menderita keluhan nyeri punggung, hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.

2.1.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kanker Serviks

Faktor resiko adalah faktor yang memudahkan terjadinya infeksi virus HPV dan faktor lain yang memudahkan terjadinya kanker serviks. Semua wanita beresiko untuk terserang kanker serviks, faktor – faktor yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks pada wanita adalah :

1. Infeksi HPV

HPV adalah suatu virus yang dapat menyebabkan terjadinya kutil di daerah genital ( kondiloma akltminata ), yang ditularkan melalui hubungan seksual. HPV sering diduga sebagai penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel – sel rahiim ( Supriyanto, 2010 )

2. Jumlah Pasangan Seksual ( Multipartner ).

Ada lebih dari 100 jenis HPV dan beberapa diantaranya ditularkan melalui hubungan seksual. Dengan demikian, kanker serviks juga berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin banyak partner seksual yang dimilki seorang wanita, maka semakin meningkat pula resiko terjadinya kanker serviks pada wanita.

Bahwa setiap wanita beresiko untuk terinfeksi HPV walaupun setia pada satu pasangan. Pasangan yang terinfeksi HPV akan menjadi sumber infeksi HPV bagi


(25)

wanita lainnya. Walaupun kanker serviks adalah perempuan, tetapi lelaki juga memiliki peranan penting didalam penyebarannya (Wijaya, 2010)

3. Umur

Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35 – 50 tahun dan masih aktif berhubungan seksual (prevalensi 5 – 10%). Meski fakta memperlihatkan bahwa terjadi pengurangan resiko infeksi HPV seiring pertambahan usia, namun sebaliknya resiko infeksi menetap semakin meningkat (Wijaya, 2010).

4. Aktivitas Seksual Pertama Kali

Prevalensi atau angka kejadian tertinggi kanker serviks (sekitar 20%) terutama dijumpai pada perempuan yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker serviks dua kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun (Wijaya, 2010).

5. Frekuensi Kehamilan

Jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita juga meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks. Sehingga, wanita yang mempuyai banyak anak atau sering melahirkan mempunyai resiko terserang kanker serviks lebih besar.

6. Merokok

Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker serviks jenis karsinoma sel skuamosa. Faktor resiko meningkat dua kali dibandingkan orang yang tidak merokok dengan resiko tertinggi terdapat pada orang yang merokok dalam jangka waktu lama serta jumlah yang banyak.


(26)

7. Penggunaan Pil Kontrasepsi

Penggunaan pil kontrasepsi ( kombinasi estrogen dan progesteron ) dalam jangka waktu lama, yakni 5 tahun atau lebih, dapat meningkatkan resiko kanker serviks dua kali lipat lebih besar.

8. Kekebalan Tubuh

Seseorang yang terinfeksi HIV dan yang dnyatakan memiliki hasil uji Pap Smear abnormal, serta para penderita gizi buruk juga beresiko terinfeksi HPV. Pada orang yang melakukan diet ketat, rendahnya konsumsi vitamin A, C, dan E setiap hari dapat menyebabkan berkurangnya tingkat kekebalan pada tubuh, sehingga orang tersebut mudah terinfeksi oleh berbagai virus, termasuk HPV. Penurunan kekebalan tubuh dapat mempercepat pertumbuhan sel kanker dari noninvasive menjadi invasiv (Wijaya, 2010).

9. Ras ( Keturunan )

Ras sedikit banyak juga berpengaruh terhadap resiko terjadinya kanker serviks. Pada ras Afrika – Amerika kejadian kanker serviks meningkat dua kali dari ras Amerika – Hispanik. Sementara, untuk ras Asia – Amerika memiliki angka kejadian kanker serviks yng sama dengan warga Amerika ( Wijaya, 2010 ).

10.Penggunaan antiseptik

Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker (Diananda, 2007).


(27)

2.1.5. Perkembangan Penyakit Kanker Serviks

Perkembangan ini memakan waktu antara 5 – 20 tahun, mulai dari tahap infeksi, lesi prakanker, hingga positif menjadi kanker. Kanker serviks berkembang secara bertahap. Prakanker meliputi displasi ringan ( 5 tahun atau lebih ), dysplasia sedang ( 3 tahun atau lebih ), dysplasia berat ( 1 tahun atau lebih ), samapi menjadi kanker stadium 0. Perkembangan sel yang tidak normal pada epitel serviks dapat berkembang menjadi prakanker yang disebut juga sebagai Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN).

Tahapan perkembangan sel-sel abnormal hingga menjadi kanker serviks adalah sebagai berikut :

a.Cervical Intraepithalial Neoplasia I (CIN I) atau Low Grade Squamous Intraepithalial Lesions (LSILs). Dalam tahap ini terjadi perubahan yaitu sel yang terinfeksi HPV onkogenik akan membuat partikel-partikel virus baru.

b.Cervical Intraepithalial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade Squamuos Intraepithalial Lesions HSILs). Dalam tahap ini, sel-sel semakin menunjukkan gejala abnormal prakanker.

c.Cervical Intraepithalial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini, lapisan permukaan serviks dipenuhi dengan sel-sel abnormal dan semakin abnormal. d.Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang menjadi atau

menunjukkan kehadiran lesi prakanker, seperti CIN I, CIN II, CIN III, dan Carcinoma in situ (CIS).


(28)

2.1.6. Stadium Klinis Kanker Serviks

Berdasarkan tingkat keganasannya, perkembangan kanker serviks terbagi dalam beberapa stadium. Dimulai dari stadium nol yang bersifat noninvasiv hingga stadium IV yang sudah menyebar ke organ-organ tubuh yang lain (Wijaya, 2010).

Tabel. Stadium Klinis Kanker Serviks Menurut FIGO 2000

No Stadium Keterangan

1 Stadium 0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepithelial

2 Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri

diabaikan)

3 Stadium Ia Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya tidak lebih dari 7 mm

4 Stadium Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

5 Stadium Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

6 Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari Ia

7 Stadium Ib1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm

8 Stadium Ib2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm

9 Stadium II Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul.

10 Stadium IIa Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium

11 Stadium IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul

12 Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.

13 Stadium IIIa Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul

14 Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal

15 Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduksi

16 Stadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum


(29)

2.1.7. Pencegahan Kanker Serviks

Banyak sekali yang dapat dilakukan untuk pencegahan sebelum datangnya kanker leher rahim yaitu dengan pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer adalah sebuah pencegahan awak kanker yang utama. Hal ini untuk menghindari faktor resiko yang dapat dikontrol. Cara-cara pencegahan primer adalah sebagai berikut:

a. Tundalah hubungan seksual sampai usia diatas remaja b. Batasi jumlah pasangan

c. Menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai banyak pasangan d. Menolak berhubungan seksual dengan orang terinfeksi genital

e. Hubungan seksual yang aman f. Berhenti merokok.

Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan cara uji pap smear dengan teratur. Hal ini dapat dilakukan pada :

a. Semua wanita usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan seksual.

b. Bila telah tiga kali pap smear dan hasilnya normal maka pemeriksaan akan lebih jarang.

c. Wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim.

d. Wanita yang telah menopause masih dibutuhkan pemeriksaan uji pap

2.1.8. Deteksi Dini Kanker Servik

Kanker serviks dapat dikenali pada tahap prakanker, salah satunya dengan melakukan skrining yang berarti pemeriksaan dilakukan tanpa menunggu munculnya


(30)

keluhan terlebih dahulu. Tujuan dari deteksi dini atau skrining kanker serviks adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut ( leher ) rahim. Oleh karena itu, dengan mendeteksi kanker serviks sejak dini diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita kanker serviks.

a. Tes Pap Smear

Tes Pap Smear merupakan cara atau metode untuk mendeteksi sejak dini munculnya lesi prakanker serviks. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Tes Pap Smear bisa dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Bagi perempuan yang telah menikah atau sudah pernah melakukan hubungan seksual dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear setahun sekali. Pemeriksaan Pap Smear tidak dianjurkan bagi wanita yang telah histerektomi (pengangkatan serviks). Hasil pemeriksaan pap smear adalah normal, displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas), displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas), karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar), kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya) (Nafsi, 2013).

b. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asama asetat 3-5%. Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak


(31)

putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks.

Keunggulan cara skrinning ini adalah cukup sederhana, murah, cepat, hasil segera diketahui, dan pelatihan kepada tenaga kesehatan lebih mudah dilakukan (Wijaya, 2010).

c. Kolposkopi

Kolposkopi adalah suatu prosedur ginekologik yang menerangi dan memperbesar vulva, dinding vagina, dan serviks untuk dideteksi dan diuji mengenai abnormalitas strukturnya. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau sel – sel yang tidak normal pada leher rahim. Jika ternyata ada sel – sel yang tidak normal, prosedur selanjutnya adalah biopsi.

Kolposkop merupakan sebuah alat diagnostik yang dapat digunakan pada jarak 30 sentimeter dari objek yang diamati. Untuk melihat abnormalitas serviks, alat ini menggunakan sinar kuat dan mikroskop binokuler.

2.2. Perilaku Seksual

Perilaku seksual adalah perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Contohnya dengan berfantasi, masturbasi, berpegangan tangan, cium pipi, berpelukan, dan sebagainya. Perubahan dan perkembangan yang terjadi dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual yaitu testosteron pada laki-laki dan progesteron pada perempuan, hormon inilah yang berpengaruh terhadap dorongan seksual manusia. Dorongan seksual bisa muncul dalam bentuk ketertarikan terhadap lawan jenis, keinginan


(32)

untuk mendapatkan kepuasan seksual, dan sebagainya. Perilaku seksual merupakan hasil interaksi kepribadian dengan lingkungan sekitarnya (Bachtiar, 2004).

Dorongan seksual bisa diekspresikan dalam berbagai bentuk perilaku, namun tidak semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual. Ekspresi dorongan seksual atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak aman, baik secara fisik, psikis, maupun sosial (Tito, 2004).

2.2.1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual

Menurut Pengkahahlil (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menyalurkan dorongan seksual yang berbeda-beda antara lain :

a. Pengalaman seksual. Semakin banyak pengalaman mendengar, melihat, dan mengalami stimulus, maka semakin kuat pula stimulus yang dapat mendorong perilaku seksual. Misalnya media massa (film, internet, gambar, atau majalah), obrolan dari teman atau pacar tentang pengalaman seksual, melihat orang-orang yang tengah berpacaran atau melakukan hubungan seksual.

b. Faktor kepribadian, seperti harga diri, kontrol diri, tanggungjawab, kemampuan membuat keputusan, dan nilai-nilai yang dimiliki.

c. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan. Bila seseorang memiliki penghayatan yang kuat terhadap nilai-nilai ini, maka integritas yang selaras dengan nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari perilaku yang produktif.


(33)

d. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Setiap orang yang memiliki pemahaman yang benar dan proposional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat

2.2.2. Bentuk Perilaku Seksual sebagai faktor resiko terjadinya kanker serviks

Perilaku seksual yang dapat menyebabkan resiko terjadinya kanker serviks meliputi:

a. Berganti-ganti pasangan seksual ( Multipartner Seksual )

Perilaku yang sering berganti – ganti pasangan kemungkinan besar bisa terkena kanker serviks. Dengan berganti – ganti pasangan kesempatan untuk terkena penyakit akibat hubungan seksual makin besar, Faktor yang paling mempengaruhi timbulnya kanker serviks adalah penyakit akibat hubungan seksual seperti gardnella vaginosis ( gejalanya keputihan berwarna abu – abu yang berbau dan sering ditemukan bersama infeksi trikhomonosiasis ), klamidia, herpes, dan kondiloma akuminata. Berdasarkan penelitian, resiko kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan enam atau lebih mitra seks ( Diananda, 2009 ).

Penelitian Lubis ( 2012 ) terdapat hubungan antara multipartner seksual dengan resiko terjadinya kanker serviks. Benson dalam Melva menemukan kasus kanker serviks 4 kali lebih banyak pada wanita yang melakukan prostitusi.

b. Aktivitas Seksual Dini

Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebih besar


(34)

dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun.

Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan.

Kemungkinan terserang kanker serviks pada mereka yang berusia 16 tahun kebawah bisa 10 – 12 kali lebih besar daripada mereka yang telah berusia 20 tahun ke atas saat sudah melakukan hubungan seksual. Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda perempuan melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks ( Diananda, 2009 ).

Akibat hubungan seks terlalu dini berisiko tinggi terkena kanker serviks. Sebuah penelitian di Inggris yang diterbitkan jurnal BMC Research Notes


(35)

menyebutkan bahwa ada hubungan antara hubungan seks yang terlalu dini dengan penyakit kanker serviks. Tes pap smear dan pemeriksaan selanjutnya menemukan bahwa 73% pasien yang memiliki lesi prakanker leher rahim berusia dibawah 25 tahun. Dan diantaranya 62% mereka melakukan hubungan seksual pertama kali dibawah usia 14 tahun ( Kawakib, 2009 ).

Penelitian yang dilakukan oleh Melva ( 2008 ), terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas seksual dini dengan terjadinya kanker serviks. Hal ini terbukti bahwa semakin muda melakukan hubungan seksual maka semakin besar terjadinya kanker serviks.

c. Riwayat Penyakit Kutil Kelamin dan Herpes 1. Penyakit Kutil Kelamin

Kutil kelamin adalah penyakit yang disebabkan karena virus kutil kelamin atau biasa disebut dengan human papilomavirus ( HPV ). Penyakit ini terjadi karena seseorang yang melakukan hubungan seks sembarang atau biasa berganti pasangan seks ( Mascris, 2013 ).

Kutil kelamin dapat muncul antara beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah seorang terinfeksi Human Papilloma Virus. Kutil pada kelamin biasanya muncul sebagai benjolan kecil atau kelompok benjolan di daerah kelamin. Bentuknya bermacam-macam, bisa berukuran kecil atau besar, menonjol atau rata, atau berbentuk seperti kembang kol. Kutil dapat muncul dalam beberapa minggu atau bulan setelah hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi, Namun, kutil dapat juga muncul bahkan jika pasangan yang terinfeksi tidak memiliki tanda-tanda kutil


(36)

pada kelamin. Jika tidak diobati, kutil pada kelamin bisa hilang, tetap tidak berubah atau bisa juga bertambah besar ukurannya

Pada wanita kutil kelamin dapat tumbuh di vulva, dinding vagina, daerah antara alat kelamin eksternal dan anus, dan leher rahim. Pada pria kutil dapat terjadi pada ujung atau batang penis, skrotum atau anus.Tanda dan gejala lain kutil kelamin :

a. Area kecil berwarna abu-abu yang bengkak di sekitar genital. b. Beberapa kutil berdekatan yang menyerupai kembang kol. c. Gatal atau rasa tidak nyaman di daerah genital.

d. Perdarahan saat bersetubuh ( Saputra, 2012 ).

Wanita yang terkena penyakit akibat hubungan seksual beresiko terkena virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai penyebab utama kanker serviks sehingga wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin beresiko terkena kanker serviks. Virus HPV bisa menyebabkan kutil kelamin. Jika tidak ditangani maka akan menyebabkan penyakit kanker serviks ( Diananda, 2007 ).

2. Herpes

Herpes adalah infeksi atau peradangan pada kulit terutama pada kulit terutama dibagian kelamin ( vagina, penis, termasuk di pintu dubur serta pantat dan pangkal paha) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS) yang ditularkan melalui hubungan seksual ( Admin, 2013 ).

Gejala awal herpes kelamin biasanya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Penderita merasa gatal pada bagian tubuh tertentu, kesemutan dan sakit. Lalu muncul bercak kemerahan kecil, diikuti sekumpulan lepuhan kecil terasa nyeri.


(37)

Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng (luka yang mengering). Selain itu, penderita mengalami kesulitan berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri ( Admin, 2013 ).

2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga kerangka konsep dapat digambarkan sbagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Perilaku Seksual: 1. Multipartner Seksual 2. Aktivitas Seksual Dini

Kanker serviks Perilaku Seksual:

1. Multipartner Seksual 2. Aktivitas Seksual Dini

Riwayat IMS:

3. Penyakit Kelamin Herpes 4. Penyakit Kutil Kelamin


(38)

2.4. Hipotesis

1. Ada hubungan antara multipartner seksual dengan resiko terjadinya kanker serviks.

2. Ada hubungan antara aktivitas seksual dini dengan resiko terjadinnya kanker serviks.

3. Ada hubungan antara penyakit kelamin Herpes dengan resiko terjadinnya kanker serviks.

4. Ada hubungan antara penyakit Kutil Kelamin dengan resiko terjadinnya kanker serviks.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yaitu metode studi analitik dengan menggunakan desain case control, merupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara perilaku seksual dan riwayat IMS dengan resiko terjadinya kanker serviks. Dimana peneliti membandingkan perilaku seksual antara yang menderita kanker serviks (kasus) dengan tidak menderita kanker serviks (kontrol).

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari – Juni 2014. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

1. Populasi Kasus

Semua wanita yang datang berobat datang berobat dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear dan Test IVA dinyatakan positif menderita kanker serviks dan rawat inap dengan pasien yang menderita kanker serviks di bagian ginekologi bulan Mei-Juni di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014


(40)

2. Populasi Kontrol

Semua wanita yang datang berobat datang berobat dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear dinyatakan negatif menderita kanker serviks dan rawat inap dengan pasien yang tidak menderita kanker serviks di bagian ginekologi bulan Mei-Juni RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian. Nilai OR penelitian sebelumnya untuk perhitungan besar sampel. Nilai OR diambil dari penelitian Lusiana (2013) variabel berganti-ganti pasangan dengan nilai OR= 3,36.

Untuk menentukan jumlah sampel minimal maka, dengan menggunakan OR terkecil dari penelitian tersebut yaitu berganti-ganti pasangan (3,36) dilakukan perhitungan besar sampel dengan rumus sebagai berikut ( Sastroasmoro, 2002):

n =

P1 =

P1 =

=

n

n


(41)

Keterangan :

OR = Odds Ratio = 3,36

P2 = Perkiraan proporsi faktor resiko pada kontrol (0,351) Z 1-α/2 = 1,96 ( untuk α = 0,05)

Z 1-β = 1,282 ( untuk β = 90% )

Setelah dilakukan penghitungan maka diperoleh jumlah sampel kasus besar sebesar 30 orang dan sampel kontrol sebesar 30 orang. Jadi, total keseluruhan sampel adalah 60 orang.

Teknik penarikan sampel yang digunakan peneliti adalah Consecutive Sampling, adalah pengambilan sampel dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi. Dengan criteria sampel yaitu bersedia menjadi responden pada saat penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data yang diambil dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari catatan rekam medik pada bagian ginekologi RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun


(42)

3.5 Defenisi Operasional

Variabel Independent

1. Multipartner seksual adalah aktivitas seksual penderita kanker serviks dan tidak penderita kanker serviks dengan pasangan seksual yang berganti – ganti. 2. Aktivitas seksual dini adalah usia penderita kanker serviks dan tidak penderita

kanker serviks ketika melakukan hubungan seksual pertama kali.

3. Penyakit Herpes Kelamin adalah riwayat penyakit herpes kelamin yang pernah diderita oleh penderita kanker serviks dan tidak penderita kanker serviks.

4. Penyakit Kutil Kelamin adalah riwayat penyakit kutil kelamin yang pernah diderita oleh penderita kanker serviks dan tidak penderita kanker serviks.

Variabel Dependen

Kanker serviks adalah seseorang yang menderita dan tidak menderita tumor ganas yang terjadi pada leher rahim yang disebabkan oleh virus HPV yang dapat menyebabkan kematian.

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Multipartner seksual

Pengukuran tentang multipartner seksual berupa pertanyaan terbuka dengan dua pilihan jawaban yaitu :

a. <1, jika responden pernah melakukan hubungan seksual dengan berganti- ganti pasangan


(43)

b. 1, jika responden tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan berganti – ganti pasangan

3.6.2. Aktivitas seksual dini

Pengukuran tentang usia pertama sekali melakukan aktivitas seksual dengan dua pilihan jawaban yaitu :

a. Dini, jika responden melakukan aktivitas seksual pada umur kurang dari 20 tahun b. Tidak dini, jika responden melakukan aktivitas seksual pada umur lebih dari 20

tahun

3.6.3. Penyakit Kutil Kelamin

Pengukuran tentang penyakit kutil kelamin berupa pertanyaan terbuka dengan dua pilihan jawaban yaitu :

a. Ya, jika responden pernah menderita penyakit kutil kelamin kelamin b. Tidak, jika responden tidak pernah menderita penyakit kutil kelamin

3.6.4. Penyakit Kelamin Herpes

Pengukuran tentang penyakit kelamin herpes berupa pertanyaan terbuka dengan dua pilihan jawaban yaitu :

c. Ya, jika responden pernah menderita penyakit kelamin herpes

d. Tidak, jika responden tidak pernah menderita penyakit kelamin herpes

3.6.5. Kanker serviks

Pengukuran tentang kanker serviks dengan dua pilihan jawaban :

a. Kasus, jika responden melakukan pemeriksaan kanker serviks dan hasilnya dinyatakan positif menderita kanker serviks.


(44)

b. Kontrol, jika responden melakukan pemeriksaan kanker serviks dan hasilnya dinyatakan negatif tidak menderita kanker serviks

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi unttuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah – langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding, yaitu memeriksa kode numerik atau angka kepada masing – masing kategori. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputerisasi.

3.7.2 Analisa Data

1. Univariat

Dilakukan secara deskriptif pada masing – masing variabel dengan analisis distribusi frekuensi. Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik masing – masing variabel independen dan dependen

2. Analisis Bivariat

Dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji Chi square dengan tabel kontigensi 2 x 2, pada tingkat kepercayaan95% (α = 0,05)

Dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis :

a. p value > (α) = 0,05 tidak ada hubungan antara variabel independen dengan dependen


(45)

b. p value < (α) = 0,05 ada hubungan antara variabel independen dengan dependen Selain itu digunakan juga perhitungan odds ratio ( OR ) yang digunakan untuk mengestimasi tingkat risiko antara variabel independen dengan dependen.

Bila OR= 1, artinya variabel independen bukan faktor resiko Bila OR> 1, artinya variabel independen sebagai faktor resiko

Bila OR < 1, artinya variabel independen sebagai faktor protektif ( Sastroasmoro, 2002 )

Besar populasi kasus dalam populasi total akan dicegah bila faktor risiko dihilangkan inilah disebut population attributable risk ( PAR ), dengan syarat t > 1 pada odds ratio.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Deskripsi Lokasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Penelitian ini dilakukan dibagian ginekology dan ruang rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang merupakan suatu unit pelayanan kesehatan milik Pemerintah Kota Medan yang berada di Jalan Prof. H.M. Yamin SH No. 47, Kelurahan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur, Sumatera Utara. Mempunyai luas tanah 76.306 m² dan luas bangunan 34.562 m². RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit kelas B Pendidikan sesuai akreditasi Dep. Kes. RI No: HK.00.06.3.5.738 tanggal 9 Februari 2007

4.1.2. Sejarah Singkat RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

RSUD Dr. Pirngadi didirikan tanggal 11 Agustus 1928 oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama ” GEEMENTE ZIEKEN HUIS ” yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh seorang bocah 10 tahun bernama Maria Costantia Macky anak dari Walikota Medan saat itu dan diangkat sebagai pemimpin pertama dijabat oleh dokter berkebangsaan Belanda bernama Dr. W. Bays.

Selanjutnya dengan masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, rumah sakit ini diambil dan berganti nama dengan ” SYURITSU BYUSONO INCE ” dan sebagai direktur dipercayakan kepada putra Indonesia Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro dengan motto RSUD Pirngadi, yakni tingkatkan profesionalisme dan kompetensi.


(47)

Waktu terus berjalan, Rumah Sakit ini memiliki perjalanan sejarah yang begitu panjang dan menghasilkan banyak dokter serta tenaga kesehatan lainnya. Sehinnga dikukuhkan menjadi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, yang bukan saja sebagai simbol pelayanan kesehatan masyarakat Kota Medan, tapi juga Provinsi Sumatera Utara.

Tepat tanggal 8 April 2009, pimpinan Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan secara resmi dipindah tangankan kepada Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, SpPD-KPTI ( Mantan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan ) lalu selanjutnya digantikan tanggal 4 Desember 2009 oleh dr. Dewi Fauziah Syahnan, Sp THT. Dan pada tahun 2012 berdasarkan keputusan Walikota Medan, Direktur Utama RSUD. Dr. Pirngadi Medan dipercayakan kepada Dr. H. Amran Lubis, Sp.JP, (K), FIHA ( yang sebelumnya menduduki posisi Wakli Direktur Bidang Pelayanan Media dan Keperawatan Rumah Sakit ) dan menjabat sampai sekarang.

Kepegawaian RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan meliputi tenaga medis, tenaga non nedis, apoteker, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga umum, dan tenaga kesehatan lainnya.

Adapun yang menjadi Motto, Visi, dan Misi dari RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan yaitu :

MOTTO

” AEGROTI SALUS LEX SUPREMA” ( Kepentingan Penderita Adalah Yang Utama ).


(48)

VISI

” Menjadi Rumah Sakit PusatRujukan dan Unggulan di Sumatera Utara Bagian Utara Tahun 2015”

MISI :

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

b. Meningkatkan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga kesehatan lain.

c. Mengembangkan manajemen Rumah Sakit yang profesional.

4.2. Gambaran Pasien Yang Datang Berobat dan Rawat Inap

Pasien yang datang berobat jalan setiap harinya ada sekitar 26 orang. Jadwal berobat jalan hari senin s/d jum’at dimulai pukul 08.00-14.00 WIB dan hari sabtu dimulai pukul 08.00-11.00 WIB. Sedangkan pasien yang melakukan pemeriksaan Pap Smear setiap hari sekitar 3 orang, namun yang terdeteksi kanker serviks tidak setiap hari ada. Kadang pasien yang terdeteksi kanker serviks sehari hanya ada 1 orang.

Jika pasien yang terdeteksi kanker serviks sudah stadium IIa maka pasien dianjurkan untuk rawat inap. Tetapi jika keadaan pasien semakin memburuk maka pasien dirujuk ke RSUP H. Adam Malik Medan untuk ditangan lebih lanjut.

4.3. Gambaran Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 yang terdiri dari kelompok kasus 30 dan kontrol 30.


(49)

4.3.1. Umur Responden

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

Umur Kasus Kontrol

f % f %

≤ 20 0 0 1 3,3

20 – 29 8 26,7 3 10,0

30 – 39 5 16,7 9 30,0

40 – 49 8 26,7 14 46,7

50 – 59 5 16,7 1 3,3

60 – 69 3 10,0 2 6,7

≥ 70 1 3,3 0 0

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat distribusi frekuensi responden kasus dan kontrol menurut umur lebih banyak pada umur antara 40-49 tahun, kasus sebanyak 8 responden (26,7%) dan kontrol sebanyak 14 responden (46,7%). Sedangkan umur paling sedikit yaitu pada kontrol umur ≤ 20 tahun sebanyak 1 responden (3,3%) dan

kasus umur ≥ 70 tahun sebanyak (3,3%).

4.3.2. Pendidikan Responden

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

Pendidikan Kasus Kontrol

f % f %

SD 0 0 0 0

SMP 4 13,3 7 23,3

SMA 19 63,3 14 46,7

D3 4 13,3 5 16,7

S1 3 10,0 4 13,3

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat distribusi frekuensi responden kasus dan kontrol menurut pendidikan lebih banyak berpendidikan SMA yaitu kasus sebanyak


(50)

4.3.3 Pekerjaan Responden

Tabel 4.3Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

Pekerjaan Ibu Kasus Kontrol

f % f %

IRT 22 73,3 20 66,7

Buruh 1 3,3 2 6,7

Karyawan 3 10,0 5 16,7

Wiraswasta 1 3,3 0 0

PNS 3 10,0 3 10,0

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat distribusi frekuensi responden kasus dan kontrol menurut pekerjaan ibu lebih banyak bekerja sebagai IRT yaitu kasus sebanyak 22 responden (73,3%) dan kontrol sebanyak 20 responden (66,7%).

4.3.4. Pekerjaan Suami Responden

Tabel 4.4Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

Pekerjaan Suami Kasus Kontrol

f % f %

Supir 4 13,3 2 6,7

Buruh 1 3,3 0 0

Karyawan 4 13,3 8 26,7

Wiraswasta 17 56,7 16 53,3

PNS 4 13,3 4 13,3

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat distribusi frekuensi responden kasus dan kontrol menurut pekerjaan suami lebih banyak bekerja sebagai wiraswasta, kasus sebanyak 17 responden (56,7%) dan kontrol sebanyak 16 responden (53,3%).


(51)

4.3.5. Penghasilan Responden

Tabel 4.5Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

Pekerjaan Suami Kasus Kontrol

f % f %

≤1.851.500 14 46,7 2 6,7

>1.851.500 16 53,3 28 93,3

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat distribusi frekuensi responden kasus dan kontrol menurut penghasilan rata-rata berpenghasilan >1.851.500, kasus sebanyak 16 responden (53,3%) dan kontrol sebanyak 28 responden (93,3%).

4.3.6. Perkawinan Responden

Tabel 4.6Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Perkawinan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

Perkawinan Kasus Kontrol

f % f %

Pertama 27 90,0 26 86,7

Kedua 3 10,0 4 13,3

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat distribusi frekuensi responden kasus dan kontrol menurut perkawinan rata- rata perkawinan pertama, kasus sebanyak 27 responden (90,0%) dan kontrol sebanyak 26 responden (86,7%).

4.4. Hasil Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi hubungan perilaku seksual wanita usia subur dengan faktor resiko terjadinya kanker serviks yang datang berobat dan dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan sesuai dengan tujuan penelitian, maka variabel yang dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut :


(52)

4.4.1. Aktivitas Seksual Dini

Tabel 4.7Umur Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual Responden

Umur Pertama Kali Kasus Kontrol

f % f %

12 – 15 0 0 1 3,3

16 – 19 10 33,3 13 43,3

20 – 23 18 60,0 14 46,7

24 – 27 2 6,7 2 6,7

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa umur pertama kali melakukan hubungan seksual pada kasus yaitu 16-19 tahun sebanyak 10 responden (33,3%) dan pada umur 12-15 tahun sebanyak 1 responden dan umur 16-19 tahun sebanyak 13 responden ( 43,3% ).

Tabel 4.8Pasangan Responden Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual

Pasangan Pertama Kali Kasus Kontrol

f % f %

Pacar 10 33,3 3 10,0

Suami 20 66,7 27 90,0

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa pasangan responden pertama kali melakukan hubungan seksual pada kasus dan kontrol sama yaitu terhadap suami, kasus sebanyak 20 responden (66,7%) dan kontrol sebanyak 27 responden (90,0%).

Tabel 4.9Alasan Responden Melakukan Hubungan Seks Dini

Alasan Kasus Kontrol

f % f %

untuk mempertahankan hubungan 3 30,0 5 35,7

karena saling cinta 4 40,0 7 50,0

karena ada rasa nafsu 3 30,0 2 14,3


(53)

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa alasan responden melakukan hubungan seksual lebih banyak beralasan karena saling cinta yaitu pada kasus sebanyak 4 responden (40,0%) dan kontrol sebanyak 7 responden (50,0%). Sedangkan paling sedikit beralasan karena ada rasa nafsu yaitu pada kasus sebanyak 3 responden (30,0%) dan kontrol sebanyak 2 responden (14,3%).

Tabel 4.10Frekuensi Responden Melakukan Hubungan Seksual

Frekuensi Kasus Kontrol

f % f %

1 x seminggu 1 3,3 0 0

2 x seminggu 6 20,0 9 30,0

3 x seminggu 15 50,0 11 36,7

4 x seminggu 7 23,3 8 26,7

5 x seminggu 1 3,3 2 6,7

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa frekuensi responden melakukan hubungan seksual pada kasus dan kontrol yang terbanyak adalah 3 x seminggu, kasus sebanyak 15 responden (50,0%) dan kontrol sebanyak 11 responden (36,7%).

4.4.2. Mitra Seksual

Tabel 4.11Mitra Seksual Sebelum Menikah Responden Melakukan Hubungan Seksual

Sebelum Menikah Kasus Kontrol

f % f %

Pernah 10 33,3 3 10,0

Tidak pernah 20 66,7 27 90,0

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa sebelum menikah responden melakukan hubungan seksual pada kasus dan kontrol yang terbanyak adalah tidak pernah


(54)

melakukan hubungan seksual, kasus sebanyak 20 responden (66,7%) dan kontrol sebanyak 27 responden (90,0%).

Tabel 4.12Mitra Seksual Sesudah Menikah Responden Melakukan Hubungan Seksual Selain Suami

Sesudah Menikah Kasus Kontrol

f % f %

Pernah 3 10,0 0 0

tidak pernah 27 90,0 30 100,0

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa sesudah menikah responden melakukan hubungan seksual pada kasus dan kontrol yang terbanyak adalah tidak pernah melakukan hubungan seksual, kasus sebanyak 27 responden (90,0%) dan kontrol sebanyak 30 responden (100,0%).

Berdasarkan tabel 4.11 dan 4.12, jumlah mitra seksual pada kasus dan kontrol

Tabel 4.13 Jumlah Mitra Seksual

Mitra Seksual Kasus Kontrol

>1 13 3

1 17 27

4.4.3. Penyakit Kutil Kelamin

Tabel 4.14Riwayat Penyakit Kutil Kelamin

Penderita Kutil Kelamin

Kasus Kontrol

f % f %

Ya 12 40,0 20 66,7

Tidak 18 60,0 10 33,3

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa lebih banyak yang menderita penyakit kutil kelamin pada kelompok kontrol dibandingkan pada kelompok kasus yaitu kasus sebanyak 12 responden (40,0%) dan kontrol sebanyak 20 responden (66,7%). Pada


(55)

kelompok kasus, suami yang menderita kutil kelamin ada 7 responden dan 5 responden yang tidak menderita. Semua gejala kutil kelamin pada kelompok kasus dan kontrol yaitu timbul benjolan kecil berwarna abu-abu disekitar kelamin.

Tabel 4.15Lama Responden Menderita Penyakit Kutil Kelamin

Lama Menderita Kasus Kontrol

f % f %

1 bulan 0 0 1 5,0

5 bulan 0 0 3 15,0

1 tahun 9 75,0 13 65,0

2 tahun 1 8,3 3 15,0

3 tahun 2 16,7 0 0

Jumlah 12 100,0 20 100,0

Pada tabel 4.15 dapat dilihat bahwa lama menderita penyakit kutil kelamin pada kasus dan kontrol yang terbanyak adalah menderita selama 1 tahun, kasus sebanyak 9 responden (75,0%) dan kontrol sebanyak 13 responden (65,0%).

Tabel 4.16Tempat Responden Melakukan Pemeriksaan Penyakit Kutil Kelamin

Pemeriksaan Kutil Kelamin

Kasus Kontrol

f % f %

RS 12 100,0 16 80,0

Praktek Dokter 0 0 4 20,0

Jumlah 12 100,0 20 100,0

Pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa penderita penyakit kutil kelamin pada kasus maupun kontrol lebih banyak melakukan pemeriksaan ke RS, kasus sebanyak 12 responden (100,0%) dan kontrol sebanyak 16 responden (80,0%).

Tabel 4.17Riwayat Penyakit Kutil Kelamin Suami

Penderita Kutil Kelamin

Kasus Kontrol

f % f %

Ya 7 23,3 13 43,3


(56)

Pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa lebih banyak suami tidak menderita penyakit kutil kelamin dibandingkan dengan menderita penyakit kutil kelamin yaitu kasus 23 responden (76,7%) dan kontrol 17 responden (56,7%).

4.4.4. Penyakit Herpes Kelamin

Tabel 4.18Riwayat Penyakit Herpes Kelamin

Penderita Herpes Kelamin

Kasus Kontrol

f % f %

Ya 26 86,7 29 96,7

Tidak 4 13,3 1 3,3

Jumlah 30 100,0 20 100,0

Pada tabel 4.18 dapat dilihat bahwa penderita penyakit herpes lebih banyak pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu kasus sebanyak 26 responden (86,7%) dan kontrol sebanyak 29 responden (96,7%).

4.4.14. Lama Menderita Penyakit Herpes Kelamin

Tabel 4.19Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menderita Penyakit Herpes Kelamin di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

Lama Menderita Kasus Kontrol

f % f %

1 bulan 0 0 4 13,8

5 bulan 0 0 0 0

1 tahun 22 84,6 12 41,4

2 tahun 3 11,5 8 27,6

3 tahun 1 3,8 4 13,8

5 tahun 0 0 1 3,4

Jumlah 26 100,0 20 100,0

Pada tabel 4.19 dapat dilihat bahwa lama menderita penyakit kutil kelamin pada kasus dan kontrol yang terbanyak adalah 1 tahun yaitu kasus sebanyak 22 responden (84,6%) dan kontrol sebanyak 12 responden (41,4%).


(57)

Tabel 4.20Gejala Penyakit Herpes Kelamin

Gejala Herpes Kelamin Kasus Kontrol

f % f %

Timbul kemerah-merahan pada daerah kelamin

16 61,5 13 44,8

Timbul lepuhan kecil atau gelombang kecil berisi cairan pada daerah kelamin

10 38,5 16 55,2

Jumlah 26 100,0 29 100,0

Pada tabel 4.20 dapat dilihat bahwa gejala penyakit herpes kelamin pada kasus yang terbanyak adalah timbul kemerah-merahan pada daerah kelamin yaitu 16 responden (61,5%) sedangkan kontrol gejala penyakit herpes kelamin adalah timbul lepuhan kecil atau gelombang kecil berisi cairan pada daerah kelamin yaitu 16 responden (52,2%).

Tabel 4.21Periksa Penyakit Herpes Kelamin

Periksa Penyakit Kutil Kelamin

Kasus Kontrol

f % f %

Pernah 26 100,0 25 86,2

Tidak pernah 0 0 4 13,8

Jumlah 26 100,0 30 100,0

Pada tabel 4.21 dapat dilihat bahwa responden periksa penyakit herpes lebih banyak pada kasus dibandingkan dengan kontrol sedangkan pada kontrol ada yang tidak pernah melakukan periksa sebanyak 4 responden (13,8%).

Tabel 4.22Tempat Responden Melakukan Pemeriksaan Penyakit Herpes Kelamin

Pemeriksaan Kutil Kelamin

Kasus Kontrol

f % f %

RS 26 100,0 25 86,2


(58)

Pada tabel 4.22 dapat dilihat bahwa penderita penyakit kutil kelamin melakukan pemeriksaan pada kasus dan kontrol adalah lebih banyak melakukan pemeriksaan di RS dibandingkan di Praktek Dokter yaitu kasus sebanyak 26 responden (100,0%) dan kontrol sebanyak 25 responden(86,2%).

Tabel 4.23 Riwayat Penyakitpes Kelamin Suami

Penderita Herpes Kelamin

Kasus Kontrol

f % f %

Ya 14 46,7 14 46,7

Tidak 16 53,3 16 53,3

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Pada tabel 4.23 dapat dilihat bahwa suami menderita penyakit herpes kelamin pada kasus dan kontrol sama yaitu 14 responden ( 46,7% ).

4.5. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksud untuk melihat hubungan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang mempunyai hasil analisis p<0,05.

4.5.1. Hubungan Aktivitas Seksual Dini Dengan Terjadinya Kanker Serviks

Tabel 4.24. Hubungan Aktivitas Seksual Dini Dengan Terjadinya Kanker Serviks

Umur Pertama

Kali

Kasus Kontrol

f % f % OR CI p P

<20 10 33,3 14 46,7

>20 20 66,7 17 53,3 0,571 0,201-1,624 0,292

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Dari Tabel 4.24 diketahui proporsi kasus kanker serviks terbesar terjadi pada kelompok kasus dan kontrol yang melakukan hubungan seks pertama kali pada usia <20 tahun yaitu kasus (33,3%) dan kontrol (46,7%). Dari hasil uji statistik


(59)

memperlihatkan nilai p>0,05 (p=0,292) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas seksual dini dengan terjadinya kanker serviks.

4.5.2. Hubungan Mitra Seksual Dengan Terjadinya Kanker Serviks

Tabel 4.25. Hubungan Mitra Seksual Dengan Terjadinya Kanker Serviks

Mitra Seksual

Kasus Kontrol

f % f % OR CI p P

>1 13 43,3 3 10,0

1 17 56,7 27 90,0 6,882 1,707-27,752 0,004

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Dari Tabel 4.25 Hasil uji statistic memperlihatkan nilai p<0,05 (p=0,004) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara mitra seksual dengan faktor resiko terjadinya kanker serviks. Nilai Odds Ratio sebesar 6,882( CI: 95%: 1,707-27,752 ), berarti bahwa berganti pasangan kemungkinan merupakan faktor resiko untuk terjadinya kanker serviks.

4.5.3. Hubungan Penyakit Kutil Kelamin Dengan Terjadinya Kanker Serviks

Tabel 4.26. Hubungan Penyakit Kutil Kelamin Dengan Terjadinya Kanker Serviks

Penyakit Kutil Kelamin

Kasus Kontrol

f % f % OR CI p P

Ya 12 40,0 20 66,7

Tidak 18 60,0 10 33,3 0,333 0,116-0,956 0,038

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Dari Tabel 4.25. Hasil uji statistic memperlihatkan nilai p<0,05 (p=0,038) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara penyakit kutil kelamin dengan terjadinya kanker serviks. Nilai Odds Ratio 0,333( CI: 95%: 0,116-0,956 ), berarti penyakit kutil kelamin bukan merupakan faktor resiko terjadinya kanker serviks.


(60)

4.5.4. Hubungan Penyakit Herpes Kelamin Dengan Terjadinya Kanker Serviks

Tabel 4.27. Hubungan Penyakit Herpes Kelamin Dengan Terjadinya Kanker Serviks

Penyakit Herpes Kelamin

Kasus Kontrol

f % f % OR CI p P

Ya 26 86,7 29 91,7

Tidak 4 13,3 1 8,3 0,224 0,024-2,136 0,161

Jumlah 30 100,0 30 100,0

Dari Tabel 4.26. Hasil uji statistic memperlihatkan nilai p>0,05 (p=0,161) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit herpes kelamin dengan faktor resiko terjadinya kanker serviks. Nilai Odds Ratio 0,224 ( CI: 95%: 0,024-2,136 ), berarti bahwa penyakit kutil kemungkinan bukan merupakan faktor resiko untuk terjadinya kanker serviks.


(1)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori mitra seks responden * responden penderita kanker serviks

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

kategori mitra seks responden * responden penderita kanker serviks Crosstabulation responden penderita kanker serviks

Total kasus kontrol

kategori mitra seks responden

pernah Count 13 3 16

Expected Count 8.0 8.0 16.0

% within responden penderita kanker serviks

43.3% 10.0% 26.7%

tidak pernah Count 17 27 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within responden penderita kanker serviks

56.7% 90.0% 73.3%

Total Count 30 30 60

Expected Count 30.0 30.0 60.0

% within responden penderita kanker serviks


(2)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 8.523a 1 .004

Continuity Correctionb 6.903 1 .009

Likelihood Ratio 9.031 1 .003

Fisher's Exact Test .007 .004

Linear-by-Linear Association 8.381 1 .004

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for kategori

mitra seks responden (pernah / tidak pernah)

6.882 1.707 27.752

For cohort responden penderita kanker serviks = kasus

2.103 1.354 3.267

For cohort responden penderita kanker serviks = kontrol

.306 .107 .870

N of Valid Cases 60


(3)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

penyakit kutil kelamin responden * responden penderita kanker serviks

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

penyakit kutil kelamin responden * responden penderita kanker serviks Crosstabulation responden penderita kanker

serviks

Total kasus kontrol

penyakit kutil kelamin responden

ya Count 12 20 32

Expected Count 16.0 16.0 32.0

% within responden penderita kanker serviks

40.0% 66.7% 53.3%

tidak Count 18 10 28

Expected Count 14.0 14.0 28.0

% within responden penderita kanker serviks

60.0% 33.3% 46.7%

Total Count 30 30 60

Expected Count 30.0 30.0 60.0

% within responden penderita kanker serviks


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.286a 1 .038

Continuity Correctionb 3.281 1 .070

Likelihood Ratio 4.339 1 .037

Fisher's Exact Test .069 .035

Linear-by-Linear Association 4.214 1 .040

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for penyakit kutil

kelamin responden (ya / tidak)

.333 .116 .956

For cohort responden penderita kanker serviks = kasus

.583 .345 .987

For cohort responden penderita kanker serviks = kontrol

1.750 .995 3.078

N of Valid Cases 60


(5)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

penyakit kelamin herpes responden * responden penderita kanker serviks

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

penyakit kelamin herpes responden * responden penderita kanker serviks Crosstabulation responden penderita kanker

serviks

Total kasus kontrol

penyakit kelamin herpes responden

ya Count 26 29 55

Expected Count 27.5 27.5 55.0

% within responden penderita kanker serviks

86.7% 96.7% 91.7%

tidak Count 4 1 5

Expected Count 2.5 2.5 5.0

% within responden penderita kanker serviks

13.3% 3.3% 8.3%

Total Count 30 30 60

Expected Count 30.0 30.0 60.0

% within responden penderita kanker serviks


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.964a 1 .161

Continuity Correctionb .873 1 .350

Likelihood Ratio 2.091 1 .148

Fisher's Exact Test .353 .177

Linear-by-Linear Association 1.931 1 .165

N of Valid Cases 60

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for penyakit

kelamin herpes responden (ya / tidak)

.224 .024 2.136

For cohort responden penderita kanker serviks = kasus

.591 .351 .994

For cohort responden penderita kanker serviks = kontrol

2.636 .449 15.490

N of Valid Cases 60


Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

3 45 97

Gambaran Karakteristik Infeksi Menular Seksual (IMS) Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pada Tahun 2012

4 62 85

Hubungan Perilaku Seksual Wanita Dengan Risiko Terjadinya Kanker Serviks Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2012

1 66 64

Potensi Interaksi Obat Antidiabetes pada Pasien Rawat Inap Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Juli-Desember 2014

2 74 92

Profil Penderita Kanker Serviks Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan

0 38 63

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Evaluasi Penggunaan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Serviks Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr.Moewardi Tahun 2010.

0 1 13

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD ”X” Evaluasi Penggunaan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Serviks Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr.Moewardi Tahun 2010.

0 3 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Serviks - Hubungan Perilaku Seksual Dan Riwayat IMS Pada Wanita Dengan Terjadinya Kanker Serviks, Pada Pasien Yang Datang Berobat Dan Rawat Inap Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

0 1 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Perilaku Seksual Dan Riwayat IMS Pada Wanita Dengan Terjadinya Kanker Serviks, Pada Pasien Yang Datang Berobat Dan Rawat Inap Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

0 0 7

Hubungan Perilaku Seksual Dan Riwayat IMS Pada Wanita Dengan Terjadinya Kanker Serviks, Pada Pasien Yang Datang Berobat Dan Rawat Inap Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014

0 0 12