2.1.7. Pencegahan Kanker Serviks
Banyak sekali yang dapat dilakukan untuk pencegahan sebelum datangnya kanker leher rahim yaitu dengan pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
Pencegahan primer adalah sebuah pencegahan awak kanker yang utama. Hal ini untuk menghindari faktor resiko yang dapat dikontrol. Cara-cara pencegahan primer
adalah sebagai berikut: a. Tundalah hubungan seksual sampai usia diatas remaja
b. Batasi jumlah pasangan c. Menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai banyak pasangan
d. Menolak berhubungan seksual dengan orang terinfeksi genital e. Hubungan seksual yang aman
f. Berhenti merokok. Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan cara uji pap
smear dengan teratur. Hal ini dapat dilakukan pada : a. Semua wanita usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan seksual.
b. Bila telah tiga kali pap smear dan hasilnya normal maka pemeriksaan akan lebih jarang.
c. Wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim. d. Wanita yang telah menopause masih dibutuhkan pemeriksaan uji pap
2.1.8. Deteksi Dini Kanker Servik
Kanker serviks dapat dikenali pada tahap prakanker, salah satunya dengan melakukan skrining yang berarti pemeriksaan dilakukan tanpa menunggu munculnya
Universitas Sumatera Utara
keluhan terlebih dahulu. Tujuan dari deteksi dini atau skrining kanker serviks adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Oleh karena itu,
dengan mendeteksi kanker serviks sejak dini diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita kanker serviks.
a. Tes Pap Smear Tes Pap Smear merupakan cara atau metode untuk mendeteksi sejak dini
munculnya lesi prakanker serviks. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka
kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50. Tes Pap Smear bisa dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Bagi perempuan yang telah
menikah atau sudah pernah melakukan hubungan seksual dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear setahun sekali. Pemeriksaan Pap Smear tidak
dianjurkan bagi wanita yang telah histerektomi pengangkatan serviks. Hasil pemeriksaan pap smear adalah normal, displasia ringan perubahan dini yang belum
bersifat ganas, displasia berat perubahan lanjut yang belum bersifat ganas, karsinoma in situ kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar, kanker invasif
kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya Nafsi, 2013.
b. IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat IVA merupakan pemeriksaan leher rahim serviks dengan cara melihat
langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asama asetat 3-5. Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak
Universitas Sumatera Utara
putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks.
Keunggulan cara skrinning ini adalah cukup sederhana, murah, cepat, hasil segera diketahui, dan pelatihan kepada tenaga kesehatan lebih mudah dilakukan
Wijaya, 2010. c. Kolposkopi
Kolposkopi adalah suatu prosedur ginekologik yang menerangi dan memperbesar vulva, dinding vagina, dan serviks untuk dideteksi dan diuji mengenai
abnormalitas strukturnya. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau sel – sel
yang tidak normal pada leher rahim. Jika ternyata ada sel – sel yang tidak normal,
prosedur selanjutnya adalah biopsi. Kolposkop merupakan sebuah alat diagnostik yang dapat digunakan pada
jarak 30 sentimeter dari objek yang diamati. Untuk melihat abnormalitas serviks, alat ini menggunakan sinar kuat dan mikroskop binokuler.
2.2.
Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.
Contohnya dengan berfantasi, masturbasi, berpegangan tangan, cium pipi, berpelukan, dan sebagainya. Perubahan dan perkembangan yang terjadi dipengaruhi oleh
berfungsinya hormon-hormon seksual yaitu testosteron pada laki-laki dan progesteron pada perempuan, hormon inilah yang berpengaruh terhadap dorongan seksual manusia.
Dorongan seksual bisa muncul dalam bentuk ketertarikan terhadap lawan jenis, keinginan
Universitas Sumatera Utara
untuk mendapatkan kepuasan seksual, dan sebagainya. Perilaku seksual merupakan hasil interaksi kepribadian dengan lingkungan sekitarnya Bachtiar, 2004.
Dorongan seksual bisa diekspresikan dalam berbagai bentuk perilaku, namun tidak semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual. Ekspresi dorongan seksual
atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak aman, baik secara fisik, psikis, maupun sosial Tito, 2004.
2.2.1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual