: Daftar Distribusi Frekuwensi Data Pra Tes

Tabel 20 : Daftar Distribusi Frekuwensi Data Pra Tes

Frekuwensi No

Frekuwensi

Kelas Interval

Kecenderungan nilai bentuk histogram dan diagram batang pada gambar

11 dan 12 di bawah ini:

Gambar 13 : Histogram Frekuwensi Pra tes

12 30-35 10

36-41 8 42-47

48-53 2

54-59 0 60-65

Frekuensi

66-71

Gambar 14 : Diagram Batang Data Pra Tes

S32 S33 Nama Siswa

Nilai tes II di peroleh dari tes yang di berikan setelah siswa mengalami tindakan kelas selama dua kali pertemuan. Dari hasil tes II peroleh data sebagai berikut nilai tertinggi adalah 100, terendah adalah 72 dan rata-rata adalah 96 ini menunjukkan bahwa semua peserta didik telah mencapai nilai KKM yaitu 70 dari data tersebut di peroleh nilai median adalah 100 dan modus adalah 100 sedangkan standar deviasi adalah 6,839 sedangkan varians nya adalah 46,771.daftar distribusi frekuwensi dari siklus I (tes II) dapat dilihat seperti tabel: 20 di bawah ini.

Tabel 21 : Distribusi Frekuwensi Data Tes II

Frekuwensi No

Frekuwensi

Kelas Interval

Absolut

Relative %

Kecenderungan nilai bentuk histogram dan diagrambatang pada gambar 13 dan gambar 14 di bawah ini:

Gambar 15 : Histogram Frekuwenai Tes II

30 70-74 25

75-79 20 80-84

85-89 5

90-94 0 95-99

Frekuensi

100-104

Gambar 16 : Diagram Batang Data Tes Siklus I (Tes II)

Nama Siswa

S34

3) Test III

Nilai tes III di peroleh dari tes yang di berikan setelah siswa- siswa mengikuti pelajaran yang di berikan selama dua kali pertemuan. Dari hasil tes III ini di peroleh nilai tertinggi 100, terendah 76 dan rata-rata adalah 97 nlai median adalah 100, nilai modusnya adalah 100 , nilai deviasinya adalah 5,113 dan nilai variansnya adalah 26,142 .Daftar disrtibusi frekuwensi dari hasil siklus II ( tes

III) dapat dilihat pada tabel 21 : Distribusi Frekuwensi Data Tes III

Tabel 22 : Distribusi Frekuwensi Data Tes III

Frekuwensi No

Frekuwensi

Kelas Interval

Kecenderungan nilai bentuk histogram dan diagram batang pada gambar

15 dan 16 berikut ini :

Gambar 17 : Histogram Frekuwensi Tes III

Gambar 18 : Diagram Batang Data Tes III

S32 Nama Siswa

S33 S34

c) Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis di lakukan untuk menghitung masing-masing hipotesis penelitian yang telah di lakukan yaitu (a) Perbedaan rerata nilai ketiga hasil tes yang menggunakan analisis varians (anava) untuk mendapatkan nilai F (b) Perbedaan rerata nilai antara dua hasil penilaian yang menggunakan statistic

–t (uji-t anava) Sebelum analisis varian s di lakukan untuk pengujian hipotesis, maka –t (uji-t anava) Sebelum analisis varian s di lakukan untuk pengujian hipotesis, maka

F = Varian terbesar Varian terkecil

Kriteria pengujian adalah Ho di terima apabila F hitung lebih kecil dari pada F tabel pada = 0,05 Berdasarkan penghitungan dapat di ketahui bahwa varians untuk pra tes adalah 47,513, tes II adalah 46,771 dan tes III adalah 26,142. Ketiga varians tersebut dapat di lihat seperti pada tabel 22: Varians Hasil Belajar siswa

Tabel 23 : Varians Hasil Belajar siswa

Nilai Varians Jenis Variabel : Perbandingan Hasil Belajar Pra tes (VII)

Tes III (IX ) S2

Tes II ( VIII)

Dari tabel di atas maka di ketahui varians terbesar adalah 47, 513 dan varians terkecil adalah 26, 142 dengan demikian F hitung dapat di peroleh :

F hitung = 47,515 = 1,817 26,142 Langkah berikutnya adalah membandingkan nilai F hitung dengan F tabel ,

dengan rumus dk pembilang = n-1 = 34-1 = 33 (untuk varian terbesar) dan dk penyebut = n-1 = 33-1 = 32 (untuk varian terkecil). Taraf signifikan ( ) = 0.05. Dengan demikian diperoleh F tabel = 1,82.

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh F nilai = 1,817 sedangkan F tabel = 1,82. Jadi F hitung lebih kecil dari F tabel . Ini berarti bahwa varians data ketiga tes yang akan dianalisis homogeny.

Tabel 24 : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas

Varians

Nilai

F hitung

F tabel

F hitung <F tabel

dk 33 dengan 20,05

(a). Perbedaan nilai rerata ketiga hasil tes Untuk mencari perbedaan antara rerata nilai ketiga hasil tes, penulis menggunakan teknik analisis varians (Avana). Untuk mendapatkan nilai F ada bebrapa langkah yang harus ditempuh :

1. Menghitung jumlah kuadrat (JK) untuk beberapa sumber varians, yaitu : Antar (A), Dalam (D), dan Total (T) :

JK(T) =

JK(A) = =

JK(D) =

2. Menentukan derajat kebebasan (dk) masing-masing sumber varians :

3. Menetukan rata-rata jumlah kuadrat (RJK) :

Tabel 25 : Tabel Avana Uji Segnitifikasi Rerata Ketiga Hasil Tes Sumber

Keputusan Varians

F tabel

JK

db RJK

F hitung

F hit >F tab Dalam

4,88 Ho ditolak signifikan

Total 58.639 102

F h = 675.799 > F t 3.11 pada taraf signifikan 0.05 dengan dk pembilang, yaitu dk(A) = 2 dan dk penyebut dk(D) = 99 maka Ho ditolak. Dengan hipotesis ini dapat memberikan informasi bahwa terdapat perbedaan peningkatan

selama tiga kali pengukuran yaitu sebelum siklus I (X 1 ), sesudah siklus I (X 2 ) dan sesudah siklus II (X 3 ). Disini belum diketahui apa yang berbeda itu X 1 dengan X 2 ,

X 1 dengan X 3 , atau X 2 dengan X 3 , oleh karena itu, peneliti mencoba untuk membuktikan antara dua hasil penelitian tersebut. (b). Perbedaan Rerata nilai antara dua hasil tes (uji satu pihak)

Hipotesis penelitian kedua yang akan diuji adalah terdapat perbedaan antara nilai dua hasil tes. Untuk pengujian ini penulis menggunakan teknik statistic uji-t (uji-t anava) dengan rumus : Hipotesis penelitian kedua yang akan diuji adalah terdapat perbedaan antara nilai dua hasil tes. Untuk pengujian ini penulis menggunakan teknik statistic uji-t (uji-t anava) dengan rumus :

t hitung > t tabel berarti ditolak.

t tabel = t (0.99;66) = -2.390

Interpretasi :

1. Perbedaan rerata nilai pra tes (X 1 ) dan tes (X 2 )

Pada pengujian hipotesis ini diperoleh t hitung X 1 dan X 2 = -31.352 dan t tabel

(0.95;99) = 1,671. Dari hasil perbandingan tersebut dijumpai bahwa t hitung =- 31,352 < t tabel = 1,671, maka Ho ditolak. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pra tes dan nilai tes II (nilai siklus I). Dengan kata lain rerata hasil belajar siswa siklus I (tes II) lebih tinggi dari pada rerata pra tes atau rerata nilai hasil belajar pra tes lebih rendah dari pada rerata nilai hasil belajar tes II.

2. Perbedaan rerata nilai pra tes (X 1 ) dan tes III (X 3 )

Pada pengujian hipotesis yang kedua diperoleh t hitung X 1 dan X 3 = -32.005 dan t tabel (0.95;99) = 1,671. Dari hasil perbandingan tersebut dijumpai bahwa t hitung = -32,005 < t tabel = 1,671, maka Ho ditolak. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pra tes dan nilai tes III (nilai siklus II). Dengan kata lain rerata hasil belajar siswa siklus III (tes II) lebih Pada pengujian hipotesis yang kedua diperoleh t hitung X 1 dan X 3 = -32.005 dan t tabel (0.95;99) = 1,671. Dari hasil perbandingan tersebut dijumpai bahwa t hitung = -32,005 < t tabel = 1,671, maka Ho ditolak. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pra tes dan nilai tes III (nilai siklus II). Dengan kata lain rerata hasil belajar siswa siklus III (tes II) lebih

3. Perbedaan rerata nilai pra tes (X 2 ) dan tes III (X 3 )

Pada pengujian hipotesis yang kedua diperoleh t hitung X 2 dan X 3 = -0,808 dan t tabel (0.95;99) = 1,671. Dari hasil perbandingan tersebut dijumpai bahwa t hitung = -0,808 < t tabel = 1,671, maka Ho ditolak. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai tes II dan nilai tes III (nilai siklus II). Dengan kata lain rerata hasil belajar siswa tes III (siklus II) lebih tinggi dari pada rerata tes II atau rerata nilai hasil belajar tes II lebih rendah dari pada rerata nilai hasil belajar tes III.

d) Interpretasi Hasil Penelitian

Metode kata-hubung (link-word method) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara mandiri dan kreatif. Kemampuan mereka dalam membuat kata-hubung dan gambar memberikan nilai dan warna yang positif dalam meningkatkan kemampuan memahami materi pelajaran IPS. Peserta didik lebih kreatif, inovatif, berani dan terbuka menyampaikan pendapat dan pikiran kepada teman-temannya terutama teman satu kelompoknya. Interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya berjalan sangat baik yang menyebabkan mereka dapat belajar sangat optimal. Permasalahan-permasalalahan dalam belajar sedikit demi sedikit dapat teratasi dengan pemberian motivasi baik dari guru maupun motivasi yang diberikan oleh rekan-rekannya sehingga terbentuk semangat belajar yang tinggi.

Suasana belajar yang kondusif dan lebih banyak melibatkan siswa dalamproses pembelajaran dapat menciptakan komunikasi yang baik diantara mereka. Pembelajaran yang terjadi di kelas tidak lagi bersifat kompetitif tetapi mengarah kepada kooperatif. Dengan pembelajaran yang seperti ini bisa menciptakan suasana keberhasilan bersama dalam memecahkan masalah dan kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi. Keberhasilan dalam pembelajaran bukan semata-mata kerja keras guru tetapi karena adanya kerjasama yang baik antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru serta guru dengan rekan sejawatnya.

Tindakan yang dilakukan peneliti mampu membuat perubahan proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada masing-masing pertemuan dalam siklus telah memberikan gambaran yang sangat berarti untuk dapat mengetahui perbaikan dan peningkatan kemampuan yang terjadi pada siswa baik dari segi kemampuan kognitif maupun kemampuan berinteraksi, berkomunikasi dan kemampuan memberikan motivasi kepada teman- temannya. Dari segi kemampuan kognitif siswa dalam belajar IPS terlihat ada peningkatan yang sangat signifikan pada setiap siklusnya. Dari siklus I siswa rata-rata mengalami peningkatan sebesar 100% dari hasil pra tes (tes I),dan pada siklus II siswa mengalami peningkatan sebesar 22,55%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa mengalami peningkatan hasil belajar pada pelajaran IPS yang sangat signifikan setlah dilakukan tindakan kelas selama dua siklus dengan menggunakan metode kata-hubung (link-word method).