PEMULUNG ANAK

PEMULUNG ANAK

dari Bantar Gebang

M dengan peralatannya. Sebuah keranjang ngais sampah plastik dan lainnya yang WIB atau 16.00 WIB. Mereka tak perlu

atahari baru keluar dari per-

Bila hari libur, Otong bersama adik aduannya. Otong, murid ke-

lu keahlian dan kebetulan rumah dekat

dan kakaknya berangkat ke TPA pukul las 2 madrasah ini sudah siap

dengan Bantar Gebang.

Di TPA Bantar Gebang, Otong me-

07.00 WIB pagi dan pulang pukul 15.00

bambu yang di sampingnya diikatkan

pulang tengah hari karena biasanya ibu tali siap menemaninya. Hamparan sam-

laku dijual. Ia pun berpacu dengan para

mereka mengirimkan makan siang ke pah di Bantar Gebang telah menanti.

pemulung lain yang kebanyakan remaja

TPA. Namun seringkali anak-anak ini Ia sempat bercanda dulu dengan

dan dewasa. Setelah keranjang penuh,

tidak makan siang sebab tidak dikirimi adiknya, Oman yang berumur enam ta-

Otong membawa sampah tersebut ke

nasi. Mereka hanya bisa minum yang hun. Sekitar pukul 07.00, ia berangkat.

pinggir TPA. Di sana 'bahan' uang itu

mereka bawa dari rumah. Ia tidak sendiri tapi dengan kakaknya

dionggokkan. Ia pun kembali mengais

Otong menceritakan, pernah suatu Embi (14 tahun) dan juga Oman. Otong

sampah lagi hingga waktunya tiba. Sam-

saat ia bersama kakak dan adiknya me- dan Embi ditugaskan oleh orang tuanya

pah plastik itu nantinya dimasukkan ke

nunggu kiriman nasi ibunya. Tapi nasi untuk mengasuh Oman. Jadilah mereka

dalam karung dan kemudian dibawa

yang ditunggu-tunggu tak kunjung da- bertiga bekerja sambil bermain.

pulang.

tang. Padahal perut sudah keroncongan Sebelumnya Otong bukanlah pe-

Kalau hari sekolah, Otong pulang

dan tak dapat ditahan. Akhirnya Otong ngais sampah Bantar Gebang. Hanya

pukul 12.00. Sesampai di rumah, ia se-

memutuskan pulang ke rumah, sekitar kondisilah yang memaksanya menjadi

gera mandi dan makan siang. Setelah

pukul 14.00 WIB. Sampai di rumah pemulung. Suatu ketika ibunya harus

itu ia menuju ke sekolahnya di Blok Ka-

Otong bertanya pada ibunya, ''Kenapa melahirkan adiknya dengan operasi

um, Kelurahan Sumur Batu. Di sekolah

tidak dikirim nasi.'' Ibunya dengan en- cesar. Itu butuh biaya besar yaitu Rp. 7

semiformal inilah Otong belajar layak-

teng menjawab, ''Kenapa kamu pulang juta. Keluarga dengan enam anak ini tak

nya anak-anak seusianya. Hanya saja

sebelum pukul tiga sore.'' Otong hanya memiliki uang sebanyak itu. Satu-satu-

sekolah ini tidak mengeluarkan ijazah

bisa terheran-heran. nya jalan adalah menjual hartanya

atau sertifikat sehingga lulusannya ti-

Kerasnya kehidupan di Bantar Ge- yakni sebuah sepeda motor. Kendaraan

dak bisa melanjutkan ke jenjang sekolah

bang memberi pelajaran bagi anak-anak roda dua ini laku dijual sebesar Rp. 8

yang lebih tinggi.

FOTO: BAGONG S

juta. Biaya operasi pun tertutupi. Uang sisa Rp. 1 juta kemudian dijadikan uang muka untuk mengambil kredit motor baru. Yang jadi persoalan kemudian, mereka harus mencicil uang kredit bu- lanan sebesar Rp. 460 ribu. Maka jadi- lah seluruh keluarga harus membanting tulang untuk mengejar uang setoran itu.

Kakak Otong tertua bekerja di toko material di Bekasi. Tapi gajinya pas- pasan. Kakak perempuan lainnya mem- bantu ibunya berjualan sayur-sayuran di pasar. Hasil mereka tak bisa meme- nuhi seluruh kebutuhan rumah tangga. Imbasnya, Otong pun harus rela menja- di pemulung, pekerjaan yang tidak per-

Otong sedang mengais sampah di Bantar Gebang

Percik „ Oktober 2006 „ Percik „ Oktober 2006 „

menimbang atau menjual barangnya makan. Mereka biasanya selain mencari

nya. Pinjam Rp. 200 ribu, ia harus me-

pada bos/lapak terdekat. Ia rata-rata plastik juga mencari benda-benda yang

ngembalikan Rp. 12.000 tiap hari sela-

mendapatkan uang Rp 50.000-Rp bisa langsung ditukar dengan uang se-

ma sebulan.

60.000 per minggu. Sebagian besar cara gampang. Barang yang mudah

Kondisi ini mendorong Jumbo men-

uang ini diserahkan kepada ibunya. ditukar itu antara lain sendok dan kran

ceburkan dirinya mengorek sampah di

Banyak anak sebaya Otong, Embi, yang terbuat dari kuningan. ''Satu sen-

TPA. Ia menjalankan pekerja ini layak-

Jumbo bekerja membantu mencari dok dapat ditukar dengan es di Pak Bu-

nya orang tua. Setiap hari, berangkat

nafkah untuk mencukupi kebutuhan le,'' kata Otong menyebut penjual es di

pagi, pulang tengah hari dan berangkat

keluarga. Ratusan pemulung cilik me- pinggir TPA. Tiga buah sendok bisa di-

lagi ke bulok-sebutan untuk TPA -- pu-

ngais sampah di TPA Bantar Gebang jual Rp 2.000, kran kuningan Rp

lang sore hari dengan menjinjing keran-

dan Sumur Batu. Hingga kini belum ada 500/buah.

jang sampah. Setelah sampah menum-

studi mendalam, data yang valid, bera- Suatu hari Otong sangat senang ka-

puk 2-3 kwintal disortir, dipilah-pilah

pa jumlah pemulung anak di sini dan rena mendapat uang Rp 10.000 yang

kemudian dimasukan ke dalam karung-

apa alasannya? Peluang pemulung anak tercecer di antara tumpukan sampah.

karung yang telah disediakan. Biasanya

untuk berkembang menjadi terganggu, Saat itu ia sedang mengorek sampah.

sampah dipilah menjadi plastik mainan,

karena hidupnya berada dalam tekanan Tampak uang kertas Rp 10.000 me-

LD, ember, beling, kaleng, atau logam.

keluarga yang miskin. Mereka harus nyembul dari barang-barang kotor itu.

Kadang-kadang jika malas, Jumbo

bekerja sedemikian rupa. Uangnya un- Hatinya sangat girang.

membiarkan sampah itu campur aduk

tuk keluarga. „ MJ/BS Setiap minggu Otong memperoleh 25-30 kg sampah campuran. Harga sampah gabrugan-istilah sampah cam- puran-rata-rata Rp 500-700/kg. Se-

apa adanya. Setiap minggu Jumbo

Kiprah Relawan Peduli Pendidikan

tidaknya Otong mengantongi uang Rp FOTO: BAGONG S

keterbatasan 17.500-Rp. 21.000 per minggu. Tapi

T lembaga yang

idak banyak

yang ada sampah ini tidak dijual mingguan tapi

mereka men- setiap bulan sekali. Sampah tersebut di-

peduli pada kon-

jalankan visi jual ke Bos Harun. Uang hasil penjualan

disi anak-anak

dan misinya. langsung dipegang ibunya. Masing-

yang terpinggirkan

Makanya saat masing dari mereka bertiga dijatah Rp

ini. Satu yang ter-

ini pendidikan 10.000 untuk jajan dan biaya pendi-

jun di tengah bau

TM membu- dikan di madrasah.

tak sedap ini

tuhkan berba- Tahun ajaran baru 2006 lalu, Otong

adalah Tim

gai dukungan yang sudah berumur 12 tahun masuk ke

Relawan TPA

mulai dari SDN Sumur Batu II. Karena usianya

Bantar Gebang

pendanaan yang dianggap terlalu tua, ia sering di-

dengan pen-

hingga buku- olok-olok teman-temannya. Namun ia

didikan Tunas

buku pengajian seperti Tajwid, tak berkecil hati, yang penting dapat

Muslim-nya. Tim ini menampung

Fiqih, Juz Amah, Kamus Bahasa bersekolah.

anak-anak yang tidak tersentuh

Arab, dan bacaan-bacaan Islami Nasib Otong bisa bersekolah lebih

pendidikan formal umum maupun

agama. Lebih dari 60 anak ditam- lainnya.

"Bila dibiarkan nasib anak-anak berumur 13 tahun. Sudah beberapa ta-

baik dibandingkan Jumbo yang kini

pung di pendidikan Tunas Muslim

itu akan sangat menyedihkan. hun ini ia drop out dari pendidikan da-

III, belum termasuk Tunas Muslim

Siapa yang harus bertanggung sar. Ibunya seorang janda miskin yang

I yang berada di Ciketing Udik

jawab terhadap pendidik anak- setiap hari berjualan nasi di pinggir

dan II di Blok Abah Bewok

anak pemulung dan yang miskin TPA. Belum lama ini warung yang ber-

Kelurahan Sumur Batu.

Relawan ini kebanyakan orang- itu?" ujar Andi. Mereka berharap modal hanya dua ratus ribu rupiah itu

dapat mengangkat harkat dan bangkrut karena modalnya digunakan

orang setempat. Lihatlah Andi

martabat anak-anak tersebut, ibunya untuk berobat ke rumah sakit.

Alim (37 th) dan Rudi Samanhudi

(35 th) pengasuh TM III yang pen- termasuk kalau bisa keluarganya. Setelah itu ibunya terjerat rentenir-

„ MJ/BS bank keliling-untuk melanjutkan usaha-

duduk asli Sumur Batu. Dengan