Action Program di Bidang Permu- kiman

Action Program di Bidang Permu- kiman

Think Globally Act Locally meru- pakan motto yang lahir kemudian yang menautkan antara isu global di bidang lingkungan dan upaya konkrit di tingkat lokal untuk menanggulanginya. Renca- na untuk melakukan tindakan konkrit di tingkat lokal tersebut telah menjadi komitmen semua bangsa di dunia dan mulai mencuat pada konferensi puncak bumi yang salah satunya menghasilkan dokumen rencana tindak yang disebut "Agenda 21". Di dalam Agenda 21 dise- butkan mengenai: upaya mengurangi kemiskinan, mengubah pola konsumsi, melindungi dan mempromosikan kese- hatan manusia, melawan deforestrasi, melawan proses penggurunan dan keke- ringan, pembangunan pertanian dan perdesaan yang berkelanjutan, konser- vasi keanekaragaman hayati, perlin- dungan dan pengelolaan air tawar, pe- ngelolaan limbah beracun berbahaya,

Percik „ Oktober 2006 26 „

FOTO: ISTIMEWA

pengelolaan sampah padat, pemba- ngunan permukiman manusia yang ber- kelanjutan. Khusus yang berkenaan de- ngan pembangunan permukiman, dise- butkan di dalam Agenda 21 sebagai berikut:

Memfasilitasi air bersih, sanitasi, dan pengelolaan sampah Perbaikan permukiman kumuh perkotaan dan permukiman infor- mal Mempromosikan transpor publik dan menyediakan pedestrian dan jalan bagi sepeda Mendukung pengembangan ekono- mi sektor informal dalam rangka mengurangi kemiskinan Meningkatkan kondisi kehidupan di pedesaan dalam rangka mengurangi migrasi ke kota dll Pembangunan berkelanjutan secara

nyata mencakup semua aspek kehidup- an manusia termasuk permukimannya. Bagi negara berkembang, pembangun- an permukiman yang berkelanjutan berarti suatu upaya untuk meningkat- kan kualitas hidup kelompok masyara- kat miskin, yang sebagian besar masih tinggal di permukiman yang tidak layak.

Di Caracas, Venezuela, 1/3 penduduk kotanya masih hidup di permukiman kumuh "Ranchos", di Ankara ½ dari penduduknya tinggal di permukiman kumuh "Gecekondu", di Lusaka dan di Manila 1/3 penduduknya tinggal di per- mukiman kumuh. Di Indonesia, perma- salahannya lebih rumit. Selain tingginya persentase penduduk perkotaan yang tinggal di permukiman kumuh, masalah yang sangat serius adalah lebih dari 100 juta penduduk, utamanya penduduk miskin di perdesaan, masih belum memiliki akses terhadap air bersih dan penyehatan lingkungan.

Keberpihakan kepada masyarakat miskin, termasuk dalam melaksanakan pembangunan AMPL, telah secara nya- ta menjadi kepedulian pemerintah, dan hal ini paralel dengan kesepakatan in- ternasional baik yang tertuang dalam dokumen Agenda 21 maupun MDGs. Di dalam millennium development goals ada 8 butir isu yang menjadi kepe- dulian semua bangsa dalam melaksana- kan pembangunan, yang salah satunya adalah penurunan tingkat kemiskinan. Isu kemiskinan yang sesungguhnya su- dah mulai menjadi perhatian sejak konferensi Stockholm, di mana negara

berkembang dengan di pelopori Indo- nesia (waktu itu Emil Salim) mengemu- kakan bahwa masalah lingkungan di ne- gara berkembang berakar pada kemis- kinan, karena itu peningkatan penda- patan dan kesejahteraan merupakan prioritas utama pembangunan.

Lebih tepat apabila dikatakan bahwa pembangunan yang dilaksanakan pe- merintah sejalan dengan agenda pem- bangunan bangsa-bangsa yang dimotori PBB, sebab sudah sejak awalnya me- mang berorientasi untuk memecahkan masalah kemiskinan dan peduli terha- dap kelestarian lingkungan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apabi- la pembangunan ekonomi, tak dapat di ingkari, telah mampu meningkatkan ta- raf hidup masyarakat yang bisa diketa- hui dari "human development index" dari waktu ke waktu, bagaimana halnya dengan pemerataan hasil pembangun- an, pembangunan infrastruktur untuk kelompok masyarakat miskin, pengem- bangan dan jaminan pendidikan untuk kelompok masyarakat miskin, stabilitas stok sumberdaya alam, dan sebagainya?

Dari itu semua, yang perlu dicermati adalah bidang lingkungan, dalam satu dekade belakangan ini tampaknya jus- tru mengalami kemunduran diban- dingkan beberapa dekade lalu. Justru karena itu dalam peringatan hari ling- kungan hidup tahun 2006, ada keingin- an yang sangat kuat untuk memain- streamkan kembali isu lingkungan. Ke- mauan untuk merevitalisasi AMDAL menjadi salah satu fokus peringatan, se- lain pendidikan lingkungan. Bangkit kembalinya kepedulian terhadap ling- kungan hidup tentunya terpicu oleh am- buradulnya urusan lingkungan (kita ambil saja femomena banjir bandang dan longsor di musim hujan dan keke- ringan panjang di musim kemarau yang terjadi akhir-akhir ini di seluruh penju- ru negeri, dan juga ketegangan masya- rakat di sekitar lokasi industri dipicu pe- ngelolaan limbah yang tidak memadai). Hal itu bisa jadi karena lemahnya pene- gakan hukum, dan bisa pula karena

Percik „ Oktober 2006 „