Review Master Plan Pengelolaan Sampah DKI Jakarta
Review Master Plan Pengelolaan Sampah DKI Jakarta
T pada Jumat, 8 September 2006 mene- lalu. Lebih dari 27.966 m³ atau 6.000 menjadi satu-satunya tumpuan DKI Ja-
ragedi sampah longsor tempat menyerap 1.500 ton/hari sampah dari pembuangan akhir (TPA) Ban-
Oleh: Bagong Suyoto*
Jakarta.
tar Gebang milik DKI Jakarta Sekarang ini TPA Bantar Gebang
lan 5 jiwa dan 3 luka-luka merupakan
karta, paling tidak untuk 2-3 tahun ke indikasi buruknya pengelolaan sampah.
ton/hari sampah dibuang ke TPA Ban-
depan. Masalahnya, TPA Bantar Ge- Selama dua bulan terakhir terjadi empat
tar Gebang, terdiri dari 55,37% sampah
bang dikelola tanpa memperhatikan kali sampah longsor di TPA itu. Namun
organik dan 44,63% non-organik. Sam-
standar baku (teknis), akibatnya me- pengelola tidak belajar dari sejarah hi-
pah itu dihasilkan oleh lebih 10 juta
nimbulkan pencemaran lingkungan tam tersebut. Kebiasaan masa lalu terus
penduduk Jakarta.
(udara, tanah dan air). Seperti leachet berlangsung.
Setelah Ciangir gagal, untuk meng-
yang tak tertampung oleh IPAS meng- Tidak mudah mengubah suatu sis-
atasi kejenuhan TPA Bantar Gebang,
alir hingga 15 km melewati Kali Asem, tem dan kultur yang telah berjalan pu-
Pemda DKI Jakarta membangun TPST
Kali Pedurenan, Perumahan Regency, luhan tahun dalam pengelolaan sampah
Bojong Kalapanunggal-Bogor, dirintis
Dukuh Zamrud/Kota Legenda, Duta di DKI Jakarta dan Indonesia pada umum-
awal 2001. Namun, TPST Bojong dito-
Harapan, dan seterusnya. Leachet itu nya. Pendekatan yang ditempuh DKI
lak warga sekitar. Berbagai alasan peno-
telah mencemari sawah-sawah petani menekankan pada top-down policy, ha-
lakan muncul mulai dari mulai keboho-
akibatnya produktivitas padi turun nya pemerintah yang mengurusi sam-
ngan publik hingga penempatannya ti-
drastis setiap tahun. Pencemaran itu pah dengan manajemen tertutup. Pen-
dak sesuai dengan tata ruang (RTRW).
bertambah ketika TPA Sumur Batu mu- dekatan masa lalu tersebut menimbul-
Sementara itu pihak pengelola, menya-
lai dioperasikan pada Juni 2003, di- kan berbagai masalah.
takan TPST tersebut menggunakan tek-
mana pengelolaannya lebih buruk lagi. Basis pengelolaan sampah di Jakar-
nologi pengolah sampah (balla press)
Pencemaran air tersebut berpenga- ta adalah master plan 1987-2005 yang disusun JICA, yang meliputi (1) pe-
paling modern di Indonesia, yang dapat
ngumpulan (colletion) seperti: pelayan- GRAFIK TIMBULAN SAMPAH DI DKI JAKARTA TAHUN 2005 Timbunan Sampah di DKI Jakarta tahun 2005
(6.000 ton/Hari)
an door to door, sistem LPS (gerobak
(6.000 ton/hari)
KOMPOSISI SAMPAH
sampah), penyapuan (street sweeper);
Industri
Lain-lain
(2) pengangkutan (SPA besar 2 buah, : 55,37 %
2. An Organik. : 44,63 %
SPA kecil 13 buah); (3) Pengangkutan
Pemukiman
2.1. Kertas : 20,57 %
dengan kontainer dan kompaktor; (4)
2.2. Plastik : 13,25 %
Pembuangan akhir (disposal site) di
2.3. Kayu : 0,07 % 2.4. Kain/Trkstil
belahan timur di TPA Bantar Gebang : 0,61 %
dan belahan Barat di Ciangir, Tange- : 0,19 %
2.5. Karet/Kulit Tiruan
rang. Sayangnya sampai sekarang calon : 1,06 %
2.6. Logam/Metal
Perkantoran
2.7. Gelas/Kaca : 1,91 %
TPA Ciangir tidak bisa dioperasikan ka-
2.8. Sampah Bongkaran : 0,81 %
rena penolakan warga.
2.9. Sampah B3 : 1,52 %
Sistem kumpul - angkut - buang me-
2.10 Lain-lain (batu,pasir,dll) : 4,65 %
rupakan sistem konvensional, yang ha- Pasar
Pemukiman
VOLUME SAMPAH :
nya memindahkan masalah. Sampah Pasar
Jakarta Pusat : 5.280 m3
Jakarta dibuang ke TPA Bantar Gebang Sekolah
Sekolah
Jakarta Utara : 4.408 m3
dan terus menggunung. Dari 5 zona
Jakarta Barat : 6.000 m3
Perkantoran
TPA Bantar Gebang, pada Juli 2006 se-
Jakarta Selatan : 6.218 m3
muanya sudah penuh, yang semestinya Industri
Jakarta Timur : 6.060 m3
TPA ditutup pada akhir Desember 2003
Lain-lain
Sumber : WJEMP 2005
Jumlah : 27.966 m3
Percik Oktober 2006 Percik Oktober 2006
ga sudah tercemar tinja (e-coli) dan lo- gam berat. Pada umumnya sampah yang dibuang ke TPA bercampur-baur antara organik, non-organik dan sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) skala rumah tangga. Yang lebih sengsara adalah pemulung, mereka menggunakan air minum dan keperluan sehari-hari dengan air se- adanya dan tercemar.
Persoalan lain tentu berdampak pa-
da kesehatan masyarakat. Berbagai pe- nyakit menyerang seperti ISPA, alergi kulit, radang paru-paru, asma, anemia, dan lain-lain. Gangguan kesehatan itu disebabkan oleh asap dari pembakaran sampah, tebaran debu sampah, bau bu- suk yang terbawa angin dan sebagainya.
Masalah lainnya akibat pengelolaan TPA yang buruk adalah semakin be- sarnya konflik sosial (vertikal dan hori- zontal), praktek KKN, premanisme dan vandalisme. Berbagai kepentingan
muncul di sini mulai dari Pemda DKI, Pemkot Bakasi, DPRD, Parpol, Ormas, LSM, pelapak, pemulung, hingga warga yang tinggal di sekitar TPA. Hal ini semakin tampak dan panas ketika MoU pemanfaatan TPA Bantar Gebang akan berakhir tiap tahun. Sampah pada akhirnya terjerembab dalam aras poli- tik, inilah yang dipahami sampah seba- gai komoditas politik. Pengelolaan sam- pah yang buruk akan menjadi gudang pemerasan, apalagi TPA itu di tempat orang lain.