PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Pe (21)
Teropong
Penanggung Jawab: Direktur Permukiman dan Perumahan,
13 BAPPENAS
Simalakama Bantar Gebang
15 Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi,
Review Master Plan Pengelolaan Sampah DKI Jakarta
DEPKES
Wawasan
18 Direktur Pengembangan Penyehatan
Direktur Pengembangan Air Minum, Dep. Pekerjaan Umum
Pembangunan Air Minum dan Kemiskinan
21 Lingkungan Permukiman,
Strategi Menciptakan Sistem Laporan PDAM
23 Direktur Bina Sumber Daya Alam dan
Dep. Pekerjaan Umum
Dari Plato ke Kebijakan AMPL-BM
29 Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRI
Kegagalan HIPAM di Desa Bleberan
Direktur Penataan Ruang dan
Kisah
Lingkungan Hidup, DEPDAGRI
31 Pemimpin Redaksi:
Pemulung Anak dari Bantar Gebang
Reportase
33 Dewan Redaksi:
Oswar Mungkasa Pengomposan Komunal, Alternatif Penanganan Sampah Perumahan
Inovasi
Supriyanto, Johan Susmono, Indar Parawansa, Bambang Purwanto
Tempat Kencing Tanpa Air Penyiram
Abstrak
Redaktur Pelaksana: Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi Rheidda Pramudhy, Joko Wartono, Essy Asiah, Mujiyanto
dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta
Peraturan
Desain/Ilustrasi: Rudi Kosasih
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Pojok ISSDP
Produksi: Machrudin
Choice Model
Seputar PLAN INDONESIA
Sirkulasi/Distribusi: Agus Syuhada
41 Alamat Redaksi:
Plan Indonesia dalam Program Air dan Sanitasi Lingkungan
42 Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.
Info Buku
43 Telp./Faks.: (021) 31904113
Info Situs
44 e-mail: [email protected]
http://www.ampl.or.id
Info CD
Seputar WASPOLA
Seputar AMPL
Pustaka AMPL
Redaksi menerima kiriman
tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan
Agenda
dengan air minum dan penyehatan lingkungan dan belum pernah dipublikasikan.
Klinik IATPI
Panjang naskah tak dibatasi. Sertakan identitas diri. Redaksi berhak mengeditnya. Silahkan kirim ke alamat di atas.
Majalah Percik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id
KARIKATUR:RUDI KOZ MENGUCAPKAN
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1427 H
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
W Fitri. Di hari kemenangan ini, awak menghadapi musim hujan. Tentu ini pahnya longsor sehingga menimbul-
aktu terus berlalu. Alham-
rubrik Teropong, kami mengetengah- dulillah kita masih bertemu
gratis lagi, PDAM sibuk memperta-
kan TPA Bantar Gebang yang pada dengan hari bahagia, Idul
hankan diri.
Dalam waktu yang tak lama kita akan
awal September lalu gunungan sam-
Percik dan seluruh staf sekretariat
kan korban jiwa. Dan masih terkait Kelompok Kerja Air Minum dan Pe-
berkah. Tapi bagi sebagian wilayah, mi-
dengan kondisi di sana, di rubrik Ki- nyehatan Lingkungan (AMPL) me-
salnya, kota besar seperti Jakarta, hujan
sah, kami muat tentang pemulung nyampaikan Selamat Idul Fitri 1427
bisa menjadi petaka. Air hujan yang
diharapkan kedatangannya, akan meng-
anak yang menggantungkan hidupnya
di TPA terbesar di Indonesia tersebut. Minal Aidin wal Faizin. Semoga kita
H, Mohon Maaf Lahir dan Batin,
genangi kota. Lagi-lagi masyarakat tak
Tak ketinggalan, di rubrik Repor- semua kembali menjadi orang yang
bisa menghindar. Ungkapan yang sering
tase, kami mengangkat kerja sama bersih dari dosa dan menjaga kesu-
muncul: 'Ini sudah biasa'.
antara Lembaga Swadaya Masyarakat cian itu pada hari-hari berikutnya.
Akankah kita terus menganggap
(LSM) dan masyarakat pinggiran kota Pembaca, keprihatinan terus me- kebanjiran bisa dihindari kalau kita mau.
semuanya biasa? Sejatinya kekeringan,
dalam mengelola sampah secara man- nerpa negeri ini. Kekeringan cukup
diri sehingga tidak membebani TPA. lama kita rasakan terutama di Jawa
Keduanya bukan merupakan fenomena
Model-model seperti ini bisa dila- dan Nusa Tenggara. Akses masyarakat
alam yang datang tiba-tiba. Semuanya
kukan di mana saja, tentu dengan ada terhadap air minum yang memang
bisa diprediksikan. Pertanyaan kenapa
keluwesan pemikiran di dalamnya. masih rendah makin menurun. Me-
itu terus terulang terjadi? Perhatian ke
Pembaca, berbagai masalah AMPL reka mengonsumsi air untuk minum
arah sana masih kurang. Mungkin pro-
tampaknya terus bergulir silih berganti. apa adanya. Ketersediaan menjadi
gram yang memihak ke penanggulangan
Setiap saat muncul isu baru. Dan kami persoalan. Mereka tak bisa mencari
keduanya kurang populer. Itulah
merasakan permasalahan ini masih alternatif lain. Sementara pemerintah
Indonesia.
belum mendapatkan perhatian serius. daerah sendiri tampak tak mampu
Pembaca, selain membahas topik
Padahal dampak buruk AMPL ber- memenuhi kebutuhan warganya. Per-
utama mengenai kekeringan dan
pengaruh langsung terhadap kondisi usahaan Daerah Air Minum (PDAM)
kebanjiran, Percik mengadakan wa-
manusia-manusia Indonesia. Kita ber- yang menjadi tulang punggung penye-
wancara dengan Dirjen Bina Pemba-
harap, ada hal baru muncul di masa- diaan air minum di daerah, mengha-
ngunan Daerah, Departemen Dalam
masa mendatang yang bisa meng- dapi persoalan sendiri: kurang pa-
Negeri, untuk mengetahui bagaimana
hasilkan perbaikan. Bersama kita bisa, sokan untuk pelanggannya. Makanya,
kondisi pembangunan di daerah dan
menjadikan AMPL lebih diperhatikan. boro-boro untuk membantu warga
kaitannya dengan penyediaan air mi-
num dan penyehatan lingkungan. Di
Wassalam.
Percik Oktober 2006
Pompa Air Tanpa Motor
Saya berkeinginan untuk menda- patkan informasi mengenai pompa air tanpa motor (PATM) seperti di Goron- talo, yang saya lihat di situs AMPL. Mo- hon kiranya redaksi dapat membantu saya mengenai:
1. Apa saja langkah-langkah yang ha- rus saya tempuh untuk mendapat- kan pemasangan alat tersebut?
2. Apakah mungkin daerah saya bisa mendapatkan bantuan dana dari pemerintah dalam pemasangan alat PATM tersebut seperti di Goron- talo? Saya ingin jika mungkin alat terse-
but dapat dipasang di daerah saya di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini karena saya melihat fungsi dan kegu- naan alat ini mungkin dapat membantu daerah saya yang kesulitan air bersih.
Leonardo FoEnale
Surabaya
Untuk mengetahui lebih jauh me- ngenai informasi tentang pompa air tanpa mesin, silakan Anda meng- hubungi PT. Tirta Anugerah Nusanta- ra yang beralamat di Hotel Mahadria Lt. 4 Jl. Ki Mas Jong No. 12 Serang Banten. Telp. 0254-220270/220268 up. Ade Purnama (Dirut). Sedangkan soal bantuan dana, Anda bisa ber- hubungan dengan instansi terkait di pemerintah daerah setempat. (Redak- si)
Masukan dan Saran
Menindaklanjuti surat dari Direk- tur Permukiman dan Perumahan No. 5411/Dt.6.3/09/2006 tanggal 04 Sep- tember 2006 perihal Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkung- an, maka kami memberikan masukan dan saran sebagai berikut.
a) Penampilan maupun penataan su- dah lumayan bagus
b) Artikel masalah penyehatan ling-
kungan sudah cukup banyak
c) Artikel tentang air minum dira-
sakan masih kurang padahal na- manya Media Informasi Air Minum
d) Buang ruang/rubrik suara ling-
kungan, limbah, dan air minum; berisi surat pembaca dan tanggap- an redaksi/pakar
e) Rubrik lingkungan, limbah, dan
air minum di negara tetangga yang patut dicontoh.
Demikian masukan dan saran kami, terima kasih atas perhatiannya.
Ir. Agus Sutyoso, MSi
Direktur Utama PDAM Kota Semarang
Jl. Kelud Raya Semarang
Kami sangat berterima kasih atas saran dan masukan Anda. Semua masukan dan saran akan kami per- timbangkan. Semoga Percik ke depan bertambah baik dan sesuai dengan keinginan para pembacanya. Selain itu kami juga mengundang Anda untuk mengisi/ mengirimkan tulisan yang sesuai dengan kapasitas Anda. Kami berharap sumbangan pemikiran Anda dapat menjadi pelajaran bagi pembaca lainnya. (Redaksi)
Indonesia Terbelakang
Beberapa waktu lalu, Bank Pem- bangunan Asia (ADB) bekerja sama dengan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengeluarkan laporan menge- nai program pengurangan jumlah kemiskinan di beberapa negara Asia Pasifik yang diumumkan di Manila. Laporan itu mengetengahkan kinerja beberapa negara dalam program terse- but.
Negara yang tergolong paling maju memberantas kemiskinan, yakni Chi- na, Malaysia, Thailand, Palau, Viet- nam, Armenia, Azerbaijan, dan Kir- gistan. Selain itu, negara yang ter- golong mengalami penurunan niat pada pengurangan kemiskinan adalah Fiji, Kazakstan, Samoa, dan Uzbekistan. Kelompok berikut tergo- long harus berjuang lebih keras, yakni India, Afganistan, dan Nepal. Ke- lompok terakhir yaitu negara yang ter- golong terbelakang dalam pengurang- an kemiskinan. Negara itu adalah Banglades, Indonesia, Laos, Mongolia, Myanmar, Pakistan, Papua Nugini, dan Filipina.
Penilaian ADB itu tampaknya cocok dengan kondisi yang ada. Jumlah orang miskin terlihat tak berkurang justru bertambah. Pengemis dan gelan- dangan makin banyak. Busung lapar dan penyakit akibat kesulitan ekonomi tak berkurang. Pertanyaannya seka- rang, mana janji-janji pemerintah un- tuk mengentaskan kemiskinan itu? Pertanyaan yang sama patut pula di- sampaikan kepada partai-partai politik dan wakil rakyat. Mana janji- janjimu dulu mau menyejahterakan rakyat? Jangan hanya pejabat, birokrat, dan wakil rakyat saja yang sejahtera, sementara rakyat tambah melarat.
Meddy Chandra
Ciputat, Tangerang
Percik Oktober 2006 2
FOTO:MUJIYANTO
Sumber Daya Air di Jawa
Habis Kering, Habis Kering, Datanglah Banjir Datanglah Banjir
Kondisi lingkungan
B ini. Begitu sulitnya masyarakat me- Kondisi ini hampir terjadi di seluruh
erita kekeringan hampir setiap
ga lainnya. Jangan ditanya soal air un-
di Indonesia terdegradasi
hari menghiasi media massa ce-
tuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus,
cukup parah. mungkin tak ada.
tak dan elektronik akhir-akhir
Suatu saat kekeringan
menuhi kebutuhan air untuk kehidupan
wilayah Pulau Jawa. Sejauh mata me-
datang, di saat lain banjir mereka sehari-hari, bahkan untuk mi- mandang, wilayah di pinggiran jalur
melanda.
num sekalipun. Mereka rela berjalan
utama Pulau Jawa terlihat kering keron-
Padahal kejadian itu seha- berkilo-kilo meter hanya untuk mencari tang. Daun-daun dahan berguguran. rusnya bisa diprediksikan. seteguk air buat minum dan memasak. Hutan jati bak tiang-tiang pancang.
Akankah ini terus Rumput-rumput meranggas. Sebagian
Itupun belum tentu kualitasnya meme-
nuhi syarat. Jumlahnya pun sangat ter-
terlihat bekas terbakar. Tanah-tanah
terulang?
batas karena harus berbagi dengan war-
pertanian retak-retak. Lahan-lahan per-
Percik Oktober 2006 Percik Oktober 2006
Kekeringan tidak hanya melanda wi- layah di luar kota. Di beberapa kota pun air sulit didapatkan. Bahkan di Jakarta, beberapa saat warga sempat mengeluh. Air bersih tak mengalir. Pasokan air ke dua perusahaan swasta di Jakarta ku- rang. Akibatnya, distribusi air ke pe- langgan terganggu. Warga tak bisa ber- buat banyak. Untungnya mereka masih bisa membeli air isi ulang/kemasan/air keliling untuk kebutuhan vitalnya ken- dati dengan harga yang lebih mahal. Ta- pi bagaimana nasib mereka yang miskin dan jauh dari jangkauan air bersih?
Ibarat peribahasa 'sudah jatuh ter- timpa tangga', kondisi kekeringan itu sebentar lagi akan disambut dengan da- tangnya musim hujan. Bagi sebagian orang, kedatangan berkah dari langit ini patut disambut gembira karena tanah- tanah akan kembali terairi. Namun bagi sebagian yang lain, hujan adalah ben- cana. Banjir akan segera tiba. Derita ke- kurangan air akan berganti menjadi de- rita karena banjir.
Ironisme ini pun hampir tiap tahun terjadi. Sayangnya, tindakan untuk mengantisipasinya tak terlihat. Belum ada upaya bersama yang signifikan dan melibatkan semua stakeholder. Wal- hasil, kekeringan dan kebanjiran seolah menjadi sebuah rutinitas yang harus diterima oleh rakyat jelata.
Kekeringan Tahunan
Kekeringan yang melanda wilayah Jawa sebenarnya bukan sesuatu yang datang dengan tiba-tiba. Artinya, jauh- jauh hari keadaan itu bisa diprediksi. Perhitungan analisa neraca air atau ke- seimbangan air yang membandingkan antara kebutuhan dan ketersediaan air yang dilakukan oleh Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas pada 2005, menunjukkan bahwa berdasar- kan data tahun 2003, sekitar 77 persen wilayah di luar Jabodetabek mengalami defisit air antara satu sampai delapan
Percik Oktober 2006 4
Kabupaten / Kota JAWABARAT
Kuningan Cirebon
Majalengka Indramayu Kota Bandung
Kota Cirebon
JAWATENGAH
Magelang
Klaten Sukoharjo
Karanganyar Sragen
Blora Pekalongan Kota Semarang
Kota Pekalongan Temanggung
DI YOGYAKARTA
Bantul Gunung Kidul
Sleman Kota Yogyakarta
JAWATIMUR
Ponorogo Sidoarjo
Madiun & Kota Madiun Magetan
Ngawi Bojonegoro Tuban
Lamongan Bangkalan
Pamekasan Sumenep Sampang
JABODETABEK
DKI Jakarta Bogor & Depok & Kota Bogor
Tangerang & Kota Tangerang Bekasi & Kota Bekasi
Serang & Kota Cilegon Karawang & Purwakarta
Wilayah Sungai
Cimanuk Cintanduy Cimanuk Cimanuk Cintanduy Citarum Cimanuk Citarum Cimanuk
Progo-Opak-Oyo Jratun Seluna Serayu Progo-Opak-Oyo Bengawan Solo Bengawan Solo Bengawan Solo Jratun Seluna Bengawan Solo Jratun Seluna Bengawan Solo Pemali-Comal Serayu Jratun Seluna Pemali-Comal Jratun Seluna
Progo-Opak-Oyo Progo-Opak-Oyo Bengawan Solo Progo-Opak-Oyo Bengawan Solo Progo-Opak-Oyo
K. Brantas Bengawan Solo K. Brantas K. Brantas Bengawan Solo Bengawan Solo Jratun Seluna Bengawan Solo K. Brantas Bengawan Solo Bengawan Solo K. Brantas Bengawan Solo Madura Madura Madura Madura
Ciliwung-Cisadane Ciujung-Climan Cisadea-Cikuningan Citarum Ciliwung-Cisadane Ciliwung-Cisadane Ciliwung-Cisadane Citarum Ciujung-Ciliman Ciliwung-Cisadane Citarum
Jumlah Bulan Defisit 2003 2005 2010 2015
Defisit Maksimum (m³/det) 2003
-9.71 -9.81 -10.13 -10.52 -10.96 -11.46 -26.75 -27.27 -28.68 -30.23 -31.94 -33.85
-14.47 -14.15 -13.42 -12.77 -12.18 -11.64 -48.99 -48.13 -46.11 -44.33 -42.80 -41.59 -1.94
-2.16 -2.76 -3.40 -4.09 -4.86 -0.61
-0.63 -0.69 -0.74 -0.81 -0.88 -25.72 -25.85 -26.20 -26.59 -27.05 -27.57
-32.57 -32.58 -32.63 -32.71 -32.83 -32.99 -16.68 -16.66 -16.64 -16.67 -16.75 -16.91
-18.52 -18.44 -18.27 -18.14 -18.04 -17.97 -20.64 -20.77 -21.17 -21.66 -22.27 -23.03
-12.92 -12.94 -13.00 -13.07 -13.14 -13.22 -11.45 -11.48 -11.56 -11.67 -11.80 -11.94 -2.40
-2.58 -3.20 -4.05 -5.20 -6.76 -1.07
-1.10 -1.18 -1.27 -1.38 -1.51 -19.09 -19.13 -19.25 -19.37 -19.51 -19.66
-16.33 -16.37 -14.67 -16.63 -16.82 -17.07 -5.49
-5.48 -5.47 -5.45 -5.44 -5.42 -21.89 -21.95 -22.13 -22.34 -22.57 -22.84 -0.85
-0.83 -0.79 -0.75 -0.70 -0.66 -28.93 -28.77 -28.41 -28.07 -27.76 -27.50 -15.53 -15.82 -16.78 -18.19 -20.16 -22.89
-28.34 -28.25 -28.02 -27.79 -27.57 -27.35 -32.62 -32.87 -33.52 -34.19 -34.87 -35.56
-42.28 -43.77 -47.73 -52.03 -56.69 -61.77 -25.46 -25.51 -25.68 -25.89 -26.16 -26.51 -26.87 -26.46 -25.47 -24.54 -23.65 -22.82
-56.23 -55.62 -54.20 -52.95 -51.90 -51.09 -12.08 -12.11 -12.23 -12.38 -12.58 -12.81
-13.07 -13.04 -12.98 -12.94 -12.90 -12.88 -16.52 -16.35 -15.95 -15.57 -15.21 -14.88 -10.42 -10.77 -11.81 -13.13 -14.80 -16.90
-0.2 -1.5 -4.9 -8.7 -13.1 -18.0 -2.0
-2.6 -4.5 -7.1 -10.5 -15.0
-3.9 -4.5 -6.6 -9.2 -12.7 -17.3 -
- - - - -3.2 -
- - -0.9 -4.0 -8.3 -
- - - - -2.2
N/A: data tidak tersedia
Tabel 1.
Kabupaten/Kota di Pulau Jawa yang mengalami Defisit Tinggi
Sumber: Hasil Analisis Dit. Pengairan & Irigasi, Bappenas
Gambar 1
bulan. Sedangkan di wilayah Jabodeta-
Proyeksi Neraca Air Kabupaten/Kota
bek hanya 50 persen yang defisit.
di Jawa dan Madura
Angka itu didapatkan dengan mem- perhitungkan faktor ketersediaan air dari daerah aliran sungai (yang merupa- kan ketersediaan air permukaan) dan kebutuhan air dari tiap daerah (meliputi kebutuhan air untuk domestik, perkota- an, industri, perikanan, peternakan dan irigasi).
Data neraca air tahun 2003 menun- jukkan total kebutuhan air di Pulau Ja- wa dan Bali sebesar 38,4 miliar meter kubik pada musim kemarau. Kebutuhan itu dapat dipenuhi sekitar 25,3 miliar kubik atau sekitar 66 persen. Defisit ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2020 mengingat jumlah pendu- duk bertambah dan aktivitas perekono- mian meningkat.
Secara umum kondisi kekeringan ini disebabkan tiga faktor yakni perubahan iklim global seperti hujan dan keke- ringan terjadi di luar bulan-bulan bia- sanya disertai perubahan iklim lainnya, faktor lingkungan, dan manajemen dan infrastruktur sumber daya air. Secara khusus, penyebab kekeringan di luar faktor iklim global antara lain:
1. Kerusakan catchment area sehingga mengancam keberlanjutan daya du- kung sumber daya air;
2. Penurunan kinerja infrastruktur sumber daya air;
3. Eksploitasi air tanah yang berlebi- han mengakibatkan penurunan mu- ka air tanah, land subsidence, dan intrusi air laut;
4. Rendahnya kualitas pengelolaan hidrologi; Kondisi neraca air diklasifikasikan
menjadi empat yaitu normal, defisit rendah, defisit sedang, dan defisit ting- gi. Kondisi normal menunjukkan tidak terjadi defisit sepanjang tahun. Jika jumlah bulan defisit mencapai tiga
Sumber : Hasil Analisis
bulan maka ini diklasifikasikan sebagai defisit rendah. Empat hingga enam
= Normal
= Defisit Rendah
bulan defisit diklasifikasikan menjadi
= Tidak Defisit
= Defisit Sedang
defisit sedang. Dan lebih dari enam
Percik Oktober 2006
bulan defisit diklasifikasikan sebagai defisit tinggi. Tabel 1 menunjukkan daerah de- ngan defisit tinggi.
Jika kondisi ini dibiarkan, artinya tanpa ada intervensi infrastruktur, di- perkirakan kondisi neraca air defisit ini akan meningkat. Beberapa kabupa- ten/kota pada tahun 2010 diperkirakan akan mengalami defisit yang semakin membesar, antara lain Kabupaten Ngawi di wilayah sungai (WS) Bengawan Solo dan Kota Surabaya di WS Brantas. Proyeksi kondisi neraca air di Jawa dan Madura ditunjukkan pada gambar 1.
Kondisi neraca air yang defisit akan berpengaruh terhadap ketersediaan air. Yang paling terkena dampak kekeringan ini yaitu pertanian, industri, perkotaan, air minum, dan lainnya. Namun dari sektor- sektor itu air minum mendapat prioritas penanganan karena menyangkut kebu- tuhan vital manusia. Tabel 2 menunjukkan daerah yang mengalami defisit air minum dan prediksi hingga tahun 2025.
Kondisi Air Tanah
Kendati mengalami kekeringan, Pulau
Jawa sebenarnya masih menyimpan potensi air tanah. Ini karena Pulau Jawa memiliki cekungan air tanah. Paling tidak ada 80 cekungan yang tersebar sepanjang Jawa dan Madura. Air tanah yang ada belum semuanya termanfaatkan. Kalau pun ada yang sudah dimanfaatkan seperti di kota-kota besar, cara pemanfaatannya pun tak terkendali. Akibatnya muncul masalah baru seperti penurunan muka air tanah (Bandung, Jakarta, dan Semarang), penurunan kualitas air tanah (Bandung dan Semarang), penyebaran air payau/ asin (Jakarta dan Semarang), dan pe- nurunan muka tanah (Bandung, Jakarta, dan Semarang).
Potensi air tanah yang ada cukup be- sar. Tabel 3 s/d 8 menunjukkan potensi air tanah berdasarkan wilayah administrasi.
Banjir Mengancam
Bulan-bulan ini hujan diperkirakan akan turun. Guyuran hujan akan menghidupkan kembali tanah-tanah yang kering. Roda ekonomi akan berputar kembali setelah berhenti be- berapa saat, khususnya di sektor per-
tanian. Namun bagi beberapa daerah, hujan dikhawatirkan akan menyebab- kan banjir. Kekhawatiran ini muncul terutama di daerah yang biasa menga- lami banjir secara periodik alias lang- ganan.
Faktor penyebab terjadinya banjir berbeda-beda di setiap wilayah. Be- berapa penyebab utama terjadinya ban- jir antara lain pendangkalan/agradasi dasar sungai (sedimentasi), luapan air sungai melalui tanggul, saluran draina- se kurang baik, efek backwater, dan pintu pengendali banjir tak berfungsi.
Hampir semua aliran sungai di Jawa membawa sedimen dalam jumlah besar dari hulu dan mengikis lahan di sepan- jang daerah aliran sampai ke muara. Akibatnya muncul endapat di daerah muara. Sedimentasi tersebut menye- babkan kapasitas tampungan sungai men- jadi berkurang. Di samping itu, penam- bangan pasir terjadi di sungai-sangat besar sehingga pada beberapa tempat menga- lami degradasi dasar sungai.
Debit air yang besar akibatnya tak bisa ditampung oleh badan-badan air di daerah pantai/muara. Air kemudian mengalir ke samping melewati tanggul sehingga menggenangi lahan pertanian dan daerah-daerah yang relatif datar. Tanggul-tanggul sungai di hulu dapat mengurangi banjir yang terjadi di dae- rah hulu, tetapi justru menyebabkan bertambah luasnya area yang terkena banjir di daerah hilir. Kondisi itu bertambah buruk ketika saluran drai- nase tidak berfungsi dengan baik. Be- lum lagi ada efek backwater yang terja- di di bagian hulu karena perubahan arus air di bagian hilir. Arus air yang berbalik ini -- karena pertemuan antara anak sungai dan sungai utama, pemben- dungan, dan penyempitan -- akan me- nyebabkan banjir tak dapat dihindari.
Banjir juga terjadi karena area tang- kapan air (catchment area) lenyap. Penggundulan hutan dan pola tanam yang salah ikut andil di dalamnya. Akibat tidak ada catchment area, air
Percik Oktober 2006 6
Tabel 2
Kabupaten/Kota di Pulau Jawa yang mengalami Defisit Air Minum
Kabupaten / Kota
JAWA BARAT Kuningan
Cirebon Majalengka
Indramayu Kota Bandung
Kota Cirebon JAWA TENGAH Magelang
Klaten Sragen Kota Semarang
DI YOGYAKARTA Bantul Sleman
Kota Yogyakarta JAWA TIMUR Bangkalan Pamekasan Sumenep Sampang JABODETABEK Bogor & Depok & Kota Bogor
Tangerang & Kota Tangerang
Wilayah Sungai
Cimanuk Cintanduy Cimanuk Cimanuk Cintanduy Citarum Cimanuk Citarum Cimanuk
Progo-Opak-Oyo Jratun Seluna Serayu Progo-Opak-Oyo Bengawan Solo Jratun Seluna Bengawan Solo Jratun Seluna
Progo-Opak-Oyo Progo-Opak-Oyo Bengawan Solo Progo-Opak-Oyo
Madura Madura Madura Madura
Ciujung-Climan Cisadea-Cikuningan Citarum Ciliwung-Cisadane Ciliwung-Cisadane
Defisit Maksimum (m³/det)
Sumber: Hasil Analisis Dit. Pengairan & Irigasi, Bappenas
Percik Oktober 2006
Tabel 3.
Potensi Air Tanah di Propinsi Banten
Tabel 4.
Potensi Air Tanah di Propinsi DKI Jakarta
Pandeglang Lebak Tangerang Serang Kota Tangerang Kota Cilegon
Potensi Air Tanah
(juta m3/tahun) (m3/detik)
No Kabupaten
Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
Potensi Air Tanah
(juta m3/tahun) (m3/detik)
No Kabupaten
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal
Potensi Air Tanah
(juta m3/tahun) (m3/detik)
No Kabupaten
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok
Potensi Air Tanah
(juta m3/tahun) (m3/detik)
No Kabupaten
Tabel 5.
Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Barat
Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.
Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.
Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.
Tabel 6.
Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Tengah
Tabel 7. Potensi Air Tanah di Propinsi DIY
Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Kota Yogyakarta
Potensi Air Tanah
(juta m3/tahun) (m3/detik)
No Kabupaten
Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.
Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.
dengan mudah mengalir ke sungai. Kondisi ini makin diperparah dengan penebingan sungai dan karakter sungai yang curam sehingga air mengalir begi- tu deras menuju hilir. Padahal daya tampung hilir, seperti Jakarta, Sema- rang, dan kota-kota besar tak memadai. Banjir tak dapat ditolak.
Berdasarkan data Departemen Pe- kerjaan Umum, banjir di Pulau Jawa se- bagian besar terjadi di wilayah pantai
utara dan pantai sela- tan, wilayah cekungan, serta kota-kota besar. Pada tahun 2002, ter- jadi 72 kejadian banjir yang menggenangi se- kitar 81,9 ribu hektar wilayah permukiman dan pertanian. Jumlah ini meningkat menjadi 104 kejadian pada tahun 2003 yang me- nggenangi sekitar 91,1 ribu hektar. Sebaran wilayah rawan banjir di Pulau Jawa dapat dili- hat pada Gambar 2.
Sistem pengenda- lian bahaya banjir me- lalui pendekatan infra- struktur telah berlang- sung lama. Lihat saja ada North Java Flood Control Project dan South Java Flood Con- trol Project di Jawa Tengah, Citarum Flood
Control Project di Bandung Selatan, Ciliwung Cisadane River Flood Control Project dan pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) di Jakarta, juga ada pro- yek pengembangan perkotaan seperti Bandung Urban Development Project (BUDP) dan Surabaya Urban Deve- lopment Project (SUDP). Namun, laju pembangunan infrastruktur pengendali banjir yang membutuhkan biaya besar tersebut tidak mampu mengantisipasi
magnitude (besaran) dan frekuensi banjir yang terjadi. 'Musim banjir' pun selalu datang.
Tantangan ke Depan
Kebutuhan air untuk rumah tangga, perkotaan, industri, dan pertanian se- makin hari semakin meningkat seiring pertambahan penduduk dan peningkat- an aktifitas perekonomian. Di sisi lain telah terjadi perubahan tata guna lahan yang menyebabkan perubahan perilaku hidrologis sehingga mempengaruhi pola ketersediaan air. Kondisi ini semakin diperparah oleh menurunnya daya du- kung lingkungan akibat kerusakan catchment area. Bisa diduga, kekering- an dan kebanjiran akan silih berganti datang. Tidak itu saja, beberapa kabu- paten/kota bahkan telah menyalakan lampu merah untuk memenuhi kebu- tuhan warganya.
Mau tidak mau, penanganan kabu- paten/kota yang telah mengalami krisis penyediaan air minum melalui inter- vensi infrastruktur dan kegiatan terkait, harus mendapat prioritas. Selain itu, perlu penyesuaian kembali alokasi air antarjenis kebutuhan, khususnya untuk irigasi di Pulau Jawa. Tentu ini bukan hal yang mudah. Perlu ada kajian men- dalam. Lebih dari itu, penanganan sum- ber daya air di Jawa memerlukan siner- gi dan integrasi.
Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas, mengusulkan program pe- ngelolaan sumber daya air di Pulau Ja- wa berdasarkan prioritas penanganan
Percik Oktober 2006 8
Tabel 8
Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Timur
Gambar 2. Lokasi Rawan Banjir di Pulau Jawa
Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri Kota Blitar Kota Malang Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Madiun Kota Surabaya
Potensi Air Tanah
(juta m3/tahun) (m3/detik)
No Kabupaten
Sumber: hasil analisis Tim Dinamaritama.
segera (jangka pendek), jangka mene-
1. Perumusan kebijakan dan strategi ngah, dan jangka panjang.
2. Pengendalian dan penataan penam-
implementasi strategi makro secara Penanganan jangka pendek yang
bangan Galian C di badan sungai;
terintegrasi yang bersifat lintas sek- perlu segera dilakukan yaitu:
3. Pengembangan industri hasil hutan
dan pertanian di tingkat lokal;
tor dan lintas wilayah;
2. Penyusunan skenario pembiayaan sumber daya air, antara lain melalui: (a)
1. Rehabilitasi lahan dan konservasi
4. Pengembangan rencana rehabilitasi
dari berbagai sumber yang dalam reboisasi lahan kritis yang melibatkan
lahan berbasis teknologi informasi;
jangka panjang menitikberatkan masyarakat melalui penanaman tana-
5. Peningkatan fasilitasi desain infra-
pada sumber-sumber dana langsung man produktif; (b) penurunan laju sedi-
struktur sederhana tingkat lokal;
dari masyarakat; dan mentasi melalui rehabilitasi dan stabili-
dan
3. Pengembangan operasi dan pemeli- sasi tebing sungai; (c) mengurangi peri-
6. Penyusunan basis data dan infor-
haraan infrastruktur berbasis ma- ode genangan untuk meningkatkan
masi banjir dan kekeringan di Pulau
Jawa termasuk konsep pengelolaan
syarakat.
Program itu akan berjalan dengan pengelolaan banjir (flood management)
efisiensi penggunaan air irigasi; dan (d)
data yang berkelanjutan.
baik bila didukung komitmen yang kuat yang terintegrasi dengan rehabilitasi
Prioritas jangka panjang mencakup
dari semua stakeholder. Kalau tidak, lahan.
perencanaan penanganan banjir dan
kekeringan secara berkelanjutan, antara
kondisi Indonesia akan bertambah
buruk. Sekarang terserah kita. MJ tentang penanggulangan banjir dan kekeringan, antara lain melalui: (a) penyadaran masyarakat tentang pe-
2. Upaya penyadaran masyarakat
lain:
'Panen Hujan'
nanggulangan banjir dan kekeringan; (b) peningkatan kesiagaan masyarakat
ala Gunung Kidul
menghadapi banjir dan kekeringan; (c) kampanye hemat air; (d) pengembang- an sistem peringatan dini banjir; (e)
esa Bunder, Kecamatan Patok, sehingga persoalan bercocok tanam Pengembangan institusi pengelola sum-
D Kabupaten Gunung Kidul, DIY berbagai jenis tanaman tersele-
ber daya air; (f) peningkatan sumber
tergolong daerah kering. Lahan di saikan.
daya manusia dalam pengelolaan sum-
Teknik penampungan air ini selain ber daya air; (g) penanganan konflik pe-
daerah ini hampir sepanjang tahun
hanya ditanami singkong. Namun se- mengumpulkan air juga berfungsi manfaatan air melalui peningkatan ma-
jak desa itu menjadi lokasi proyek menurunkan kecepatan aliran per- najemen sumber daya air; (h) pence-
percontohan pengembangan teknolo- mukaan, mengurangi volume air yang gahan alih fungsi lahan melalui pembe-
gi panen hujan dan aliran permuka- mengalir, dan menyimpannya untuk rian insentif dan sertifikasi; serta (i)
an, lahan singkong itu telah menjadi keperluan musim kemarau. peningkatan peran lembaga rehabilitasi
Teknologi penampung air hujan lahan dan konservasi air.
lahan padi.
Teknologi yang diterapkan cu- dan aliran permukaan seperti ini ide-
3. Intervensi infrastruktur pada lo- kup sederhana yakni menampung al diterapkan di kawasan Puncak mi- kasi-lokasi mendesak dan prioritas, me-
air hujan dan aliran permukaan (air salnya, guna menahan laju aliran dan lalui: (a) Pembangunan waduk, em-
yang mengalir di permukaan tanah) mengurangi volume air yang meng- bung, dan lumbung air pada daerah de-
pada jaringan hidrologi di sebuah alir. Usaha lahan kering di berbagai fisit air dan rawan banjir; dan (b) Pe-
penampungan dengan ukuran pan- daerah yang memiliki defisit air pun netapan daerah rawan banjir dan penyi-
jang 20 meter, lebar 5 meter, dan bisa dibantu dengan model ini. Lagi apan fasilitasnya.
kedalaman sekitar 3 meter. Waduk pula dananya tak sebesar memba- Prioritas menengah diperlukan
kecil ini mampu menampung aliran ngun waduk/bendungan. untuk menjaga kesinambungan pro-
Waduk kecil ini bisa dibuat ribuan gram-program pada prioritas segera,
permukaan kurang lebih 300 meter
di sepanjang Kali Ciliwung dan kali- antara lain:
kubik.
Air ini dipergunakan untuk ber- kali lainnya mulai dari hulu hingga
1. Peningkatan efisiensi penggunaan bagai keperluan. Di desa ini, air itu hilir. Bila ini dilakukan, dampaknya air pada daerah yang berpotensi
terutama untuk mengairi sawah. Air akan luar biasa. Produksi pertanian defisit air tinggi antara lain melalui
ini tidak hanya tersedia pada musim akan naik. Kekeringan dan kebanjir- rehabilitasi jaringan irigasi dan
hujan, tapi juga di musim kering an sekaligus teratasi. MJ alokasi air yang efisien;
Percik Oktober 2006
B agaimana kondisi pembangun- an daerah secara umum?
Visi pembangunan daerah sekarang itu merupakan bagian dari paradigma nasional. Paradigma pembangunan na- sional ini adalah dengan lahirnya UU Pemerintahan Daerah No. 32, maka se- bagian besar kewenangan pemerintah pusat sudah diberikan ke daerah. Maka daerah mendapatkan kesempatan ber- peran lebih besar terutama untuk mela- kukan pembangunan yang tujuannya menyejahterakan rakyat dan membe- rikan pelayanan yang terbaik. Karena itu inisiatif, kreasi memang harus tum- buh di daerah. Makanya istilah pemba- ngunan daerah kita ubah paradigmanya menjadi daerah membangun. Daerah membangun lebih bersifat mereka sen- dirilah yang memikirkan apa yang akan direncanakan, dibutuhkan, dan dilaksa- nakan sampai dibangun oleh daerah sendiri dengan caranya sendiri dalam upaya menyejahterakan rakyatnya. Itu inti dari paradigma sekarang ini.
Apakah daerah sudah meng-
ikuti paradigma ini?
Seyogyanya ya. Sebagian besar dae- rah itu sudah bermain sesuai itu. Me- reka sudah mengurus dirinya dengan sangat optimal. Semuanya sudah tahu. UU No. 32 ini kan baru tahun 2004. Tapi sebenarnya lebih awal UU No 22 tahun 1999 telah memberikan kewe- nangan itu. Sejak terjadi perubahan re- formasi pemerintahan dari UU 574 ke UU 22 itu sebenarnya penyambungan saja. Jadi UU 22 itu sudah berlangsung tujuh tahun bahwa kewenangan selu- ruhnya diberikan kepada daerah kecuali kewenangan yang bersifat mutlak dari pemerintah pusat. Daerah sudah ber- main itu sekarang. Masalahnya adalah pencapaian dari daerah ini perlu digi- ring satu visi dan misi yang membangun visi dan misi kabinet Indonesia Bersatu. Dia sebenarnya merupakan subsistem pembangunan nasional. Ini yang menu- rut hemat saya masih perlu didorong.
Apa persoalannya sehingga daerah belum berjalan searah de- ngan pusat?
Itu ada hubungannya dengan ke- mampuan daerah membaca visi nasio- nal dan visi propinsi. Mestinya visi nasional turun menjadi visi propinsi. Visi propinsi kemudian turun menjadi visi kabupaten/kota. Sehingga kalau se- luruh visi ini mencapai sasarannya, ma- ka kita berharap akan terbangun visi propinsi dan nasional. Nah, sebagian besar daerah belum bisa mengait-kait- kan antara propinsi dan nasional. Aki- batnya, kadang-kadang sudah banyak yang dilakukan oleh daerah itu, tapi secara tidak langsung belum mendu- kung visi propinsi dan nasional. Karena alasan misalnya saya kan otonom. Ya. Kamu otonom dalam bingkai Negara kesatuan. Pencapaian tujuan daerah itu dalam rangka mencapai tujuan nasio- nal. Sistem seperti itu yang harus di- tumbuhkembangkan.
Artinya daerah masih memiliki egositas tersendiri?
Ya. Dengan alasan otonom dan sum- ber daya, perkembangan sosial politik kemasyarakatan, dan dengan alasan visi dan misi daerah sekarang ini amat di- tentukan oleh visi dan misi bupati se- suai dengan hasil pilkada. Karena visi dan misi bupati itulah yang menjadi RPJMD. Tidak semua bupati yang ter- pilih bisa memahami secara utuh apa yang menjadi sumber daya kabupaten. Pendekatannya lebih banyak pada bagaimana you memilih saya. Tetapi pemahaman terhadap kabupaten/kota secara detil lemah karena mereka lebih banyak outsider, orang dari luar. Na- mun, itu pada saat awal, seperti ini bisa dipahami. Pada masa-masa yang akan datang, calon bupati itu harus tahu per- sis daerahnya sehingga bisa menum- buhkembangkan daerah. Bayangkan
Percik 10 Oktober 2006
Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Depdagri, H Syamsul Arief Rivai:
Anggarkan Air Bersih untuk Desa!
Sejak era otonomi daerah, geliat pembangunan seolah berpin- dah ke daerah. Dengan sumber daya yang dimilikinya, daerah berlomba membangun daerahnya. Terkadang, begitu asyiknya mereka dengan daerahnya, pemerintah daerah lupa menyesuaikan visi dan misi pembangunannya dengan visi dan misi pembangunan nasional. Akibatnya, seolah-olah pembangunan di daerah berjalan maunya pemda sendiri.
Dampak dari perilaku tersebut yakni pembangunan yang tidak terarah secara nasional. Sektor-sektor yang seharusnya menjadi pri- oritas bersama diabaikan hanya gara-gara itu tidak berdampak langsung bagi pendapatan daerah. Kondisi ini tidak menguntungkan masyarakat, sebaliknya hanya menjadi ambisi para kepala daerah. Sektor air minum dan penyehatan lingkungan pun jadi korban. Apresiasi pemerin- tah daerah terhadap bidang ini masih kurang. Bagaimana sebenarnya ini bisa terjadi? Untuk menjawabnya, Percik mewawancarai Dirjen Bina Pembangunan Daerah. Berikut petikannya.
FOTO:MUJIYANTO
sekarang orang Jakarta jadi bupati Tu- FOTO:DPR.GO.ID lungagung, apa yang dia tahu di sana
kecuali dari dokumen, angka dan seba- gainya. Itu tidak cukup kalau dia tidak tahu kondisi sosial kemasyarakatan. La- hirlah visinya. Rakyat memilih dan dia memenangkannya. Itulah yang kemudi- an menjadi RPJMD. Apakah itu cocok, belum tahu kita. Apakah dia juga me- neliti visi propinsi sebelumnya? Belum tentu, sehingga tidak nyambung.
Seharusnya visi dan misi dae- rah itu seperti apa agar memiliki kesinambungan?
Pertama haruslah merupakan ba- gian dari visi dan misi nasional. Walau-
DPR harus menyesuaikan visi daerah dengan visi nasional.
pun ada spesifikasi sesuai kondisi dae- rah masing-masing. Katakanlah kalau
menunggu PP lama, maka kita menge-
dap hal ini?
Kesadaran rakyat di daerah terha- pantai. Tapi kalau visi ini ditarik pasti
daerah itu pantai, maka visinya daerah
luarkan surat edaran Mendagri tentang
dap air bersih itu yang perlu diting- mendukung visi nasional mengurangi
penyusunan RPJMP daerah. Jadi visi
katkan. Kita punya program AMPL yang kemiskinan. Kalau dulu ada yang nama-
dan misi bupati itu harus diikat dengan
memberikan perhatian khusus terhadap nya sistem perencanaan pembangunan
peraturan daerah supaya jangan dia
kebutuhan air bersih. Bahkan tahun nasional. Sebenarnya ini bisa dijadikan
janji-janji pada kampanye satu atau
2015, 80 persen penduduk di dunia mekanisme. Kita kan ada rakorbang.
dua, tapi setelah jadi lupa janjinya. Ini
harus mengonsumsi air bersih. Perso- Dimulai dari tingkat desa dulu, bottom
agar rakyat bisa memiliki mekanisme
alannya sekarang, di daerah rakyat asal up, kemudian ke kecamatan, terus ke
kalau bupati melanggar janjinya. Rakyat
minum. Pokoknya air itu karena keli- kabupaten, propinsi. Mestinya memba-
bisa bilang 'bupati melanggar Perda'.
hatan jernih dianggap bersih. Padahal ngun visi harus belajar dari mekanisme
belum tentu sehat. Nah makanya perlu ini. Baru bisa nyambung.
Jadi selama ini belum ada
ikatan yang bersifat hierarki?
ditumbuhkan kesadaran akan penting-
Belum. Di dalam peraturan pe-
nya air yang bersih dan sehat. Yang ke-
Bagaimana upaya Bangda
merintah itulah kita harapkan. Dan itu
dua, yang di kota agak lumayan karena
membina daerah menuju ke arah
maunya undang-undang No. 32.
ada PDAM. Masalahnya, PDAM itu
yang diharapkan?
dikelola secara tidak profesional se- Kita sekarang lagi mempersiapkan
hingga 80 persen PDAM itu merugi. Itu rancangan peraturan pemerintah ten-
Apakah itu tidak membatasi
bagaimana? Tetapi air bersih itu meru- tang perencanaan pembangunan dae-
ruang gerak dari daerah?
pakan suatu yang sangat vital karena di rah. Kita harapkan secara bottom up
Tidak. Karena begini, yang dipilih
situlah sumber energi sekaligus bisa semua harus terkait. Mulai dari rencana
daerah berupa visi dan misi itu adalah
menjadi sumber penyakit kalau kita pembangunan tingkat perdesaan, keca-
dasar penyusunan kebijakan. Dia
tidak jaga. Apalagi musim kering se- matan, kabupaten/kota, propinsi, sam-
menyusun visi dan misi berdasarkan
karang ini di mana-mana orang mene- pai ke tingkat nasional. Bolehlah tiap
data, tidak berdasarkan khayalan. Ha-
riakkan kebutuhan air. Bagaimana pe- desa punya visi. Tapi ada kegiatan di
rus hasil penelitian. Jadi tidak akan
merintah daerah menyiapkan itu. Saya desa yang merupakan bagian dari
mungkin membatasi kalau memiliki da-
melihat di RAPBD, daerah terlalu per- tujuan kecamatan dan seterusnya. Nah
ta dan pengetahuan yang cukup menge-
caya PDAM. Padahal PDAM kan hanya itu kita susun. Mendahului itu sudah
nai daerahnya.
di ibukota kabupaten. Yang namanya kita membuat surat edaran menteri
kecamatan itu tidak terurus. Makanya dalam negeri. Kebutuhan daerah akan
Kita beralih ke sektor AMPL.
kita di Bangda ini bekerja sama dengan perencanaan itu harus lahir, kalau
Bagaimana pandangan Anda ter-
hadap kepedulian daerah terha-
Care dan WASPOLA untuk memenuhi
Percik Oktober 2006 Percik Oktober 2006
Kalau kesadaran pemerintah daerahnya sendiri?
Umumnya daerah itu sadar kalau air bersih itu perlu. Karena itu mereka gan- tungkan harapannya pada PDAM. Cuma jangkauan PDAM itu hanya di kota. Mestinya di APBD itu ada anggar- an untuk air bersih di kecamatan, air bersih di desa, dan pusat-pusat konsen- trasi penduduk. Inilah yang merupakan bagian dari bantuan asing yang masuk ke kita yang membantu masyarakat perdesaan.
Tapi kebanyakan daerah hanya menganggarkan sangat kecil di bidang ini, berarti belum priori- tas?
Ya, bukan prioritas. Prioritas itu jus- tru fisik, infrastruktur. Seolah-olah air dapat sendiri lah. Memang mereka minum, buktinya tidak ada yang mati kehausan, tapi apakah air yang diminum itu layak. Itu yang tidak dike- tahui.
Adakah upaya pemerintah pu- sat agar daerah memberi prioritas untuk sektor ini?
Usaha kita adalah menjaring kerja sama dengan negara-negara donor karena bicara soal air minum ini ong- kosnya mahal, tetapi menyentuh ba- nyak orang. Kita dengan Bappenas, PU, Kesehatan, ada program WASPOLA dan WSLIC bersama-sama mendorong me- nyediakan air bersih. Tapi ini terbatas sifat dan lokasinya. Kita berharap dae- rah lain yang melihat itu kemudian mengikuti pemikiran itu. Menurut saya, kesadaran akan kepentingan air bersih
itu oleh banyak pemda kurang diper- hatikan. Usaha kita memberi contoh. WSLIC itu adalah proyek contoh bagai- mana mengelola air bersih dan penye- hatan lingkungan.
Berarti daerah masih memiliki kendala keterbatasan dana?
Iya.
Bisakah daerah didorong un- tuk mandiri?
Begini. Ini masalah persepsi. Bahwa air minum seolah-olah mudah dipero- leh oleh rakyat. Tahu nggak. Daerah itu sudah pinter juga lho minum air ke- masan. Bahkan ada bupati membuat air kemasan itu karena dia tahu air itu tidak cukup. Ada istri bupati yang ngurus ini, bikin pabrik. Tapi bukan itu solusinya. Karena rakyat itu daya belinya rendah, air minum dan air untuk keperluan rumah tangga itu jumlah yang dibu- tuhkan terus menerus dan banyak, sehingga solusinya bukan dengan air kemasan. Penyelesaiannya harus de- ngan menemukan sumber air dan se- kaligus menjadikan air itu menjadi air yang layak pakai. Itu bisa masuk melalui program dan harus didukung oleh APBD.
Apakah kita perlu regulasi untuk menjaga lingkungan kita?
Itu pasti. Karena air ada hubungan- nya lingkungan terutama hutan, maka se- karang ini kencang sekali rambu-rambu- nya. Bukan lagi perlu, sekarang sudah main. Terutama untuk pembabatan hutan, itu sudah kencang kita larang. Di lain pihak, kebutuhan akan kayu tinggi sekali. Dan kita tidak menyiapkan semacam alternatif, kalau bukan kayu apa? Sekarang saya di Bangda sedang memikirkan menyusun kebijakan bahwa jangan lagi pakai kayu. Solusinya adalah kalau untuk kepentingan pembangunan fisik maka dengan baja ringan. Saya gubernur di Sulawesi Barat, dan itu sudah mulai berlaku di sana. Tidak ada lagi bangunan yang menggunakan kayu. Harus pakai baja ringan. Padahal di sana banyak kayu. Kalau mau ambil ting- gal potong, tapi itu mengganggu ringan. Harus ada kebijakan. Kalau tidak orang akan tetap butuh kayu meskipun dilarang, maka lahirlah illegal logging. Sementara kalau baja ringan belum banyak rakyat yang familiar dengan itu. Padahal itu sekaligus antigempa dan antirayap. Maka dalam rangka penyelamatan air, salah satu upayanya adalah perlindungan hutan. Hutan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam siklus hidrologi. MJ
Percik Oktober 2006 12
FOTO:DPR.GO.ID
Penebangan hutan tak terkendali mengganggu kelestarian sumber air.
T ragedi sampah terus menggela-
yuti dunia persampahan Indo- nesia. Tahun lalu, puluhan
orang meninggal akibat tertimbun sam- pah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuawigajah yang longsor. Tepat
8 September dinihari lalu, giliran trage- di itu menimpa para pemulung yang se- dang mengais rezeki di TPA Bantar Ge- bang, Bekasi. Lima orang meninggal du- nia dan beberapa orang terluka.
Kedua tragedi itu berbeda modus- nya. Di Leuwigajah, hamparan sampah longsor dan menimpa permukiman penduduk yang lokasinya lebih rendah dari TPA itu (TPA berada di bukit). Se- dangkan di Bantar Gebang, sampah mengubur para pemulung yang berada di gundukan sampah yang tingginya mencapai hampir 20 meter.
Beberapa kalangan menuding pe- ngelola TPA Bantar Gebang, PT Patriot Bangkit Bekasi (PBB). Perusahaan yang dikontrak oleh Pemda DKI itu dianggap tidak profesional dalam menangani sampah di areal seluas 108 hektar terse- but. Perusahaan itu dianggap menga- baikan Prosedur Standar Operasi (SOP) yang telah ditetapkan. Seharusnya sam- pah dikelola dengan sistem sanitary landfill, tapi fakta di lapangan menun- jukkan perusahaan itu menggunakan sistem open dumping. Sedangkan Gu- bernur DKI Jakarta, Sutiyoso, justru menyalahkan para pemulung yang di- anggap telah memasuki daerah ber- bahaya di zone pembuangan sampah itu. Kecam-mengencam pun terus ber- langsung. Hingga saat ini belum ada so- lusi yang tepat untuk menanganinya.
Lepas dari itu, TPA Bantar Gebang yang terbagi dalam lima zone ini me-
mang telah syarat beban. Berdasarkan perjanjian sebelumnya, TPA yang mulai beroperasi tahun 1992 itu seharusnya ditutup pada Desember 2003. Namun rencana itu tak terjadi. Penggunaan TPA itu diperpanjang atas kesimpulan dan rekomendasi konsultan indepen- den. Evaluasi Pemantauan oleh konsul- tan independen-kerja sama Dinas Ke- bersihan DKI Jakarta, Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Hidup Universitas Indonesia dan Pusat Studi Pembangunan dan Lingkungan Universitas Islam "45" Bekasi-menyata- kan, ''Dengan asumsi volume yang ma- suk di TPA Bantar Gebang sesuai de- ngan kondisi tahun 2003 (20.000 m3/hari) serta berkurang karena diba- ngunnya TPA di tempat lain serta mengacu pada data Dinas Kebersihan tahun 2003 (14.000 m3/hari); di mana pengurangan volume sampah di TPA ju-
ga terjadi karena proses penguraian sampah dan juga karena pemadatan (50 persen) serta direduksi oleh pemulung (10 persen). Berdasarkan ketinggian sampah pada tahun 2003 untuk variasi ketinggian perencanaan sebesar 12 dan
15 meter, maka TPA Bantar Gebang ma- sih memiliki kapasitas penampungan untuk 417-1.015 hari."
Di sisi lain, Dinas Kebersihan DKI Jakarta pun tak bisa melepas begitu saja TPA tersebut. Pasalnya DKI belum me- miliki TPA alternatif. Rencana DKI membangun Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bojong, Keca- matan Kalapanunggal, Kabupaten Bo- gor yang menerapkan teknologi tinggi pun kandas karena penolakan oleh ma- syarakat. Mau tidak mau, TPA Bantar Gebang masih jadi tumpuan. DKI tentu tak ingin terjadi tragedi sampah seperti di Kota Bandung karena ketiadaan TPA.
Percik Oktober 2006
Simalakama BANTAR GEBANG
FOTO:BAGONG S
Pemulung berebut sampah di sekitar alat berat.
Sempat tersiar kabar, TPA itu akan diperluas. Ada tanah seluas 2,3 hektar di TPA tersebut yang bisa digunakan. Namun rencana itu terganjal. Banyak makelar yang bergentayangan sehingga harga tanah menjadi sangat mahal dan jauh dari harga NJOP (nilai jual objek pajak). Kalaupun TPA ini dimekarkan, kapasitasnya tetap tidak mencukupi un- tuk menampung sampah yang datang setiap hari 6.000 ton ke areal itu.
Pusat Pengkajian dan Pengembang- an Teknologi Lingkungan BPPT pernah melakukan penelitian mengenai ke- mungkinan rehabilitasi TPA Bantar Ge- bang tahun 2004. Berdasarkan kajian, TPA tersebut masih dapat direhabilitasi sehingga dapat digunakan menjadi TPA yang ramah lingkungan dan dapat digu- nakan secara berulang atau terus menerus. Sedangkan kandungan bahan organik yang ada di bawah tumpukan sampah di TPA dapat ditambang dan digunakan untuk reklamasi lahan kritis atau bekas pertambangan.
Hingga saat ini belum ada tindakan yang konkret untuk menangani TPA Bantar Gebang. Semua berjalan seperti biasa saja, kendati korban jiwa telah ja- tuh. ''Ini semua terjadi karena TPA Ban- tar Gebang menjadi ajang untuk men- cari uang. Semua saling berebut untuk mencari uang di sini,'' kata Bagong Su- yoto, Ketua Koalisi LSM untuk Per- sampahan Nasional. Ia menceritakan, ada bau politik di TPA terbesar ini. Par- tai-partai besar yang ikut menentukan keberlangsungannya. Belum lagi, pre- manisme pun tak kalah ganasnya.
Bagong yang pernah menjadi Koor- dinator Pokja Penanganan TPA Bantar Gebang ini mengungkapkan praktek po- litik uang ini pulalah yang menjadikan pengelolaan TPA tidak beres. ''Manaje- men fee yang kini besarnya 120 ribu rupiah per ton, diperas sana peras sini. Pokoknya semua minta jatah. Akibat- nya, uang yang seharusnya digunakan untuk mengelola persampahan ini habis untuk kegiatan non teknis. Operasi TPA
ini sangat sarat dengan premanisme dan KKN,'' jelasnya.
Menurutnya, penunjukan PT PBB pun tak lepas dari unsur itu. Perusa- haan ini seharusnya habis masa kon- traknya Juli 2006. Eh ternyata diper- panjang lagi dua kali enam bulan. Padahal sejauh ini PT PBB kualifikasi- nya belum diketahui. Modalnya pun tak jelas, punya atau tidak. PBB juga tidak menggunakan teknologi tinggi apapun. Dan kalau bicara SDM-nya, tak ada yang tahu, apakah perusahaan itu me- miliki para ahli di bidang persampahan. Bagong heran mengapa perusahaan se- perti ini ditunjuk untuk mengelola TPA Bantar Gebang. ''Apakah DKI tidak me- miliki partner yang lebih baik?'' katanya seraya menambahkan telah terjadi KKN dalam penunjukan tersebut.
Selain itu, lanjutnya, sampai seka- rang tidak ada perjanjian tripartit yang melibatkan Pemda DKI, Pemkot Bekasi, dan pihak swasta. Yang ada hanya per- janjian antara DKI dan Kota Bekasi saja. Mata rantai yang tidak jelas ini pulalah yang menyebabkan pengelolaan sam- pah di Bantar Gebang menjadi seperti sekarang.
Bagong mengusulkan, sudah saat- nya DKI meminta dukungan pemerin- tah pusat seperti BPPT, Departemen Pe- kerjaan Umum, Kementerian Lingkung- an Hidup, dan Bappenas untuk ikut membantu TPA Bantar Gebang. Menu-
rutnya, perlu ada minning (pengerukan) di TPA ini yang hasilnya bisa digunakan untuk pupuk tanaman keras misalnya.
Untuk jangka panjang, ia menya- rankan DKI harus menerapkan prinsip