Rapai Pase Rapai Daboh debus

3.4.1 Rapai Pase

Rapai pase dikenal karena terdapat didaerah Pase, khususnya kecamatan Aron, kabupaten Aceh Utara.Seperangkat alat music Rapai Pase terdiri dari bebrapa unit Rapai yang dari jenis ukurannya, ada yang berukuran besar yang berfungsi sebagai induk, dan mempunyai gelar tersendiri sebagai kebanggaan dari grup rapai tersebut, misalnya dengan sebutan Rapai RajaKuneng kuning. Unit besar terdiri dari 30 buah rapai, unit sedang 15 buah , sedangkan unit kecil berjumlah sekitar 10 sampai dengan 12 buah. Pada dasarnya kegunaan bentuk kesenian Rapai terdiri atas dua jenis pertunjukan, yang pertama adalah sebagai upacara keagamaan, yang kedua adalah sebagai bentuk permainan atau hiburan, dalam permainanya Rapai pase hanya dimainkan berdasarkan Rithmis saja dengan mengikuti tempo dari vokal seorang Syeh sambil mendendangkan syair yang diikuti oleh pemain lainnya. Dalam bentuk upacara keagamaan, isi atau tema dari syairnya adalah penyampaian dakwah dan nasihat-nasihat ajaran Islam, maka Rapai pase sering digunakan masyarakat dalam acara Sunat Rasul, Maulid Nabi, dan upacara dalam merayakan hari besar keagamaan Islam lainnya. Dalam bentuk permainan atau hiburan, perkembangannya rapai Pase banyak diminati oleh masyarakat sehingga melahirkan kelompok-kelompok Rapai pase di kampong-kampung, maka untuk menunjukan siapa kelompok yang paling bagus diadakanlah Rapai Tunang Perlombaan, penilainnya meliputi tingkah pukulan Ragam Rythmik, intensitas bunyi Dinamik yang dapat didengan dengan radius yang paling jauh, lalu kemudian para syeh saling berbalas pantun dan saling Universitas Sumatera Utara menjawab dengan berimprovisasi kata-kata secara spontan antara kelompok satu dengan yang lainnya dalam bentuk sindiran. Rapai tunang ini biasa ditampilkan pada malam hari setelah shalat Isya, sampai menjelang adzanSubuh, dengan busana stelan warna hitam dilengkapi dengan ikat pinggang dan tengkulok ikat kepala.

3.4.2 Rapai Daboh debus

Rapai daboh atau yang dikenal dengan rapai debus adalah sebuah kesenian rakyat Acehsebagai bentuk sikap religius yang mengandung unsur mistis, kesenian ini pada awalnya merupakan bentuk upacara keagamaan yang dilakukan oleh aliran tarekat sufidari kelompok rifa’iyyah yang menyerupai atraksi bela diri denganmenguji ketahanan fisik sorang pemainnya dengan alat – alat senjata tajam seperti rencong senjata khas Aceh, Pedang, pisau, dan lain sebagainya. Filosofi dari Rapai dabus ini adalah bahwa semua unsur yang ada dimuka bumi ini tunduk kepada Allah sang maha pencipta, sehingga unsur-unsur tersebut seperti besi, api, angin akan tunduk kepada orang yang terus menerusber munajatdan ingat kepada Nya, pada masa kolonial Belanda, rakyat Aceh menggunakan daboh sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajah yang merupakan kaum kafir Belanda, yang akan merebut kekuasaan kesultanan Aceh dan menghancurkan agama Islam di Aceh, maka rakyat Aceh dibekali ilmu daboh ini sebagai perisai untuk ketahanan diri dari serangan senjata musuh baik senjata api maupun senjata tajam, hal ini berhasil dilakukan oleh sebagaian rakyat Aceh yang bertempur sehingga pihak musuh mengalami kesulitan dalam melakukan penyerangan, bahkan gagal dalam Universitas Sumatera Utara melakukan penjajahan tersebut. Dalam perkembangannya saat ini, kesenian daboh menjadi suatu bentuk kesenian hiburan, kesenian ini haruslah dimainkan oleh orang yang sudah dewasa dengan jumlah pemain antara 8 sampai 12 orang. Peu dabohPemain dabus biasanya dimainkan oleh laki- laki yang berjumlah sekitar dua sampai 4 orang. Dalam pertunjukannya terdapat dua unsur yang dapat dinikmati yaitu permainan tabuhan rapainya, dan permainan debusnya kedua bagian ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnyakarena terjalin menjadi satu kesatuan dalam pertunjukannya, kelincahan seorang pemain debus megikuti irama atau tingkahritme dari permainan rapainya. Permainan debus ini biasnya dipimpin oleh seorang khalifah Pawang, sebagai seorang yang ahli dalam mengendalikan peu daboh tersebut, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan karena senjata tajam dan sebagainya. Disini fungsi kahlifah sangat penting, jika ada yang mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cedera maka kahlifahlah yang mengobatinya dengan segera sehingga dapat pulih kembali, kekuatan sang khalifah adalah dari do’a- do’a yang dibacakannya. PermaianRapai dabus terdiri dari tiga bagian, diantaranaya adalah Saleum, Wamulee, dan Amanah, dimana ketiga bagian ini dapat ditandai oleh jenis irama dan tempo permainan rapainya.

3.4.3 Rapai Geurimpheng