Rapai ETNOGRAFI MASYARAKAT DAN KESENIAN

b. Gendang Geundrang

Geundrang terdapat hampir di seluruh daerah Aceh, berfungsi sebagai alat musik tradisional, yang bersama- sama dengan alat musik tiup seurune kalee mengiringi setiap tarian tradisional baik pada upacara adat maupun upacara iainnya.Alat ini terbuat dari kayu nangka,dan kulit kambing sebagai frame . Pembuatan gendang yaitu dengan melubangi kayu nangka yang berbentuk selinder sedemikian rupa sehingga badan gendang menyerupai bambam.Pada kedua sisi permukaan lingkarannya kiri-kanan dipasang kulit kambing, yang sebelumnya telah dibuat ringnya dari rotan dengan ukuran persis seperti ukuran lingkaran gen dangnya. lihat gambar Sebagai alat penguatpengencang permukaan kulit dipakai tali yang juga terbuat dari kulit.Tali ini menghubungkan antara kulit gendang yang kanan dengan kiri.Alat pemukul stick gendang juga dibuat dari kayu yang dibengkakkan pada ujungnya yaitu bagian yang dipukul ke kulit. lihat gambar

c. Rapai

Rapai merupakan sejenis alat instrumen musik tradisional Aceh, sama halnya dengan gendang. Rapai dibuat dari kayu yang keras biasanya dari batang nangka yang setelah dibulatkan lalu diberi lobang di tengahnya.Kayu yang telah diberi lobang ini disebut baloh.Baloh ini lebih besar bagian atas dari pada bagian bawah.Bagian atas ditutup dengan kulit kambing sedangkan bawahnya dibiarkan terbuka.Penjepit kulit atau pengatur tegangan kulit dibuat Universitas Sumatera Utara dari rotan yang dibalut dengan kulit.Penjepit ini dalam bahasa Aceh disebut sidak.Rapai digunakan sebagai alat musik pukul pada upa cara-upacara terutama yang berhubungan dengan keagama an, perkawinan, kelahiran dan permainan tradisional yaitu debus. Memainkan rapai dengan cara me mukulnya dengan tangan dan biasanya dimainkan oleh kelompok group. Pemimpin permainan rapai disebut syeh atau kalipah. lihat gambar 40 , saat ini kelompok music diBanda Aceh mulai banyak dan berkembang dari mulai music tradisi dan musik modern, bahkan beberapa kelompok music mulai mengkolaborasikan unsure keduanya dengan genre world music, seperti beberapa kelompok music berikut ini diantaranya adalah, Nyawong, Kande, Saleum,dan lain-lain.

2.4.5.3 Seni Drama Teater

Seni Teater di Aceh berakar dari seni tater rakyat, dengan tema yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, sederhana menggunakan bahsa daerah Aceh atau dengan bahasa Indonesia, ada beberapa jenis teater di Aceh yang berkembang dikota Banda Aceh yaitu Teater Tradisional dan Teater Modern, yang keduanya mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai media pendidikan, hiburan, penyampaian pesan dan pembahasan berbagai masalah kehidupan.dalam tata pergaulan masyarakat. Contoh taeter Tradisional adalah seperti Dang Deria, Dalupa, namun saat ini sudah jarang ditampilkan. Sementar teater modern mulai berkembang dan digemari oleh masyarakat, beberapa kelompok teateryang ada di kota Banda Aceh saat ini 40 Kota Banda Aceh dalam Angka, situs resmi PEMKOT Banda Aceh, 2013 Universitas Sumatera Utara misalnya, kelompok teater Kuala, Mata, Nol, Kosong, Rongsokan, dan lain- lain yang tersebar diberbagi sanggar dan sekolah atau kampus-kampus.

2.4.5.4 Seni Rupa

Dalam sejarahnya keberadaan seni rupa di kota Banda Aceh sebagai ibukota dan pusat pemerintahan Aceh sejak masa kerajaan Kutaraja mengalami perkembangan yang sangat pesat hal ini terlihat dari berbagai bentuk karya seni rupa seperti karya ukir, pahat, arsitektur, bangunan, dan perhiasan dalam perkembangan karya seni rupa masa lalu, seni ukir dapat dilihat dalam bentuk pada ukiran batu nisan, kepingan uang logam, perisai, pedang, cuping, motif rumoh Aceh, atau pada perabotan tempat tidur, namun beberapa karya ini banyak yang hilang dikarenakan perang dan bencana dan tsunami. Sedangkan karya lukis termasuk seni baru di kota Banda Aceh, tidak banyak tokoh pelukis, namun saat ini mulai berkembang karena banyaknya seniman lukis pendatang untuk memberikan pelatihan dan workshop untuk pendidikan seni rupa termasuk melukis. Satu lagi yang sedang berkembang saat ini adalah karya lukis tangan Inai, yang biasanya dipakai unuk pengantin mempelai wanita, namun sekarang diminati oleh setiap kalangan masyarakat baik tua maupun muda.

2.4.5.5 Seni Sastra

Kota Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi Aceh tentunya mempunyai masa keemasan dalam bidang sastra sebagai dampak perkembangan peradaban Islam paa masa kesultanan yang dipimpin Sultan Iskandar Muda, pengaruh Universitas Sumatera Utara sastra Arab sangat dominan terhadap perkembangan sastra di Aceh hal iini terlihat pada perkembangan beberapa karya sastranya seperti “Nazam Aceh”, Hikayat, syair, dan pantun baik secara lisan maupun tulisan. Dalam sastra lisan dapat kita lihat bentuknya seperti Hikayat, contoh hikayat yang terkenal adalah hikayat Perang Sabil yang bertemakan perjuangan dan kepahlawanan, Hikayat Asai Pasee yang bertema sejarah masuknya Islam di Aceh, Hikayat Malem Dewa, dan sebagainya. Dalam bentuk pantun tradisional dapat dilihat dalam bentuk Hadih Maja yang isinya tentang pesan agama yang dibuat dalam bentuk peribahasa yang sangat digemari masyarakat Aceh dulu, dan saat ini mulai hilang karena tidak pernah dikembangkan lagi. Sedangkan tokoh sastra di Aceh yang berkembang khususnya di kota Banda Aceh terbagi dalam beberapa zaman, pada zaman perang melawan penjajah belanda, muncul sastrawan - sastrawan yang berkarya sebagai bentuk perlawanan dan menyemangti pejuang untuk mrngusir penjajah diantaranya adalah, Dokarim dengan karyanya sanjak kepahlawanan Teuku Umar, kemudian Andib Lamnyong denga karya sastranya Hikayat si Lindung Geulima, kemudian ada A. Hasymi melalui karya prosa, dan puisi, dan saat ini muncul tokoh sastrawan yang sudah diakui oleh nasional seperti L.K Ara, Fikar W. Eda, Salman Gayo, dan lain-lain. 41 41 Musa, A, Sujiman, dkk: 22 tahun Taman Budaya Propinsi NAD 1979-2001. Universitas Sumatera Utara

BAB III ANALISIS FUNGSI SOSIAL BUDAYA

KESENIANRAPAI GELENG DIKOTA BANDA ACEH

3.1 Sejarah Rapai di Aceh

Sejarah masuknya alat musikRapaiini telah ada sekitar abad XIII seiring masuknya agama Islam di aceh yang kemudain menjadi media dakwah dalam penyebaran agama Islam dimasa kerajaan Islam pertama di Nusantara yaitu Samudera Pasai yang dipimpin Raja Islam pertama yaitu Sultan Malikul Saleh di daerah Pasai Pase, Aceh Utara, yang kemudian berkembang menjadi suatu kesenian yang mempunyai fungsi sosial budaya pada masa pemerintahanSultan Iskandar Muda. Alat musik rapai ini merupakan hasil akulturasi budaya Islam yang masuk ke daerah Aceh sekitar abad XIII, yang dibawa oleh para ulama dan saudagar Islam dari Timur tengah melalui jalur perdagan dunia yang melintasi Asia tengah dan selatan seperti Pakistan, India dan sebagainya dan, kemudian menjadi alat penyebaran Agama Islam di seluruh Aceh dan Nusantara.Pada awalnya budaya alat musik Rapai dibawa oleh seorang Ulama besar Islam Syekh Abdul Qadir Zailani, yang meneruskan ajaran Islam dari seorang Ulama Ahli tasawuf dari Baghdad Irak yang bernama, Syekh Ahmad Rifa’I yang kemudian ulama ini terkenal dengan aliran tasawuf “rifaiyyah” 42 42 sumber :Wawancara dengan Marzuku Hasan di taman budaya Banda Aceh. , dan pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda, alat musik ini sering digunakan untuk keperluan penyambuatan tamu kerajaan,sehingga menjadi budaya masyarakat Islam di Indonesia, hal ini Universitas Sumatera Utara