Rapai Geurimpheng Rapai pulot

melakukan penjajahan tersebut. Dalam perkembangannya saat ini, kesenian daboh menjadi suatu bentuk kesenian hiburan, kesenian ini haruslah dimainkan oleh orang yang sudah dewasa dengan jumlah pemain antara 8 sampai 12 orang. Peu dabohPemain dabus biasanya dimainkan oleh laki- laki yang berjumlah sekitar dua sampai 4 orang. Dalam pertunjukannya terdapat dua unsur yang dapat dinikmati yaitu permainan tabuhan rapainya, dan permainan debusnya kedua bagian ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnyakarena terjalin menjadi satu kesatuan dalam pertunjukannya, kelincahan seorang pemain debus megikuti irama atau tingkahritme dari permainan rapainya. Permainan debus ini biasnya dipimpin oleh seorang khalifah Pawang, sebagai seorang yang ahli dalam mengendalikan peu daboh tersebut, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan karena senjata tajam dan sebagainya. Disini fungsi kahlifah sangat penting, jika ada yang mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cedera maka kahlifahlah yang mengobatinya dengan segera sehingga dapat pulih kembali, kekuatan sang khalifah adalah dari do’a- do’a yang dibacakannya. PermaianRapai dabus terdiri dari tiga bagian, diantaranaya adalah Saleum, Wamulee, dan Amanah, dimana ketiga bagian ini dapat ditandai oleh jenis irama dan tempo permainan rapainya.

3.4.3 Rapai Geurimpheng

Pertunjukan Rapai Geurimpheng dalam penyajiannya dilakukan setelah para penabuh Rapai duduk berbaris yang dipimpin seorang khalifah, dengan melakukan pertunjukan yang diselingi dengan atraksi-atraksi dalam Universitas Sumatera Utara berbagai komposisi yang bervariasi sesuai irama tabuhan rapai. Lagu-lagu yang dipersembahkan mengandung pesan, kisah dan harapan-harapan. Gerakan ditampilkan disebut Lapeh semacam likok pada pertunjukan seudati.Satu grup kuru terdiri 12 orang penabuh, dibagi dalam dua kelompok. Kelompok satu terdiri dari enam kuru disebutseuh shaf apet, dan kelompokdua terdiri dari enam orang disebutsyahi atausyeh.Kelebihan Rapai geurimpheng ini adalah dari motif pukulan yang variatif dengan jalinan interlocking dari setiap motif yang dimainkan oleh para pemainnya. Bentuk Rapai yang digunakan dalam Rapai geurimpheng ini adalah berukuran sedang antara 35 cm hingga 38 cm, dengan ketebalan kayu sekitar 8 cm sampai 10 cm, dengan dilapisi kulit kambing sebagai membran , dengan dilengkapi oleh dua buah piringan logam kecil pada baloh kayunya, untuk menentukan tingkat kenyaringan suara rapai digunakan kayu rotan yang disisipkan ke dalam antara kayu dan kulit kambing tadi, maka perbedaan yang mencolok dari intensitas bunyi Rapai geurimpheng ini adalah lebih nyaring dengan jalinan interlocking yang cepat.

3.4.4 Rapai pulot

Rapai pulot adalah sejenis permainan kesenian rapai dengan menggunakan jenis rapai sedang , yang digunakan untuk mengiringi permainan ketangkasan yang dimainkan oleh anak-anak sebagai pemain atraksinyaatau dikenal dengan sebutan Aneuk pulot dan nama permainan atraksinya adalah Salikih. Ada bermacam jenis salikih dalam permaianan Rapai pulot ini, diantaranya Salikih 7, disebut salikih 7 karena dalam Universitas Sumatera Utara permainan ini 3 orang naeuk pulot membuat sabuah formasi berdiri seperti tungku Kuda-kuda lalu kemudian 3 orang aneuk pulot alinnya naik katas pundak kawannya sehingga membentuk 2 tingkatan , lalu kemudian 1 orang aneuk pulot lagi naik ke atas pundak kawannya dengan membuat atraksi berdiri diatas bangunan badan kawannya dengan posisi kepala dibawah dan kaki di atas, jadi dengan demikan jumlah aneuk pulot semuanya berjumlah 7 orang, sehingga disebut salikih 7. Demikian juga dengan formasi salikih 10, dengan orang membentuk 3 tingkatan yang terdiri dari 9 orang dan di satu orang berdiri dengan posisi seperti tadi sebagai puncaknya. Dalam permainan ini pun ada yang menggunakan property seperti tali untuk digunkan membuat rajutan yang disembunyikan dengan berbagai cara agar tidak terlihat oleh penonton, sehingga membuat kejutan dengan membentuk menyerupai perahu layar, pagar, dan lain-lain sehingga menghibur bagi yang menyaksikannya. Biasa akan lebih menarik apabila permainan ini dilakukan dengan pertandingan sehingga masing-masing kelompok dapat mengkreasikan atraksinya. Para pemain rapai memainkan rapainya sambil berdzikir dan diselingi dengan syair yang berisikan ajaran Islam sebagai syiar dan dakwah, yang dipimpin oleh sorang syeh. Biasanya permainan rapai pulot ini ditampilkan pada siang atau malam hari, pada saat peringatan hari besar keagamaan seperti Maulid Nabi, Isra Mi’raj, maupun acara perayaan sunat rasul, pernikahan , dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara

3.4.5 Rapai geleng