mengumpulkan para penari yang dianggap cocok dan mampu menerima gerakan-gerakan dalam tariannya, selain itu ia juga dibantu oleh Tuanku
Burhan yang bersedia meminjamkan suatu ruangan yang dapat dijadikan tempat untuk proses latihan.
Setelah tarian selesai dibuat dan dapat ditarikan oleh para penarinya, Yuslizar masih terlihat bingung dengan tariannya karena dia belum
mendapatkan sebuah nama untuk dijadikan nama tarian tersebut, sehingga beliau berinisiatif untuk mengundang para tokoh adat masyarakat untuk
mmemberi masukan dalam pemberian nama tari tersebut, maka di rumah Tuanku Burhan berkumpulah para tokoh adat yaitu Tuanku Burhan, A.K.
Abdulalah, A. Aziz Kunun, Sjamaun Gaharu, T.Hamzah dan Isteri, Mayor T. Ismail dan Isteri cut jah Samalanga, Nyak Adam Kamil, dan Isteri, T. Johan,
Cut Ainun Mardiah Pocut Seulimum , T.Ismail Bitai, Alm Ny.Hamidi, A.D Manua, Berdasarkan pertemuan tersebut, disepakati untuk memberikan nama
tari tersebut yatu, Tari Ranup Lampuan. Untuk penggarapan music iringan tariannya dipercayakan kepada A. D. Manua, yang kemudian di aransir oleh
Max Sapulete. Maka resmilah Tari ranup Lampuan menjadi tari persembahan masyarakat Aceh untuk setiap acara penyambutan tamu, dengan jumlah penari
9 orang dalam penampilan perdananya.
39
b. Tari Likok Pulo
Tarian Likok Pulo ini lahir sekitar tahun 1949 yang diciptakan oleh seorang Ulama berasal dari Arab yang tinggal di Pulo Aceh, yaitu salah satu
39
Murtala, Tari Aceh, Yusrizal Kreasi yang mentradisi.No Government Individual,
Aceh2009.
Universitas Sumatera Utara
kecamatan di Kabupaten Aceh Besar.Tarian ini pada hakekatnya adalah zikir kepada Allah SWT dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW. Gerakan
tarian pada prinsipnya ialah gerakan olah tubuh, keterampilan, keseragaman atau kesetaraan dengan memfungsikan anggota tubuh bagian atas, tangan
sama-sama ke depan, ke samping kiri atau kanan, dari depan ke belakang, keatas dan kebawah, dengan tempo yang lambat hingga cepat. Tarian ini
membutuhkan energi yang tinggi yang hamper menyerupai tari Saman.
c. Tari Tarek pukat
Tarek Pukat ini menggambarkan kehidupam masyarakat Aceh di daerah pesisir laut dengan aktivitas para nelayan yang menangkap ikan
dilaut. Tarek yang berarti Tarik, dan Pukat adalah alat sejenis jaring yang digunakan untuk menangkap ikan, dalam tarian ini para penari menun jukan
keterampilannya dengan melakukan atraksi menjalin tali sehingga membentuk sebuah jarring untuk menangkap ikan , biasanya tarian ini dilakukan oleh
perempuan, dan dibelakangnya adalah penari laki-laki, setelah tali selesai dijalin maka diberikan keoada para penari laki-laik sebagai simbol bahwa
seorang istri membantu pekerjaan suaminya untuk pergi bekerja menangkap ikan di laut. Tarian ini biasanya di iringi oleh Rapai, Geundrang, dan Sarunne
kalee.
d. Tari Rapai Geleng
Rapa`i Geleng pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 di Pesisir Pantai Selatan yang sebelumnya berwal dari jenis tarian rapai anggok, yang
Universitas Sumatera Utara
oleh masyarakat daerah Aceh selatan, dan Nagan raya dikembangkan lagi menjadi sebuah kesenian dengan nama Rapai Samanyang menggabungkan
unsur tari saman sebagai geraknya dan permainan Rapai sebagai musik pengiringnya . Nama Rapai diadopsi dari nama Syech Rifa`i yaitu orang
pertama yang mengembangkan alat musik pukul ini. Permainan Rapa`i Geleng juga disertakan gerakan tarian yang melambangkan sikap keseragaman dalam
hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat.Tarian ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair
lagu-lagu yang dinyanyikan.Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang
bagaimana hidup dalam masyarakat sosial.Keistimewaaan tari Rapai geleng ini adalah dalam pertunjukannya dilakukan secara kelompok tidak tunggal
mempunyai gerak yang dinamis, cepat dan kompak. Geleng yang berarti mengg berbentuk syair erakan kepala dengan kekuatan leher dan kelenturan
badan sambil melantunkan yanyian melalui syair dan sekaligus memainkan alat musik rapai, menjadikan Rapai geleng ini memiliki nilai estetika yang
sangat menarik untuk dilihat sebagai sebuah seni pertunjukan tradisional. Diawali dengan tempo lambat yang kemudian berubah menjadi sangat cepat
yang diakhiri dengan berhenti secara serentak membuat rapai geleng ini memiliki unsur pertunjukan yang dinamis, kemudian konfigurasi gerak yang
membentuk saling silang pada sebuah gerak saleumbersalaman, maupun gerak membentuk formasi geulumbang gelombang yang melambangkan
alam laut dimana kesenian ini berasal dari daerah pesisir. Tari ini dimainkan oleh laki-laki, dan termasuk kedalam jenis tarian duek duduk, dengan posisi
Universitas Sumatera Utara
berbanjar, menggerakan badan kekiri dan kekanan, kedepan dan kebelakang. Busana yang digunakan biasanya menggunakan sejenin baju kurung seperti
buasana melayu denganwarna yang cerah yang didominasi warna kuning, dan celana hitam, dengan dilengkapi kain songket dan tengkulok ikat kepala,
dalam pertunjukannya rapai geleng memeiliki dua fungsi yaitu sebagai peribadatan masyarakatAceh sebagai masyarakat Islam dan sebagai hiburan.
e. Tari Saman