bermukim di dalam dan di sekitar hutan dalam melakukan interaksinya sejak turun temurun. Dari aspek filosofis, yaitu suatu aturan hukum untuk mengatur hal-hal
yang sebelumnya belum diatur .dengan tujuan supaya ada tatanan hukum kehutanan, ada keteraturan dalam pengelolahan hutan dan ada sesuatu yang dapat
diharapkan berlaku adil dalam pemanfaatan hasil hutan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. Dapat kita lihat sumber formal hukum kehutanan
berdasarkan hukum positif sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar 1945
Undang-undang Dasar 1945 merupakan sumber hirarki tertinggi peraturan perundang-undangan di Indonesia .dalam artian Undang-udnang Dasar 1945
merupakan sumber segala peraturan perundang-undangan .Keterkaitan UUD 1945 sebagai sumber hukum kehutanan dapat dilihat dalam Pasal 33 ayat 3 yang
dinyatakan bahwa, Bumi, air , dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat . Ketentuan yang tercakup dalam Pasal 33 ayat 3 ini dapat disimpulkan 1 memberian “hak penguasaan” kepada Negara atas seluruh sumber daya alam
di Indonesia ; 2 kewajiban kepada Negara untuk mengelolah sumber daya alam tersebut untuk kemakmuran sebesar-besarnya seluruh rakyat Indonesia .dengan
demikian ,secara konseptual ketentuan yang tercakup pada pasal 33 ayat3 UUD 1945 merupakan landasan filosofi dan ladasan ekonomi pembentukan peraturan
hukum kehutanan.
27
27
Penjelasan pasal33 ayat 3 UUDS 1945
Universitas Sumatera Utara
2. Undang-Undang dan Peraturan Pengganti UU Perpu
Undang-undang atau peraturan pemerintah pengganti undang-undang Perpu merupakan peraturan perundang-undangan yang bersifat implementatif ,
yakni peraturan yang mengatur segala hal yang berkaitan dengan masalh ketatanegaraan dan lain-lain sejalan dengan perjalanan waktu di mana UUD 1945
tersebut perlu dilakukan penesuaian-penyesuaian sehingga sesuai dengan perkembangan zaman, pada tahun 1999 dilakkan perubahan pertama terhadap
UUD 1945 degan melakukan penambahan ketentuan-ketentuan pasal-pasal yang terdapat didalamnya, termasuk pasal 5 ayat 1 ditambah dengan kalimat presiden
berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada dewan perwakilan rakyat ayat1
. Selain keentuan yang terdapat pada Pasal 5 ayat1 UUD 1945 yang merupakan dasar pijakan Presiden dan Dewan Perwakilan dalam membentuk
undang-undang, maka dalam pasal 20 ayat 1 merupakan landasan kedua setelah Pasal 5 ayat 1 UUD 1945. Dalam ketentuan Pasal 20 ayat 1 dinyatakan bahwa
,tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Jika suatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, maka rancangan tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu ayat 2.
Pasal 5 ayat 1 dan Pasal 2 ayat 1 sampai dengan ayat 5 di atas yang merupakan rujukan dalam mengeluarkan peraturan perundang-undangan di bidang
kahutanan, baik peraturan perundang-undangan yang bersentuhan langsung dengan kehutanan maupun yang tidak berkaitan langsung. Adapun peraturan
perudang-undangan yang bersentuhan langsung dengan hukum kehutanan yakni : 1 Undang-undang Nomor 41 Tahun1999 tentang Kehutanan ; 2 Undang-
Universitas Sumatera Utara
undang Nomor 5 Tahun1990 tentang Konservasi Hayati UUKY. Selain itu undang-undang yang tidak langsung dengan hukum kehutanan, yaitu : 1
Undang-undang Nomor Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria ; 2 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan ;3
Undang-undang Nomor 11 Tahun1974 tentang Pengairan yang telah diubah dengan undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air ; 4
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolahan Lingkungan Hidup ; 4 Undang-undang Nomor 4 Tahun1992 tentang Penataan Ruang yang telah
diubah menjadi UU Nomor 26 Tahun2007 6Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diubah dengan Undang-undang Nomor
32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah .
28
Keberadaan Udang-undang Nomor 41 Tahun1999 tentang Kehutanan dalam perjalanannya mengalami perubahan dengan protes dari beberapa
prtusahaan pertambangan yang telah mendapatkan izin pengelolahan dari pemerintahan, khusus perusahaan pertambangan yang mendapatkan konsessi di
kawasan hutan , baik hutan prodksi maupun hutan lindung.
3. Peraturan Pemerintah