Undang-undang No.5 Tahun 1967 Pasal 19 Ayat 1 dan PP No.28

2.3.1 Undang-undang No.5 Tahun 1967 Pasal 19 Ayat 1 dan PP No.28

tahun 1985 Undang-undang No.5 Tahun 1967 mengandung kesesatan , karena berisi aturan yang memerintahkan peraturan pelaksana untuk memuat aturan pidana . Pasal 19 ayat 1 menyatakan “Peraturan palaksana dari undang-undang ini dapat memuat sangsi pidana berupa hukuman pidana penjara atau kurungan danatau benda” 39 . Padahal sangsi pidana harus diatur dalam undang-undang untuk menjamin hak azasi dari rakyat Indonesia. Ketentuan pasal 19 ayat 1 tersebut kemudian ditindak lanjutin dengan terbentuknya PP No.28 Tahun 1985. pada pasal 18 PP No.28 Tahun 1985 tersebut terdapat dua macam perbuatan pidana yang diatur yaitu kejahatan dan pelanggaran. perbedaan antara kejahatan dan pelanggaran dapat dianalisis dari dua segi yaitu segi kualitatif dan segi kuantitatif . dari segi kualitatif, kejahatan merupakan delik hukum rechts delict, yaitu perbuatan yang bertentangan dengan keadila, sedangkan pelanggaran merupakan delik undang-undang wet delict yaitu perbuatan yang oleh umum baru disadari dapat dipidana, kajian pidana dari segi kuantitatif didasarkan pada segi hukuman.ancaman pidananya 40 . Kejahatan ancaman hukuman lebih berat sedangkan pelanggaran ancaman hukumannya lebih ringan . Tidak pidana yang termasuk dalam kategori kejahatan diatur dalam pasal 18 ayat 1, ayat 2 ,ayat 3 PP No.28 Tahun 1985, sedangkan pelanggaran diatur dalam pasal 18 ayat 4 dan ayat5. 39 UU No.5 Tahun 1967 pasal19 ayat 1 40 Ibid.,hlm.40,Salim HS,op.cit.,hlm.120 Universitas Sumatera Utara Hukuman penjara yang berkaitan dengan kehutanan diatur dalam pasal 18 ayat 1 dan ayat 2 PP No. 28 tahun 1985 . terdapat tiga ketegori perbuatan pidana yang dapat dihukum berdasarkan pasal 18 ayat 1, 41 yaitu : 1 Mengerjakan atau menduduki kawasan hutan lindung atau hutan cadangan tanpa izin Mentri Kehutanan , pasal 6 ayat 1; 42 2 Melakukan penebangan pohon-pohon dalam kawasan hutan lindung tanpa izin dari pejabat yang berwenang , pasal 9 ayat 2; 43 3 Membakar hutan, pasal 10 ayat1 44 Ancaman pidana terhadap perbuatan di atas, diatur dalam PP No.28 Tahun 1985 Pasal 18 Ayat 1 dan ayat 2 yang terdiri dari dua kategori : 1 Mengerjakan dan menduduki kawasan hutan yang bukan hutan lindung tanpa ijin Menteri Kehutanan, hutan produksi, hutan suaka alam, dan hutan wisata, 2 Melakukan penebangan pohon-pohon dalm kawasan hutan yang bukan hutan lindung . Ancaman hukuman kurungan diatur dalam PP No28 Tahun 1985 Pasal 18 ayat 3, ayat 4, ayat 5. Terdapat enam macam perbuatan pidana yang dapat diancam hukuman berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat 3 yaitu : 1 Menggunakan kawasan hutan yang menyimpang dari segi fungsi dan peruntukannya tanpa persetujuan Menteri Kehutanan pasal 5 ayat 2 41 Ibid.,hlm.41 42 PP No.28 tahun1985 Pasal 6 ayat 1 Kawasan hutan dan hutan cadangan dilarang dikerjakan atau diduduki tanpa izin mentri 43 Pasal 9 ayat 2”setiap orang dilarang melakukan penebangan pohon-pohon dalam hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang. 44 Pasal 10 ayat1 Setiap orang dilarang membakar hutan kecuali dengan kewenangan yang sah . Universitas Sumatera Utara 2 Melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang bertujuan untuk mengambil bahan-bahan galian yang dilakukan dalam kawasan hutan atau hutan cadangan tanpa izin dari pejabat yang berwenang pasal7 ayat 1 3 Melakukan kegiatan ekploritasi dan eksploitasi dalam areal yang telah ditetapkan dalam kawasan hutan setelah pemberian ijin eksplorasi dan ekploitasi dari instansi yang berwenang tidak sesuai dengan petunjukan Menteri Kehutanan pasal 7 ayat 2; 4 Melakukan pemungutan hasil hutan dalam kawasan hutan dan hutan cadangan dengan menggunakan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsi hutan dan lapangan atau melakukan perbuatan lain yang dapat menimbulkan kerusakan tanah dan tegakan pasal 7 ayat 3 45 . Pengertian kondisi tanah dan lapangan termasuk keadaan tifografi, yang sifat-sifat tanah dan iklim, sedangkan tegakan adalah keseluruhan pohon yang ada di dalam hutan. 5 Melakukan penebangan pohon dalam radius jarak tertentu dari mata air, jurang, waduk, sungai, dan anak sungai yang terletak dalam kawasan hutan pasal8 ayat2 46 . Jurang yang harus dilindungi adalah lereng yang mempunyai kemiringan minimum 45 dam memunyai kedalaman tertentu sehingga kekurangan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya dan mengakibatkan longsor; 6 Karena kelalaian menimbulkan kebakaran hutan . 47 45 Pasal 7 ayat 3 “didalam kawasan hutan dan hutan cadangan dilarang melakukan pemungutan hasil hutan dengan menggunakan alat-alat yang tidak sesuai dengan kondisi tanah dan lapangan atau melakukan perbuatan lain yang dapat menimbulkan kerusakan tanah dan tegakan .” 46 Pasal 8 ayat 2 “siapaun yang dilarang melakukan penebangan pohon dalam radius jarak tertentu dari mata air, tepi jurang ,waduk,sungai,anak sungai yang terletak di daerah kawasan hutan ,hutan cadangan, dan hutan lainnya. 47 Pasal 18 ayat 3 huru b : “ karena kelalaiannya menimbulkan kebakaran hutan “ Universitas Sumatera Utara Menurut Pasal 18 ayat 4 terdapat empat perbuatan pidana yang dapat dihukum ; 1 Memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas kawasan hutan tanpa kewenangan yang sah ; pasal 4 ayat 2 2 Melakukan penebangan pohon-pohon dalam hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang, pasal 9 ayat2 3 Melakukan pengembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput ,dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam hutan yang tidak sesuai dengan yang ditunjuk secara khusus oleh pejabat yang berwenang ; 4 Memiliki danatau mengusai danatau menangkut hasil hutan tanpa harus disertai surat keterangan sahnya hasil hutan, sedangkan hasil hutan yang berbentuk bahan mentah tersebut sudah dipindahkan dari tempat pemungutannya ,pasal 14 ayat 1. 48 Menurut pasal 18 ayat 5, terdapat dua kategori tindak pidana yang dapat dituntut: 1 mengurangi atau menduduki hutan lainnya tanpa izin dari yang berhak untuk itu kualifikasi hutan lainnya adalah hutan milik dan bukan hutan milik , seperti hak guna usaha, hak pakai, hak guna bangunan dan sebagainya ; 2 dengan sengaja membawa alat-alat yang digunakan untuk memotong, menebang dan membelah pohon di dalam kawasan hutan. Dalam PP 28 Tahun1985 tindak pidana tersebut diatas, selain diancam dengan sangsi pidana penjara atau kurungan, juga tindak pidana tersebut dapat dikenakan sangsi berupa hukuman denda dan perampasan benda yan diatur dalam 48 Sadino,ibid.,hlm.43-44 Universitas Sumatera Utara pasal 18 ayat 1, ayat2, ayat3, ayat 4, ayat 5 yang telah ditentukan besarnya dan harus dibayar oleh seseorang yang telah dijatuhi hukuman . pembayaran tersebut dimasukkan ke dalam kas Negara, perampasan benda diatur dalam pasal 18 ayat 7. Ancaman hukuman dalam bentuk pidana penjara, kurungan denda dan perampasan benda sebagaimana tertuang dalam PP No.28 Tahun 1985 sudah tidak berlaku lagi setelah adanya undang-undang No.41 Tahun 1999, namun sebagian besar ketentuan yang terdapat di PP. No. 28 tahun1985 tersebut telah di adopsi ke dalam ketentuan pidana pasal 50 jo pasal 78 Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang kehutanan.

2.3.2 Undang-undang No.5 Tahun1990