Klasifikasi dan Stadium Katarak

warna coklat kekuningan brunescent nuclear cataract. Ini menyebabkan batas tepi dari coklat kemerahan hingga mendekati perubahan warna hitam diseluruh lensa katarak hitam. Karena mereka meningkatkan tenaga refraksi lensa, katarak nuclear menyebabkan myopia lentikular dan kadang-kadang menimbulkan fokal point kedua di dalam lensa yang menyebabkan diplopia monocular. Katarak Kortikal : - Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah. - Beberapa perubahan morfologi yang akan terlihat pada pemeriksaan slip lamp dengan midriasis maksimum : 1. Vacuoles: akumulasi cairan akan terlihat sebagai bentuk vesicle cortical sempit yang kecil. 2. Water fissure: pola rarial dari fissure yang terisi cairan yang akan terlihat diantara fiber. 3. Lamella yang terpisah: tidak sesering water fissureI, ini berisi suatu zona cairan diantara lamella biasanya antara lamella clear dan fiber kortikal. 4. Cuneiform cataract: ini sering ditemukan dengan opasitas radier dari lensa peripheral seperti jari-jari roda. Katarak Subkapsular Posterior : - Terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. - Menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang serta pandangan baca menurun. - Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan trauma Steve I, 2007. Tabel 2.2. Grading of the Three Common Types of Cataract Sumber: Optometric Clinical Practice Guideline; Murrill, 2004. Cataract Type Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4 Nuclear yellowing and sclerosis of the lens nuclear Mild Moderate Pronounced Severe Cortical Measured as aggregate percentage of the intrapupillary space occupied by the opacity Obscure 10 of intrapupillay space Obscure 10- 50 of intrapupillary space Obscure 50- 90 of intrapupillary space Obscure more than 90 of intrapupillary space Posterior subcapsular Measured as aggregate percentage of the posterior capsular area occupied by the opacity Obscures 3 of the area of the posterior capsule Obscures 30 of the area of the posterior capsule Obscures 30-50 of the area of the posterior capsule Obscures more than 50 of the area of the posterior capsule Gambar 2.3. Katarak Subkapsular Posterior Gambar 2.4. Katarak Kortikal Gambar 2.5. Katarak Nuklear Berdasarkan stadium, katarak dibagi atas 4 stadium: a. Katarak insipien - Kekeruhan lensa tidak teratur. Terbentuk bercak-bercak yang membentuk gerigi dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan terletak di daerah korteks anterior dan posterior dan hanya tampak bila pupil dilebarkan. Kekeruhan ini boleh menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. b. Katarak Imatur - Kekeruhan yang lebih tebal tetapi belum mengenai semua lensa sehingga masih terdapat bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan refraksi dimana mata akan menjadi miopik. Uji bayangan iris pada keadaan ini positif. c. Katarak Matur - Kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Bila proses degenerasi terus berlaku, maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Lensa berukuran normal dan iris tidak terdorong ke depan. Pada stadium ini, terdapat deposit kalsium dan uji bayangan iris negatif. d. Katarak Hipermatur - Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan berwarna kunung. Pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah bawah Katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.

2.2.5. Manifestasi Klinis

1. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain: a. Penurunan tajam penglihatan dan silau serta gangguan fungsional akibat kehilangan penglihatan. b. Silau pada malam hari. 2. Gejala objektif biasanya meliputi: a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina Ptak akan tampak dengan oftalmoskop.Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup. b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Penglihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif. 3. Gejala umum gangguan katarak meliputi: a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek. b. Gangguan penglihatan bisa berupa : i. Peka terhadap sinar atau cahaya. ii. Dapat melihat dobel pada satu mata diplopia. iii. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca. iv. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. v. Kesulitan melihat pada malam hari vi. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata vii. Penurunan ketajaman penglihatan bahkan pada siang hari 4. Gejala lainya adalah : a. Sering berganti kaca mata b. Penglihatan sering pada salah satu mata. c. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata glukoma yang bisa menimbulkan rasa nyeri Brunner, 2001. 2.2.6. Diagnosis Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup padat matur atau hipermatur dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada stadium perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah slit-lamp, funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum. Pada pasien diabetes, diperiksa juga kadar glukosa darahnya Murrill, 2004. 2.2.7. Penatalaksanaan Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E Kyselova, 2004. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan