40 Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs –2–
40 40 40 40 40 Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs –2–
Perdebatan berlarut-larut tanpa menghasilkan suatu ke- putusan penting. Sementara itu, keadaan negara semakin gawat dan tidak terkendali yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Keadaan itu mendorong Presiden Soekarno Presiden Soekarno menggunakan wewenang- Presiden Soekarno Presiden Soekarno Presiden Soekarno nya, yakni dengan mengeluarkan Dekret Presiden tanggal 5 Juli 1959, yang berisi
a. pembubaran Badan Konstituante;
b. memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950;
c. pembentukan MPRS dan DPAS. Pada dasarnya, saran untuk kembali kepada UUD 1945
tersebut dapat diterima oleh para anggota Konstituante, namun dengan pandangan yang berbeda. Pertama, menerima saran untuk kembali kepada UUD 1945 secara utuh. Kedua, menerima untuk kembali kepada UUD 1945 tetapi dengan amandemen, yaitu sila kesatu Pancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 harus diubah dengan sila kesatu Pancasila seperti tercantum dalam Piagam Jakarta. Setelah melalui berbagai macam usaha, Konstituante tidak dapat mengambil keputusan untuk menerima anjuran tersebut.
4. 4. 4. 4. 4 . Penyimpangan terhadap UUD 1945 (5 Juli 1959) Penyimpangan terhadap UUD 1945 (5 Juli 1959) Penyimpangan terhadap UUD 1945 (5 Juli 1959) Penyimpangan terhadap UUD 1945 (5 Juli 1959) Penyimpangan terhadap UUD 1945 (5 Juli 1959) Dengan pemberlakuan kembali UUD 1945 dan mengingat
lembaga-lembaga negara belum lengkap, dilakukanlah beberapa langkah sebagai berikut.
a. Pembaruan susunan Dewan Perwakilan Rakyat melalui Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1960.
b. Penyusunan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong (DPRGR) dengan Penetapan Presiden No. 4 Tahun 1960. Dalam pasal ditentukan bahwa anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat diberhentikan dengan hormat dari jabatannya terhitung mulai tanggal pelantikan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong oleh Presiden.
c. Untuk melaksanakan Dekret Presiden, Presiden me- ngeluarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.
d. Penyusunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dengan penetapan Presiden No. 12 Tahun 1960.
e. Dikeluarkan Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959 tentang Dewan Pertimbangan Agung Sementara.
Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs –2–
Ditinjau dari aspek konstitusional, langkah-langkah pe- nyusunan DPRGR dan MPRS yang dilakukan dengan Penetapan Presiden jelas menyimpang dari UUD 1945 yang berlaku berdasarkan Dekret Presiden. Apalagi langkah seperti ini terlebih dahulu diawali dengan pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953. Lain daripada itu, dalam sistematika UUD 1945 produk hukum (perundang-undangan) yang berbentuk Penetapan Presiden sama sekali tidak dikenal. Oleh sebab, itu langkah- langkah yang diambil oleh Presiden dalam rangka melaksanakan Demokrasi Terpimpin dan kembali ke UUD 1945 justru me- rupakan langkah-langkah yang menyalahi konstitusi. Bahkan, kalau pun dalam melakukan langkah-langkah ini, Presiden melandaskan pada Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945, juga masih belum dapat dikategorikan bersifat konstitusional sebab Dewan Perwakilan Rakyat sudah terbentuk melalui Pemilu tahun 1955.
Dengan demikian, sejak berlakunya kembali UUD 1945 berdasarkan Dekret Presiden 5 Juli 1959, ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam UUD 1945 belum dapat dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Penyimpangan yang telah terjadi, antara lain sebagai berikut.
a. Lembaga-lembaga negara seperti MPR, DPR, DPA belum dibentuk berdasarkan undang-undang. Lembaga-lembaga negara ini masih bersifat sementara.
b. Pengangkatan Presiden Soekarno sebagai Presiden seumur hidup melalui Ketetapan MPRS No. III/MPRS/1963. Ketetapan ini jelas melanggar ketentuan Pasal 7 UUD 1945 yang tegas-tegas menyatakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali.
5. 5. 5. 5. 5 . Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada Masa Orde Baru Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada Masa Orde Baru Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada Masa Orde Baru Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada Masa Orde Baru Penyimpangan terhadap UUD 1945 pada Masa Orde Baru Tidak dapat dipungkiri rezim Orde Baru memang berhasil dalam
mewujudkan stabilitas politik. Pembangunan dapat berjalan secara bertahap dan berkelanjutan. Tingkat pertumbuhan ekonomi rata- rata 7%. Indonesia telah mampu berswasembada (mencukupi kebutuhan sendiri) beras. Hal-hal inilah yang dipergunakan untuk menilai keberhasilan rezim Orde Baru. Sebaliknya, di bidang politik, telah terjadi pembelengguan hak politik bagi warga negara. Puncak dari kesadaran semacam itu terjadilah gerakan reformasi sebagai akibat krisis di berbagai bidang pada akhir tahun 1997 dan awal tahun 1998. Krisis di berbagai bidang tersebut telah men- dorong ribuan mahasiswa turun ke jalan untuk berdemonstrasi.