17 Hasil Uji B-G Test

Tabel 4.17 Hasil Uji B-G Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic

1.041840 Probability

0.309447 Obs*R-squared

1.127553 Probability

0.288298

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 01/13/12 Time: 19:21

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C -0.005369

0.257503

-0.020852

0.9834 D(INFLASI)

0.9920 INFLASI(-1)

0.6818 D(LJUB)

0.9403 LJUB(-1)

0.6852 D(LKURS)

0.9283 LKURS(-1)

0.7581 D(SBI)

0.9552 SBI(-1)

0.6795 RESID(-1)

0.008607 Mean dependent var

1.73E-15 Adjusted R-squared

-0.074009 S.D. dependent var

0.024120 S.E. of regression

0.024996 Akaike info criterion

-4.459947 Sum squared resid

0.074978 Schwarz criterion

-4.218518 Log likelihood

303.1265 F-statistic

0.104184 Durbin-Watson stat

2.009523 Prob(F-statistic)

0.999764

commit to user

Dari hasil uji masalah Autokorelasi dengan menggunakan Breusch Godfrey Test didapatkan nilai Probabilitas R squared sebesar 0, 288298. Dengan menggunakan tingkat signifikasi 5%, maka nilai probabilitas R squared lebih besar dari 5%, yang berarti tidak signifikan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi di dalam model.

7. Interpretasi Hasil Analisis dengan pendekatan Error Corection Model Dari hasil estimasi yang telah dilakukan dengan menggunakan model regresi log linier ECM dapat dikatakan bahwa penaksir OLS yang diperoleh hasil perhitungan regresi model tersebut telah terbebas dari masalah asumsi klasik serta pengujian secara statistik. Dari hasil interpretasi tersebut diperoleh nilai R² sebesar sebesar 0,170970 yang berarti bahwa sebesar 17,0970% variasi variabel pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Selanjutnya akan dilakukan interpretasi terhadap koefisien regresi dari variabel independen dan dependen dalam model hasil penyesuaian dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil interpretasi dari hasil regresi tersebut dapat diuraikan yaitu sebagai berikut :

a. Pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan bahwa, dalam jangka pendek koefisien variabel inflasi sebesar 0,005236 dan signifikan pada tingkat signifikansi 5% yaitu sebesar 0,0452. Besarnya koefisien inflasi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan inflasi 1 % akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,005236 persen dan sebaliknya apabila terjadi penurunan inflasi 1 % maka akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,005236 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi

commit to user

pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan diawal penelitian.

Dalam jangka panjang koefisien variabel inflasi sebesar -0,123432 dan signifikan pada tingkat signifikansi 5% yaitu sebesar 0,0012. Besarnya koefisien inflasi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 % akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebasar 0,123432 persen dan sebaliknya jika inflasi menurun 1 % maka akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,123432 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi dalam jangka panjang mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan diawal penelitian.

b. Pengaruh kurs terhadap pertumbuhan ekonomi Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan bahwa, dalam jangka pendek koefisien variabel kurs sebesar 0,015941 persen dan tidak signifikan pada tingkat signifikan sebesar 5%. Kondisi ini tidak sesuai dengan hipotesis diawal penelitian, yang menyatakan bahwa variabel kurs dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2007-2008 terjadi krisis keuangan global yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi lamabat hal ini karena pertumbuhan ekspor barang dan jasa melemah. Melemahnya pertumbuhan ekspor barang dan jasa adalah sebagai akibat dari menurunnya harga minyak serta menurunnya harga dan permintaan komoditas ekspor Indonesia sebagai dampak dari krisis keuangan global. Hal tersebut

commit to user

jangka pendek. Dalam jangka panjang koefisien variabel kurs sebesar -0,220831dan signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Besarnya koefisien kurs ini menunjukkan bahwa jika kurs menurun 1 % maka akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,220831 persen dan sebaliknya apabila kurs meningkat 1 % maka akan menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebesar 0,220831 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kurs berpengaruh negatf. Kondisi ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan di awal penelitian, yang menyatakan bahwa kurs berpengaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

c. Pengaruh JUB terhadap pertumbuhan ekonomi Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan bahwa, dalam jangka pendek koefisien variabel Jumlah Uang Beredar (JUB) sebesar 0,099450 persen dan tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Kondisi ini tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan di awal penelitian yang menyatakan bahwa kurs berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek. Kondisi ini disebabkan dengan peningkatan JUB maka masyarakat akan mengalokasikan sebagian dananya untuk konsumsi sehingga mendorong produsen untuk memproduksi barang lebih banyak sehingga permintaan akan faktor produksi meningkat. Peningkatan faktor produksi ini berarti penyerapan tenaga kerja meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada pendapatan perkapita yang kemudian akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dalam jangka panjang koefisien variabel JUB sebesar -0,116815 persen dan signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Besarnya koefisien JUB ini

commit to user

pertumbuhan ekonomi sebesar 0,116815 persen dan begitu juga sebaliknya apabila JUB meningkat 1 % maka akan menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi sebesar 0,116815 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel JUB berpengaruh negatif dan signifikan. Kondisi ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan di awal penelitian yang menyatakan bahwa JUB berpengaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.

d. Pengaruh suku bunga SBI terhadap pertumbuhan ekonomi Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan bahwa, dalam jangka pendek koefisien variabel suku bunga SBI sebesar -0,007500 dan tidak signifikan pada tingkat signifikan 5%. Kondisi ini tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan di awal penelitian yang menyatakan bahwa SBI berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka pendek. Penyebab dari ketidak signifikan tersebut karena pada tahun 2006 terjadi penurunan suku bunga SBI yang diikuti suku bunga deposito maupun suku bunga pinjaman. Turunnya suku bunga ini justru akan mendorong terjadinya laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi karena opportunity cost dari uang turun.

Dalam jangka panjang koefisien variabel SBI sebesar -0,131339 dan signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Besarnya koefisien tingkat suku bunga SBI meningkat 1 % maka akan menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi sebesar 0,131339 persen, begitu juga sebaliknya apabila besarnya koefisien tingkay suku bunga menurun 1 % maka akan menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi sebesar 0,131339 persen. Kondisi ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan diawal penelitian yang menyatakan bahwa suku

commit to user

dalam jangka panjang.

e. Biaya ketidakseimbangan dalam perubahan pertumbuhan ekonomi (ECT)

Koefisien dari variabel ECT sebesar 0,130615 dengn probabilitas 0,0007 yang signifikan dan positif pada tingkat signifikansi 5%. Artinya bahwa biaya ketidakseimbangan dalam perubahan pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya yang disesuaikan dengan periode sekarang adalah sebesar 0,130615%. Nilai probabilitas yang menunjukkan signifikansi variabel ECM yang digunakan dalam penelitian ini sudah valid (sahih) dan dapat menjelaskan variasi pada variabel tidak bebas.

commit to user