Faktor Pendorong Pembinaan Moral terhadap Narapidana Residivis dalam Membentuk Good Citizen di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta
a. Faktor Pendorong Pembinaan Moral terhadap Narapidana Residivis dalam Membentuk Good Citizen di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta
Faktor pendorong pembinaan moral terhadap narapidana residivis dalam membentuk good citizen di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta adalah sebagai berikut:
1) Kesadaran narapidana residivis dalam mengikuti pembinaan
Keberhasilan pembinaan ditentukan oleh narapidana itu sendiri. Narapidana yang memiliki kesadaran penuh (tinggi) akan mempermudah
berlangsungnya proses pembinaan. Dalam kenyataan di lapangan menyebutkan, sebagian narapidana residivis telah memiliki kesadaran akan pentingnya
pembinaan. Dari pembinaan yang diberikan Rutan, narapidana mampu menyerap nilai positif dengan harapan tidak mengulangi kembali tindak pidana. Lebih dari pada itu, melalui pembinaan akan mengubah narapidana residivis menjadi sosok pribadi yang bermoral.
Hal tersebut relevan dengan pendapat C.I Harsono (1995: 36) mengatakan bahwa: Narapidana subyek sekaligus obyek yang akan menerima pembinaan
selama berada di lembaga pemasyarakatan sebab pembinaan yang terbaik selama berada di lembaga pemasyarakatan sebab pembinaan yang terbaik
2) Peraturan perundang-undangan yang mendukung pelaksanaan pembinaan
Peraturan perundang-undangan sangat mendukung pelaksanaan pembinaan moral narapidana residivis di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta. Misalnya Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Dengan peraturan tersebut, akan mempermudah pihak Rutan dalam menyusun program pembinaan bagi narapidana khususnya residivis. Selain itu juga, Peraturan Pemerintah RI Nomor 57 tahun 1999 tentang Kerja Sama Penyelenggaraan
Pembinaan dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan. Peraturan Pemerintah ini memberikan peluang kepada instansi pemerintah, badan-badan kemasyarakatan dan perorangan untuk ikut berperan aktif dalam membina narapidana menjalin kerja sama baik bersifat fungsional maupun kemitraan guna melaksanakan program pembinaan dan pembimbingan tertentu. Kemudian, Surat Edaran Dirjen Pemasyarakatan No.E.PK.04.10-715 tahun 2004 perihal Asimilasi tidak Diberikan Kepada Narapidana Penipuan, Psikotropika dan Kasus Terorisme. Peraturan ini diterapkan oleh Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta guna mempermudah pelaksanaan pembinaan. Dengan peraturan ini sebagai dasar peniadaan tahapan asimilasi bagi narapidana residivis sebagai alasan keamanan.
3) Sarana dan prasarana yang menunjang
a) Pembina Rutan dan sarana personil yang memadai Pembina pemasyarakatan menjadi faktor yang penting dalam
pelaksanaan pembinaan moral bagi narapidana residivis. Hal tersebut disebabkan pembina sebagai fasilitator dalam menyampaikan materi pelaksanaan pembinaan moral bagi narapidana residivis. Hal tersebut disebabkan pembina sebagai fasilitator dalam menyampaikan materi
Hal tersebut relevan dengan pendapat C.I Harsono (1995: 73) Petugas atau pembina merupakan komponen utama
dalam menunjang keberhasilan pembinaan. Petugas pemasyarakatan mempunyai tugas pokok membina narapidana. Tanpa bantuan orang lain,
petugas pemasyarakatan tetap harus menjalin kerja sama sebagai pembina narapidana
b) Dana atau keuangan yang menunjang kegiatan program pembinaan
Dana atau keuangan merupakan salah satu faktor pendukung dalam pelaksanaan pembinaan. Dana diperoleh dari Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta, bantuan dari pemerintah dan swasta ataupun bantuan dari eks narapidana yang telah sukses. Biaya tersebut digunakan untuk menompang biaya kegiatan dari masing-masing program pembinaan.
c) Fasilitas yang menunjang pelaksanaan pembinaan Fasilitas yang disedikan oleh Rumah Tahanan Negara Klas 1
Surakarta memperlancar proses pembinaan. Fasilitas berupa alat-alat, tempat, dan barang-barang tertentu yang disediakan Rutan guna menunjang
kegiatan pembinaan. Hal tersebut senada dengan pendapat C.I. Harsono (1995: 35) dinyatakan bahwa, memperlancar keberhasilan pembinaan. Sarana dan prasarana tersebut akan memudahkan petugas untuk menyampaikan materi pembinaan sehingga
4) Motivasi dan dukungan moril dari keluarga narapidana residivis atas stigma negatif masyarakat 4) Motivasi dan dukungan moril dari keluarga narapidana residivis atas stigma negatif masyarakat
Hal tersebut relevan dengan pendapat pendapat C.I. Harsono (1995:
67) mengatakan bahwa: Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam pembinaan
narapidana. Dalam sistem pemasyarakatan, muncul pentingnya hubungan keluarga dengan narapidana untuk memotivasi narapidana agar tidak stres selama di lembaga pemasyarakatan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka keluarga ikut serta membina narapidana dengan membangun kesadaran diri atau self development.
5) Pengawasan yang baik saat proses pembinaan berlangsung Pengawasan yang baik saat proses pembinaan berlangsung sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembinaan. Pengalaman pahit yang dirasakan oleh pihak Rutan atas pelarian narapidana residivis agaknya menjadi perhatian petugas Rutan dalam melakukan pengawasan dan keamanan yang lebih baik pada saat proses pembinaan berlangsung. Pengawasan dilakukan sebagai bentuk upaya meningkatkan kedisiplinan dalam diri narapidana dan menyadarkan narapidana residivis agar mereka tidak malas dan semaunya sendiri dalam mengikuti pembinaan.
Berdasarkan uraian mengenai faktor pendorong keberhasilan pelaksanaan pembinaan moral di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta dalam membentuk good citizen maka, ternyata tidak relevan dengan C.I Harsono ( 1995: Berdasarkan uraian mengenai faktor pendorong keberhasilan pelaksanaan pembinaan moral di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Surakarta dalam membentuk good citizen maka, ternyata tidak relevan dengan C.I Harsono ( 1995: