Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011
III.12
kacang panjang, pete, lombok, kol, bawang merah dan loncang. Sedangkan tanaman buah yang ditanam oleh warga antara lain adalah
apukat, pisang, pepaya, durian, manggis, kokosan, langsep, dan pundung. Disamping tanaman sayuran dan buah warga masyarakat juga menanam
tanaman lain seperti tembakau dan cengkeh. Selain merupakan sumber utama pendapatan warga, semua jenis tanaman tersebut memiliki potensi
untuk menjadi daya tarik wisata agro. Pengembangan potensi pertanian menjadi daya tarik wisata agro dapat membantu menyajikan pendapatan
alternatif alternatif income untuk masyarakat setempat. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan untuk memanfaatkan potensi pertanian
menjadi daya tarik wisata antara lain adalah memetik sayuran dan buah secara langsung di kebun warga dan menikmati hasil olahan dari sayuran
maupun buah di rumah warga.
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011
III.13
E. PROFIL PASAR WISATA KAWASAN
Pada saat ini pengunjung yang datang ke kawasan wisata lereng Gunung Lawu sebagian besar adalah wisatawan lokal yang berasal dari daerah
sekitarnya. Hal ini mengingat kawasan tersebut belum dipromosikan. Untuk mempromosikan suatu daya tarik wistaa diperlukan beberapa
kriteria, antara lain kesiapan lokasi dan kesiapan masyarakat. Pada saat ini selain lokasi daya tarik wisata yang belum siap, masyarakat setempat
juga belum disiapkan secara baik untuk menerima kedatangan wisatawan dan untuk menjadi “tuan rumah” yang baik. Pada saat ini kunjungan
wisatawan ke kawasan inti di Desa Hargomulyo baru terkonsentrasi untuk wisata ziarah, utamanya ke makam Patih Ronggolono. Kunjungan itu pun
masih terbatas pada saat-saat tertentu, khususnya pada saat menjelang hari jadi Kabupaten Ngawi. Daya tarik wisata di sekitarnya, seperti
Perkebunan Teh Jamus memang sudah mendapatkan kunjungan wisatawan dalam jumlah yang cukup besar, terutama pada hari-hari libur
untuk kepentingan rekreasi. Dalam kontek pengembangan kawasan wisata daya tarik wisata seperti perkebunan teh Jamus dapat berfungsi
sebagai poros yang dapat mendorong perkembangan daya tarik “jeruji” seperti desa wisata Hargomulyo. Dengan kata lain kunjungan ke kawasan
perkebunan teh Jamus dapat menjadi gerbang promosi untuk menarik wisatawan agar mengunjungi berbagai daya tarik wisata lainnya di
kawasan wisata lereng Gunung Lawu termasuk Desa Hargomulyo dan sekitarnya.
Berbagai daya tarik wisata dan kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan bisa diperkenalkan dan dipromosikan kepada
calon pengunjung melalui berbagai media.
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011
III.14
F. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KAWASAN LERENG GUNUNG LAWU
Beberapa permasalahan dalam mengembangkan kawasan wisata lereng Gunung Lawu, utamanya yang berada di Desa Hargomulyo Kecamatan
Ngrambe antara lain terkait dengan aksesibilitas, sarana prasarana, sumber daya manusia, kelembagaan, jejaring dan pemasaran. Pada titik
atau lokasi tertentu di kawasan wisata lereng Gunung Lawu kondisi jalan masih kurang memadai, misalnya jalan kurang lebar dan tidak rata.
Demikian pula pada saat ini belum terdapat tanda penunjukRPPJ maupun sign board yang menunjukkan masuk kawasan wisata lereng
Gunung Lawu. Sebagai sebuah kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata minat khusus, akses menuju
kawasan wisata lereng Gunung Lawu dapat dikatakan masih kurang memadai. Beberapa pintu masuk ke kawasan wisata lereng Gunung Lawu
dari arah belum ditata dan difungsikan dengan baik. Di samping itu kondisi jalan menuju kawasan wisata lereng Gunung Lawu masih harus
ditingkatkan khususnya dalam kaitannya dengan lebar jalan. Pada saat ini lebar jalan masih berkisar maksimal 4 empat meter, sedangkan menurut
kondisi ideal seharusnya jalan diperlebar menjadi sedikitnya 6 enam meter. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi bis pariwisata yang di
masa depan sesuai dengan perkembangan kawasan wisata lereng Gunung Lawu sebagai kawasan wisata akan banyak masuk ke kawasan
tersebut. Selain jalan, elemen aksesibilitas lainnya yang masih amat terbatas adalah tanda penunjuk arah menuju kawasan wisata lereng
Gunung Lawu. Hal ini menyebabkan promosi kawasan wisata lereng Gunung Lawu menjadi kurang optimal. Demikian pula papan informasi
mengenai keberadaan kawasan wisata lereng Gunung Lawu billboard yang cukup jelas di jalur highway Solo-Surabaya belum terpasang.
Dalam hal produk selama ini produk yang dijual baru berupa pemandangan dan suasana alam pegunungan. Kegiatan yang dapat
dilakukan oleh pengunjung adalah menikmati pemandangan alam pegunungan, berbelanja sayur mayor dan buah-buahan.