Pembahasan Tentang Anak Keluarga Muslim
B. Pembahasan Tentang Anak Keluarga Muslim
1. Pengertian Anak Keluarga Muslim
Anak adalah keturunan dari ayah dan ibu atau keturunan diantara keduanya. 62 Keluarga adalah orang-orang yang menjadi penghuni rumah, seisi
rumah yang didalamnya terdapat bapak, ibu beserta anak-anaknya atau sebuah bentuk satuan kekerabatan yang mendasar dalam masyarakat. Sedangkan,
muslim yaitu orang Islam atau penganut ajaran Islam. 63 Dalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah, usroh, nasl, ‘ali dan nasb. 64 Keluarga dapat diperoleh
melalui keturunan (anak,cucu) perkawinan (suami, istri) persusuan dan pemerdekaan. Sedangkan, pembentukan keluarga bermula dari hubungan suci yang terjalin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan melalui
perkawinan yang sah. 65 Keluarga (kawula dan warga) dalam pandang antropologi adalah suatu
kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan dintandai oleh kerjasama ekonomi, berkembang mendidik, ayah, ibu dan anak. Abu Ahmadi mengartikan keluarga, sebagai berikut:
a. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak.
b. Hubungan antara anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab.
62 Susilo Riwayadi & Suci Nur Anisyah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Sinar Terang, 2005), hlm. 41.
63 Ibid., hlm. 490. 64 Ibid., hlm. 365. 65 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 166.
c. Hubungan sosial diantara keluarga relatif tetap dan didasarkan pada ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi.
d. Fungsi keluarga adalah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialny agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa
sosial. 66
Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah suatu kelompok terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah (suami), ibu (istri) dan anak. Meskipun kadang-kadang di dalamnya juga terdapat kakek, nenek, paman, bibi dan lain sebagainya serta terdiri dari unsur-unsur antara lain lewat perkawinan dan adopsi. Setiap hari anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban timbal balik serta memiliki fungsi utama sosialisasi pada anak.
Uraian di atas menjelaskan tentang pengertian keluarga secara umum, sedangkan yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga yang terikat berdasarkan aktivitas pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan syari’at Islam. Atau keluarga yang seluruh anggota keluarganya beragama Islam dan menjalankan tata nilai kehidupan berdasarkan ajaran-ajaran Islam
yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. 67 Jadi, anak keluarga Muslim adalah anak yang hidup dalam keluarga yang memiliki ayah dan ibu beragama
Islam atau dari seluruh anggota keluarganya bergama Islam serta menjalankan perikehidupan sehari-harinya berdasarkan ajaran-ajaran Islam.
Di dalam agama Islam pembentukan suatu keluarga diawali dengan proses pernikahan, yaitu suatu perjanjian suci, kuat dan kokoh untuk hidup
66 Ibid, hlm. 167. 67 Abdurrahman An. Nahlawi, Pendidikan agama Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 139.
bersama secara sah antara laki-laki dan perempuan untuk membentuk keluarga yang kekal, saling menyayangi dan bahagia.
Sebuah rumah tangga muslim yang kokoh dapat terjadi, karena keduanya menyatukan cipta, rasa dan karsa, mereka memiliki satu tujuan, terciptanya sebuah rumah tangga yang berpijak pada kasih sayang, ketentraman dan ridlo Allah SWT, dalam membentuk suatu keluarga yang bahagia dan harmonis, hidup tenang, rukun dan damai serta dilingkari oleh sikap saling kasih sayang untuk mendapatkan keturunan yang sah, dan dapat melanjutkan cita-cita orangtuanya.
Landasan pembentukan keluarga dalam Islam, sebagaimana firman Allah SWT:
Νà6uΖ÷t/ Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡àΡr& ô⎯ÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿ⎯ϵÏG≈tƒ#u™ ô⎯ÏΒuρ
( ∩⊄⊇∪ : موﺮ ا ) tβρã©3xtGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β
Artinya:“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan- Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berpikir” (QS. ar-Rum: 21). 68
2. Anak Usia Pra Sekolah
a. 69 Masa usia pra sekolah dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Masa vital
68 Mahmud Yunus, Op. Cit, hlm. 366. 69 Syamsu Yusuf, Perkembangan Anak dan Remaja, (Yogyakarta: Rosdakarya, 2004), hlm. 160.
Individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Tahun pertama sebagai masa oral (untuk melakukan eksplorasi dan belajar), tahun kedua belajar berjalan dan kebiasaan terhadap kebersihan (kesehatan).
2) Masa estetik Masa perkembangan rasa keindahan dalam arti bahwa masa ini perkembangan anak yang terutama adalah fungsi pancainderanya. Pada masa ini inderanya masih peka.
b. Batasan usia pra sekolah Syamsu Yusuf, menyebutkan anak usia pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai wanita atau pria, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet trainning) dan mengenal beberapa hal yang
dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya). 70 Sedangkan, Hurlock memberikan batasan usia yang mengundang
masalah, usia sulit, usia mainan, usia kelompok, usia menjelajah atau usia pra-sekolah ini diletakkan selama bayi atau masa empat tahun awal (0-4 tahun), yaitu dalam periode awal masa kanak-kanak yang relatif singkat. Pendapat kedua inilah, yang dijadikan dasar dan fokus dalam penelitian
(research) ini. 71
c. Fase perkembangan pada usia pra sekolah:
1) Perkembangan fisik Perkembangan fisik anak ditandai dengan berkembangnya kemampuan atau ketrampilan motorik kasar dan lembut.
70 Ibid., hlm. 162. 71 Hurlock B. Elisabeth, Perkembangan Anak: Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), hlm. 109.
2) Perkembangan intelektual Perkembangan kognitif yang berada pada periode preoperasional (anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis.
3) Perkembangan emosional
a) Kemampuan untuk mengenal, menerima, dan berbicara tentang perasaan-perasaannya.
b) Menyadari bahwa ada hubungan antara emosi dengan tingkah laku sosial.
c) Kemampuan untuk menyalurkan keinginannya tanpa mengganggu perasaan orang lain.
d) Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain.
4) Perkembangan bahasa
5) Perkembangan sosial Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosiopsikologis keluarganya.
6) Perkembangan bermain Kegiatan bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan.
7) Perkembangan kepribadian Berkembangnya kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan dan tanggung jawab.
8) Perkembangan moral Anak usia pra sekolah menyadari bahwa orang lain memiliki perasaan.
9) Perkembangan kesadaran beragama Anak usia pra sekolah adalah usia yang paling subur untuk
menanamkan rasa agama pada diri anak. 72
d. Tugas Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah Tugas-tugas perkembangan anak, menurut Havighurst, meliputi: 73
1) Masa bayi dan awal masa kanak-kanak (0-4)
a) Belajar makan makanan padat.
b) Belajar berjalan.
c) Belajar berbicara.
d) Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh.
e) Mempelajari perbedaan seks dan tata caranya.
f) Mempersiapkan diri untuk membaca.
g) Belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani.
2) Akhir masa kanak-kanak (usia sekolah)
a) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan- permainan yang umum.
b) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh.
c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
72 Syamsu Yusuf, Op Cit, hlm. 162. 73 Hurlock B. Elisabeth, Op Cit, hlm. 10.
d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
e) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung.
f) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
g) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata atau tingkatan nilai.
h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
Sedangkan, menurut Syamsu Yusuf, tugas-tugas perkembangan anak itu, meliputi: 74
1) Pada usia bayi dan kanak-kanak (0-6)
a) Belajar berjalan.
b) Belajar memakan makanan padat.
c) Belajar berbicara.
d) Belajar buang air kecil dan buang air besar.
e) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
f) Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
g) Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam.
h) Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orangtua, saudara dan orang lain.
74 Syamsu Yusuf, Op Cit, hlm. 66.
i) Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati.
2) Pada masa sekolah (6-12)
a) Belajar memperolah keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
b) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
c) Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
d) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
f) Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
g) Mengembangkan kata hati.
h) Belajar memperolah kebebasan yang bersifat pribadi.
i) Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
3. Karakteristik Anak Keluarga Muslim
Abdurrahman ‘Al-Akk, menejelaskan tentang ciri-ciri anak keluarga Muslim, diantaranya: 75
a. Dilahirkan dari keluarga atau pasangan suami-isteri yang beragama Islam (Muslim).
75 Syekh Khalid bin Abdurrahman Al-Akk, Cara Islam Mendidik Anak, (Yogyakarta: Ad-Dawa’, 2006), hlm. 131.
b. Beriman kepada Allah SWT.
c. Membiasakan diri untuk mencintai dan memuliakan Rasulullah SAW.
d. Beriman kepada Malaikat.
e. Beriman kepada takdir
f. Beriman terhadap datangnya hari pembalasan. Disamping itu, kemudian Mukti Ali menambahkan yang menjadi ciri-ciri kepribadian anak Islam adalah anak-anak yang mengerti rukun Islam, yaitu:
a. Pernah mengucapkan kalimat syahadatain.
b. Selalu menjalankan ibadah shalat.
c. Berpuasan ketika sudah mampu dan baligh.
d. Melakukan atau dizakatkan oleh orangtuanya.
e. Ketika, dewasa dan mampu akan bisa menjalankan ibadah haji ke Baitullah. 76
4. Tanggung Jawab Orangtua Terhadap Anak Keluarga Muslim
Islam memberikan pengertian bahwa kewajiban pengasuhan (al- hadhanah) orangtua terhadap anak adalah mendidik dan menjaga anak, meletakkannya di kasur, merengkuhnya, memijatnya, mencelakainya dan membersihkannya, mencuci bajunya dan seterusnya. Kata itu merupakan mustaq (turunan; derivasi) dari kata al-hadhnu. Saking begitu besarnya peran ibu terhadap anak, hingga menyebabkan ibu berkewajiban mengasuhnya. Agama Islam mengamanatkan pemeliharaan yang sempurna terhadap anak
76 A. Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, (Bandung: Mizan, 1991), hlm. 120.
dan menekankan pemeliharaan tersebut dengan kadar yang tinggi terhadap kemaslahatan anak. 77
Perlindungan dan pengasuhan anak adalah sebuah kewajiban dan meninggalkannya akan membahayakan anak. Jadi, wajib bagi orangtua untuk menjaganya dari bahaya sebagaimana wajib pula memberikan nafkah untuknya dan menjauhkannya dari segala yang membahayakan. Adapun sejumlah kewajiban orangtua muslim terhadap anak-anaknya, yaitu:
a. Tanggung jawab pendidikan keimanan.
b. Tanggung jawab pendidikan moral (akhlak).
c. Tanggung jawab pendidikan akal (intelektual).
d. Sanksi terhadap anak dan pengasingannya dalam rangka pendidikan.
e. Bimbingan untuk anak agar mengenal hak orangtuanya.
f. Tanggung jawab pendidikan jasmani.
g. Tanggung jawab pendidikan psikologis.
h. Tanggung jawab pendidikan sosial.
i. Hak-hak anak terhadap orangtua j. Pemeliharaan dan pergaulan dengan anak laki-laki dan anak perempuan.
k. Memisahkan laki-laki dari perempuan pada usia 10 tahun ke atas. l. 78 Hak anak-anak dalm kehidupan.