itu juga menyebabkan terlalu memusatnya kegiatan tersebut di sepanjang jalan arteri primer yang melintasi kawasan yang pada akhirnya berakibat pada kurang teraturnya
pola pemanfaatan ruang sepanjang jalan arteri primer ini. Tingginya perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa di Jalan Bagan Deli
karena pola pergerakan yang belangsung di dalamnya meliputi pergerakan lokal dan pergerakan regional. Tidak adanya jalur alternatif lain menuju daerah pelabuhan
membuat terjadinya pemusatan aktivitas secara linier menerus. Pola guna lahan ini mempunyai kedalaman 1 sampai beberapa kapling dengan fungsi perdagangan dan
jasa, dan di belakang pola guna lahan pita ini merupakan guna lahan permukiman.
5.4 Kajian Pola Perkembangan Kota
Menurut Cheema dalam Jayadinata 1999, karena keadaan topografi tertentu atau karena perkembangan sosial ekonomi tertentu maka akan berkembang beberapa
pola perkembangan kota dengan pola menyebar dispersed pattern, pola sejajar linear pattern dan pola merumpun clustered pattern.
Pola menyebar dispersed pattern terjadi pada keadaan topografi yang seragam dan ekonomi yang homogen. Pada pola sejajar linear pattern, perkotaan terjadi
akibat adanya perkembangan sepanjang jalan, lembah, sungai dan pantai. Pada pola merumpun clustered pattern, biasanya terjadi pada kota-kota yang berhubungan
dengan pertambangan dengan topografi agak datar meskipun terdapat beberapa relief lokal yang nyata.
Universitas Sumatera Utara
Pada perkembangan awalnya, pola kawasan yang terbentuk di Kelurahan Bagan Deli adalah mengikuti pola sejajar linear pattern, hal ini disebabkan oleh posisi
kawasan tersebut memang terletak di daerah pantai dan sungai serta diperkuat oleh jalur transportasi yang menghubungkan Kota Medan menuju Belawan. Dalam
perkembangan selanjutnya, akibat pertumbuhan industri yang cukup pesat Pelabuhan Belawan, serta terjadinya transformasi sosial akibat pertumbuhan industri tersebut,
pola perkembangan yang terjadi adalah pola menyebar dispersed pattern. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan, bahwa struktur
tingkat pendidikan, mata pencaharian, serta penghasilan penduduk menunjukkan hasil yang hampir homogen. Dikaitkan pula dengan teori Cheema dalam Jayadinata 1999
yang menyatakan bahwa pola yang mungkin terjadi untuk perkembangan kawasan tersebut dengan tingkat penghasilan yang homogen adalah adalah pola menyebar
dispersed pattern ini. Sedangkan setelah masuknya industri di Kelurahan Bagan Deli, pola
perkembangan selanjutnya adalah pola merumpun clustered pattern. Bila dikaitkan dengan Cheema dalam Jayadinata 1999, pola ini memang sangat memungkinkan
terutama untuk lahan yang datar. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, dengan meninjau pola perkembangan kawasan sejak tahun 2005 sampai 2010, pola yang
terbentuk di Kelurahan Bagan Deli ini adalah kedua pola ini, yaitu pola menyebar dispersed pattern dan pola merumpun clustered pattern seperti terlihat pada
gambar 5.9.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.9 Pola perkembangan kawasan Kelurahan Bagan Deli Sumber: Hasil analisa
KETERANGAN : POLA PERKEMBANGAN LINIER THP I TEPI LAUT
POLA PERKEMBANGAN LINIER THP II TEPI JALAN POLA PERKEMBANGAN LINIER THP III TEPI JALAN TOL
POLA PERKEMBANGAN MERUMPUN DAN MENYEBAR
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI