Perumahan dan Permukiman Permukiman Perkotaan

2.4 Perumahan dan Permukiman

Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana lingkungannya. Perumahan menitikberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement. Sedangkan permukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga permukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia. Dengan demikian perumahan dan permukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi. Kota sesuai dengan didefinisikan ialah konsentrasi penduduk yang berpenghidupan non agraris. Oleh karena itu merupakan konsentrasi penduduk, maka permukiman adalah merupakan kebutuhan yang sangat penting. Di dalam setiap rencana kota dapat dilihat bahwa tata guna lahan yang terbesar akan diperlukan untuk permukiman. Permukiman pada garis besarnya terdiri dari dari berbagai komponen. Pertama, ialah lahan atau tanah yang diperuntukan untuk pemukiman itu dimana kondisi tanah akan mempengaruhi harga dari satuan rumah yang dibangun di atas lahan itu. Yang kedua, prasarana pemukiman yaitu jalan lokal, saluran drainase, saluran air kotor, saluran air bersih serta jaringan listrik dan telepon, yang semuanya turut menentukan kualitas pemukiman yang dibangun. Dan komponen yang ketiga, yaitu perumahan tempat tinggal yang dibangun. Suatu pemukiman, akan menjadi ideal apabila telah Universitas Sumatera Utara memiliki komponen yang keempat, yaitu fasilitas umum dan fasilitas sosial kadang disebut fasilitas kota, yaitu fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, lapangan bermain dan lain-lain dalam lingkungan pemukiman itu.

2.5 Permukiman Perkotaan

Tidak semua kawasan permukiman di perkotaan di Indonesia memenuhi syarat seperti yang diuraikan di atas. Untuk kota-kota besar dan menengah yang mempunyai sejarah sebagai tempat kekuasaan pemerintah kolonial, ada kawasan-kawasan kota tertata rapi yang dulu diperuntukan bagi orang Eropa, seperti kawasan Menteng di Jakarta, Kawasan Polonia di Medan. Kawasan permukiman orang-orang Eropa ini kemudian berpindah tangan menjadi kawasan permukiman orang-orang kaya ataupun pejabat pemerintah sehingga pemeliharaan kondisi lingkungan kawasan tersebut tetap terlaksana,sehingga tetap tetata dengan baik. Ada kawasan-kawasan kota sejak awal didirikan, oleh pemerintah kolonial, memang tidak tertata rapi yaitu diperuntukan bagi orang-orang pribumi. Kawasan ini sejak awal mempunyai jalan-jalan yang sangat sempit, tata bangunan yang tidak teratur dan prasarana lingkungan yang tidak baik. Kondisi kawasan ini makin diperburuk pula dengan adanya migrasi yang tinggi yang umumnya terdiri dari masyarakat berpenghasilan rendah yang akan mencari tempat di kampung-kampung kota, sehingga kawasan yang tidak tertata ini akhirnya menjadi kawasan kumuh. Urbanisasi yang tinggi juga menimbulkan kawasan kumuh bukan saja pada kampung pribumi pada zaman kolonial tetapi juga pada bagian perluasan kota. Para Universitas Sumatera Utara migran karena keterbatasan dana mendirikan permukiman secara berkelompok. Biasanya 80 dari perumahan penduduk asli atau para migran tidak memliki IMB izin membangun bangunan dan tidak mengikuti pola tata kota. BN. Marbun, SH. 1990, dan karena miskin mereka berusaha memanfaatkan tanah dengan sehemat- hematnya sehingga tata bangunan menjadi tidak teratur dan jalan-jalan sempit. Pada saat mereka membangun perumahannya, prasarana pemukiman jalan, drainase, dan lain-lain belum ada, sehingga setelah pemukiman terbangun, pembangunan jalan- jalan ini menjadi sulit karena ruang-ruang untuk pembangunan prasarana itu tidak ada. Hal ini membuat keadaan kawasan ini menjadi benar-benar buruk dan jauh dari standart perencanaan kota yang berlaku. Di samping padat dan tata bangunan yang tidak teratur kondisi rumah juga tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan, yaitu bangunan darurat, lantai tanah, sumber air dari sumur, tidak mempunyai WC, atau kakus yang dekat dengan sumur, tidak menerima pelayanan pengangkutan sampah dan lain-lain.

2.6 Kawasan Industri