Kawasan Industri TINJAUAN PUSTAKA

migran karena keterbatasan dana mendirikan permukiman secara berkelompok. Biasanya 80 dari perumahan penduduk asli atau para migran tidak memliki IMB izin membangun bangunan dan tidak mengikuti pola tata kota. BN. Marbun, SH. 1990, dan karena miskin mereka berusaha memanfaatkan tanah dengan sehemat- hematnya sehingga tata bangunan menjadi tidak teratur dan jalan-jalan sempit. Pada saat mereka membangun perumahannya, prasarana pemukiman jalan, drainase, dan lain-lain belum ada, sehingga setelah pemukiman terbangun, pembangunan jalan- jalan ini menjadi sulit karena ruang-ruang untuk pembangunan prasarana itu tidak ada. Hal ini membuat keadaan kawasan ini menjadi benar-benar buruk dan jauh dari standart perencanaan kota yang berlaku. Di samping padat dan tata bangunan yang tidak teratur kondisi rumah juga tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan, yaitu bangunan darurat, lantai tanah, sumber air dari sumur, tidak mempunyai WC, atau kakus yang dekat dengan sumur, tidak menerima pelayanan pengangkutan sampah dan lain-lain.

2.6 Kawasan Industri

Kawasan industri merupakan satuan areal yang secara fisik didominasi oleh kegiatan industri, baik dalam bentuk kompleks industri, estate industri, peruntukan lahan industri, lingkungan industri kecil maupun sentra industri kecil yang secara fisik mempunyai batas tertentu. Dalam suatu kawasan industri, walaupun secara fisik didominasi oleh kegiatan industri, namun masih dimungkinkan tumbuhnya kegiatan Universitas Sumatera Utara sosial ekonomi lain, sepanjang masih bersifat sebagai unsur penunjang kelangsungan kegiatan industri, seperti perumahan karyawan, balai latihan, dsb. Menurut National Industrial Zoning Commitee’s, USA 1967, yang dimaksud kawasan Industri atau sering juga disebut Industrial Estate adalah sebuah kawasan industri di atas tanah yang cukup luas, yang secara administrasi dikelola oleh seorang atau sebuah lembaga, karena lokasinya, topografinya, zoning-nya yang tepat, ketersediaan semua infrastrukturnya utilitas, dan kemudahan aksesibilitas transportasi. Definisi lain menurut Industrial Development Handbook dari ULI- The Urban Land Institute, Washington DC 1975, kawasan industri adalah suatu daerah atau kawasan yang biasanya didominasi oleh industri. Kawasan industri biasanya mempunyai fasilitas kombinasi yang terdiri dari atas peralatan-peralatan pabrik industrial plants, penelitian dan juga laboratorium untuk pengembangan, bangunan perkantoran, bank dan prasarana lainnya sebagai fasilitas sosial yang mencakup perkantoran, perumahan, sekolah, peribadatan, open space dan lainnya. Rumusan dalam Keppres No. 41 Tahun 1996, kawasan industri adalah sebagai kawasan pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki ijin usaha kawasan industri, dan biasanya diisi oleh industri manufaktur. Secara implisit, pemerintah Indonesia mengkategorikan industri manufaktur sebagai industri yang berorientasi ekspor untuk mengurangi Universitas Sumatera Utara ketergantungan pada ekspor komoditas primer terutama minyak dan gas bumi Kuncoro, 2002. Zona industri adalah satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan geografis, baik berupa industri dasar maupun industri hilir, berorientasi kepada konsumen akhir dengan populasi tinggi sebagai penggerak utama secara keseluruhan membentuk berbagai kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan ekonomi dan memiliki daya ikat spasial Dirdjojuwono, 3-4, 2003. Keunggulan daya saing wilayah dalam pengembangan kawasan industri adalah: ketersediaan lahan, sumber daya alam, modal, dan infrastruktur yang disebut sebagai basic factor dan tenaga terampil serta kemajuan teknologi yang disebut advantage factor Djajadiningrat, 2004. Tujuan pembangunan kawasan industri antara lain untuk mempercepat kawasan industri di daerah, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri, meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan. Adapun tujuan pengembangan kawasan industri adalah mengatur tata ruang dan meminimalkan kasus pencemaran terutama bagi daerah yang iklim investasi industrinya tinggi, sebagai penciptaan iklim investasi bagi daerah-daerah yang terpencil dan menciptakan profit. 2.6.1 Kriteria lokasi kawasan industri Adapun kriteria lokasi kawasan industri harus diperhatikan, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Jarak ke pusat kota. Pertimbangan jarak ke pusat kota bagi lokasi industri adalah dalam rangka memperoleh kemudahana fasilitas pelayanan, baik prasarana dan sarana maupun dalam kaitannya dengan penyediaan bahan baku yang diperlukan dan kepentingan pemasaran produk yang dihasilkan 2. Jarak ke daerah pemukiman. Pertimbangan jarak ke daerah pemukiman bagi penentuan lokasi industri pada dasarnya adalah untuk kemudahan memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan. 3. Lokasi industri akan ditempatkan tidak jauh dari jaringan jalan karena pertimbangan pencapaian kemudahan transportasi aksesbilitas untuk penyediaan bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran hasil produksi. 4. Lokasi industri harus memperhatikan jaraknya terhadap keberadaan fasilitas pelayanan dan prasarana penunjangnya yang memberikan kontribusi terhadap biaya produksi. 2.6.2 Faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi industri Pengambilan keputusan berkenaan dengan penetapan lokasi industri oleh suatu unit pengambil keputusan akan mempengaruhi efisiensi lokasi unit pengambil keputusan lainnya, sehingga konfigurasi tata ruang selalu berubah. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Budiharsono 2001 ada faktor-faktor yang menentukan pemilihan suatu lokasi untuk suatu kegiatan industri yang dikelompokkan menjadi: 1. Input Lokal. Input lokal adalah semua barang dan jasa yang ada pada suatu lokasi dan sangat sukar atau tidak mungkin dipindahkan ke tempat lain. Contoh Universitas Sumatera Utara input lokal adalah: lahan, iklim, kualitas udara, kualitas air, keadaan lingkungan, pelayanan umum yang ada pada suatu lokasi, dan sebagainya. Salah satu sifat umum dari input lokal adalah ketersediaannya bergantung pada keadaan lokasi itu sendiri dan ketersediaannya tidak dipengaruhi oleh transfer input dari lokasi lain. 2. Permintaan Lokal. Permintaan lokal atau output yang adalah permintaan yang tidak dapat ditransfer dari suatu lokasi. Contohnya: permintaan tenaga kerja oleh pabrik lokal, permintaan pelayanan lokal seperti mesjid, bioskop, dan sebagainya. 3. Input yang Dapat Ditransfer. Input yang dapat ditransfer adalah persediaan input yang dapat dikirim atau diminta dari sumber-sumber di luar suatu lokasi, yang sampai batas tertentu merupakan pencerminan biaya transportasi dari sumber- sumber input ke lokasi tersebut. 4. Permintaan dari Luar. Permintaan dari luar atau output yang dapat ditransfer adalah permintaan bersih yang diperoleh dari penjualan output yang dapat ditransfer ke pasar di luar lokasi, yang merupakan pencerminan dari biaya transfer atau biaya transportasi dari lokasi tersebut ke pasar-pasar. 2.6.3 Perkembangan industri perkotaan Chenery dan Syrquin dalam Tambunan 2001 menemukan bahwa transformasi struktur ekonomi akan berkembang sejalan dengan pendapatan per kapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor pertanian atau sektor pertambangan menuju ke sektor industri. Hasil penelitian Universitas Sumatera Utara Mudrajad Kuncoro 2002 tentang Industri Besar dan Menengah IBM di Indonesia menghasilkan ciri-ciri suatu daerah disebut sebagai kabupatenkota industri. Ciri utama daerah industri adalah daerah yang memiliki tingkat kepadatan industri yang tinggi atau sangat tinggi baik dalam jumlah pekerja maupun nilai tambah. Kriteria kabupatenkota yang memiliki daerah kepadatan industri tinggi dan sangat tinggi adalah: 1. Tinggi apabila memiliki jumlah tenaga kerja antara 25.000 sampai 125.000 orang, atau sangat tinggi bila jumlah pekerjanya lebih dari 125.000 orang. 2. Tinggi apabila menghasilkan nilai tambah antara Rp. 450 milyar hingga Rp. 2 triliun, atau sangat tinggi apabila menghasilkan nilai tambah lebih dari Rp. 2 triliun. 2.6.4 Pengaruh industri terhadap perubahan fisik kota. Transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri merupakan perubahan karakter perdesaan ke perkotaan sehingga akan membawa efek ganda pada perubahan-perubahan lainnya multiplier efect. Hal ini akan menuntut pula adanya transformasi alokasi sumber daya lahan dari pertanian ke non-pertanian. Proses alih fungsi ini melibatkan reorganisasi struktur fisik kota secara internal maupun ekspansinya ke arah luar Pierce dalam Kustiwan, 1997. Industri memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam masyarakat. Akibat yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya industri bisa Universitas Sumatera Utara dalam berbagai bentuk yang berbeda. Bila suatu kota sangat tergantung hanya kepada satu jenis industri atau perusahaan, perkembangan industri atau perusahan tersebut akan menentukan apakah kota tersebut akan berkembang atau hancur. Kehadiran industri-industri baru dalam suatu wilayah akan berpengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja ini belum tentu terpenuhi dari penduduk wilayah tersebut, sehingga harus mendatangkan dari luar daerah. Wilayah tersebut akan berkembang menjadi kota-kota yang besar dan padat penduduknya. Kota tersebut berkembang menjadi tempat tinggal tenaga kerja yang jumlahnya cukup besar. Sudah menjadi konsekuensi logis, lahan tak terbangun akan berubah menjadi tempat-tempat permukiman. Akibat lain dari tumbuhnya industri yang dianggap buruk adalah timbulnya polusi yang sering menimbulkan berbagai pendekatan penanganan baik dalam kalangan masyarakat, maupun dalam kalangan industri sendiri. Di samping itu, bertambahnya penduduk membawa mobilitas yang semakin tinggi yang menimbulkan keruwetan lalu lintas dan tata kota, harga tanah yang melonjak dan biaya hidup yang terus meningkat.

2.7 Pelabuhan