Latar Belakang Pengaruh Budaya Organisasi dan Insentif terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Pasien HIV/AIDS Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap organisasi baik organisasi perusahaan, organisasi sosial maupun organisasi pemerintah mempunyai tujuan yang dapat dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan tertentu, dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada didalam organisasi tersebut, termasuk sumber daya manusia sebagai alat utama. Berhasil tidaknya suatu perusahaan tergantung pada kemampuan Sumber Daya Manusia SDM dalam menjalankan aktivitasnya. Salah satu organisasi yang dimaksud adalah organisasi yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan, yaitu Rumah Sakit. Perawat merupakan tenaga medis yang mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Karena pelayanan yang diberikannya dilaksanakan selama 24 jam secara berkesinambungan sehinga menentukan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit Depkes RI, 2001. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan pada klien meliputi; pengkajian, diagnosis, rencana tindakan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan, kemudian hasil pelaksananaan asuhan keperawatan ini didokumentasikan dalam dokumentasi asuhan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan suatu rangkaian sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang status kesehatan klien dan semua kegiatan asuhan Universitas Sumatera Utara keperawatan yang dilakukan perawat kepada pasien dalam pelayanan asuhan keperawatan. Perawat harus memiliki tanggung jawab, mempunyai pengetahuan tentang manajemen keperawatan dan keterampilan klinis sehingga mampu mengelola asuhan keperawatan kepada pasien agar menjadi berdaya guna dan berhasil guna. Nurachmad, 2001. Dalam kondisi demikian maka terjadi interaksi yang kompleks, yaitu budaya kerja dan motivasi sejumlah individu dalam organisasi yang memengaruhi pencapaian kinerja dari organisasi tersebut. Menurut Hofstede 1993; Gibson, et.al 1996; Robbins 2006; Ilyas 2001, bahwa budaya bepengaruh terhadap kinerja organisasi dan merupakan interaksi yang kompleks atas kinerja sejumlah individu dalam organisasi. Budaya organisasi menjadi sangat penting, karena merupakan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi pada hierarki organisasi dan mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi tersebut. Budaya yang produktif adalah budaya yang dapat menjadikan organisasi lebih kuat dan tujuan organisasi dapat terakomodasi melalui aktivitas sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut. Tugas dan fungsi perawat di rumah sakit cukup luas dan kompleks, maka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang menjadi tanggung jawab perawat tentu membutuhkan SDM yang profesional. Pentingnya aspek sumber daya manusia dalam organisasi menyebabkan kedudukan SDM mempunyai posisi yang paling tinggi. Menurut Heidjrachman 1996, kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam Universitas Sumatera Utara melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam bekerja. Sedangkan menurut Robbins 2006, kinerja merupakan ukuran hasil kerja yang menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Perkembangan teknologi menuntut banyak perubahan maka organisasi merasa perlu untuk mengubah budaya pada organisasi guna menjamin kelangsungan hidupnya untuk memperoleh manfaat yang lebih kompetitif. Hal ini sering didorong oleh kenyataan bahwa budaya yang ada saat ini perlu disesuaikan dalam rangka memperbaiki keadaan masa datang seperti yang dibutuhkan organisasi. Kekuatan- kekuatan dalam lingkungan eksternal organisasi dapat mengisyaratkan kebutuhan perubahan budaya, misalnya timbulnya persaingan yang makin tajam dalam suatu lingkungan instansi yang menuntut perubahan budaya organisasi dalam rangka mengembangkan dirinya dan untuk kelangsungan hidup organisasi, sehingga organisasi mampu merespon keinginan masyarakat dengan lebih cepat. Di samping berasal dari lingkungan eksternal, kekuatan perubahan budaya juga bisa berasal dari dalam atau internal. Suatu budaya organisasi berasal dari tiga sumber, yaitu : pendiri organisasi, pengalaman organisasi dan karyawan. Dengan demikian budaya organisasi dibentuk oleh pengaruh orang-orang yang mendirikan organisasi, lingkungan eksternal organisasi dan karyawan dari organisasi tersebut Robbins, 2006. Sumber daya manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan inilah yang dipandang sebagai Universitas Sumatera Utara pendorong atau penggerak bagi seseorang untuk melakukan sesuatu, termasuk melakukan pekerjaan atau bekerja. Manajemen rumah sakit harus bisa menciptakan suasana yang kondusif untuk mengetahui yang menjadi kebutuhan dan harapan karyawannya dengan cara memberikan dorongan atau motivasi melalui pemenuhan keinginan-keinginan karyawan seperti gaji atau upah, bekerja dengan nyaman, suasana kerja yang kondusif, dan penghargaan terhadap pekerjaan dengan mengupayakan pemberian insentif sesuai dengan jenjang karir dan kemampuannya serta bersifat progresif, karena insentif sangat diperlukan untuk memacu kinerja para karyawan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Gibson et.al.1996; Moorehead dan Griffin 2000; Assad 2002, menyatakan pemberian insentif sebagai sesuatu pemberian atau penghargaan yang diberikan oleh organisasi pada individu atau kelompok kerja yang menunjukkan kinerja yang baik diluar ketentuan pengupahan yang umum. Insentif lebih dikenal memiliki kaitan langsung dengan materi tetapi secara umum pemberian yang bersifat non material disebut sebagai reward. Hasil penelitian Sinaga 2008 tentang pengaruh budaya organisasi dan reward terhadap kinerja karyawan pada PT. Soelong Laoet Medan, menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan budaya organisasi dan reward secara simultan maupun parsial terhadap kinerja karyawan. Nilai koefisien determinasi R Square diperoleh sebesar 84,4. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah variabel budaya organisasi. Hal ini berarti budaya organisasi Universitas Sumatera Utara yang berlaku di PT.Soeloeng Laoet Medan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan RSUP HAM Medan, dalam aktivitasnya sehari-hari menyediakan beberapa fasilitas palayanan kesehatan. Adapun pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan medis rawat inap dan rawat jalan, pelayanan penunjang medis maupun pelayanan penunjang non medis. Berdasarkan data Bagian Informasi dan Data RSUP.HAM Medan tahun 2010, jumlah pasien HIVAIDS yang pulang atas permintaan sendiri meningkat dibandingkan tahun 2009, yaitu dari 114 pasien menjadi 133 pasien. Salah satu indikator yang menunjukkan kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan adalah persentase pasien yang pulang atas permintaan sendiri Depkes RI, 2005. Salah satu fungsi RSUP HAM Medan sebagai Rumah Sakit Pusat Rujukan adalah merawat pasien penderita HIVAIDS. Kasus HIVAIDS di Indonesia menurut Departemen Kesehatan RI, tahun 2009 berjumlah 22.664 orang 6.554 kasus HIV dan 16.110 kasus AIDS. Provinsi Sumatera Utara menduduki peringkat 8 setelah Provinsi Jawa Tengah. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, kasus HIVAIDS tahun 2009, berjumlah 1.419 orang 783 kasus HIV dan 636 kasus AIDS. Kasus tertinggi, yaitu sebesar 1.040 orang 621 kasus HIV dan 422 kasus AIDS ada di Kota Medan dan kedua adalah sebesar 102 kasus di Kabupaten Deli Serdang. Kasus penularan yang terbesar adalah melalui hubungan seksual berisiko, yaitu sebanyak 656 kasus dan penggunaan jarum suntik tidak steril terutama pada pengguna napza suntikan, yaitu sebanyak 569 kasus. Kebanyakan pasien HIV dan Universitas Sumatera Utara AIDS ini dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan Profil RSUP HAM Medan, 2010. Jumlah kunjungan pasien HIV dan AIDS tahun 2009-2010 menurut data rekam medik RSUP HAM Medan, terus mengalami peningkatan, adapun jumlah kunjungan pasien HIV-AIDS di RSUP HAM Medan seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Pasien HIV-AIDS di RSUP HAM Medan Tahun 2009-2010 No Tahun Pasien Masuk Keterangan Hidup Meninggal Pulang atas Permintaan Sendiri 1 2009 411 207 90 114 2 2010 552 309 110 133 Sumber : Data Bagian Rekam Medis RSUP.HAM Medan, 2011 Data di atas menunjukkan kunjungan pasien HIV-AIDS di RSUP HAM medan pertahunnya berfluktuasi naik dan pasien HIV-AIDS yang pulang atas permintaan sendiri juga mengalami peningkatan, baik pada tahun 2009 maupun pada tahun 2010. Meningkatnya jumlah pasien pulang atas permintaan sendiri merupakan salah satu gambaran rendahnya kinerja petugas medis dan non medis di RSUP HAM Medan. RSUP HAM Medan telah berusaha memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, namun kenyataan dilapangan masih banyak dijumpai kendala-kendala dalam pelayanan pasien HIV-AIDS, seperti keterbatasan tenaga medis. Tenaga medis saat ini ada 6 enam orang, yaitu tenaga dokter spesialis dan Universitas Sumatera Utara yang sudah pernah mengikuti pelatihan khusus hanya 3 tiga orang sebanyak satu kali. RSUP HAM Medan menugaskan 101 orang tenaga perawat setiap bulannya, dan semua perawat mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan pelayanan langsung kepada pasien HIV-AIDS, sementara jumlah perawat yang sudah mendapatkan pelatihan khusus baru 2 orang Bidang Keperawatan RSUP H.Adam Malik, 2011. Hasil wawancara yang dilakukan pada bulan Maret 2011 dengan beberapa orang perawat untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan di unit pelayanan pasien HIVAIDS, diperoleh informasi bahwa diantara perawat pelaksana ada yang enggan memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien HIV-AIDS dengan alasan takut tertular, dikarenakan minimnya pengetahuan, keterampilan dan persediaan Alat Pelindung Diri APD seperti masker, kaca mata, sepatu boot, celemek plastik dan baju yang jumlahnya terbatas dalam menangani kasus pasien HIV-AIDS di rumah sakit. Informasi tambahan diperoleh dari bagian Hukum organisasi dan Humas Hukormas RSUP HAM Medan, tentang berbagai keluhan pasien melalui surat yang masuk ke kotak saran. Dari surat yang masuk ke kotak saran diambil secara acak sebanyak 30 surat yang berisi dengan berbagai keluhan pasien tentang pelayanan keperawatan dimana sebanyak 81,7 pasien menyatakan perawat tidak ramah, tidak empati, pelayanan perawat lambat dan kurang sesuai dengan pedoman asuhan keperawatan Bagian Hukormas RSUP HAM Medan, 2011. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan di unit pelayanan pasien HIVAIDS serta informasi dari Bagian Hukormas RSUP HAM Universitas Sumatera Utara Medan, menunjukkan budaya organisasi yang mendukung tercapainya visi dan misi rumah sakit: proactivity proaktif, excellence unggul, team work kerjasama tim, innovation inovasi, dan responsibility bertanggung jawab, belum dapat diwujudkan dalam konteks pelayanan keperawatan, khususnya dalam penanganan pasien penderita HIVAIDS. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Keperawatan RSUP HAM Medan yang dilakukan pada bulan Maret 2011, diketahui berbagai upaya telah dilakukan manajemen untuk meningkatkan kinerja perawat, seperti memberikan insentif secara berkala kepada perawat, memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan secara bergantian, dan melatih perawat secara bergantian dalam menangani pasien HIV-AIDS, namun kinerja perawat masih rendah yang ditunjukkan dari tingginya pasien HIV-AIDS yang pulang atas permintaan sendiri Bidang Keperawatan RSUP H.Adam Malik, 2011. Memerhatikan uraian secara teoritis serta didukung beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas, dan permasalahan yang ditemui pada RSUP HAM Medan saat ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti ”Pengaruh Budaya Organisasi dan Insentif terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Pasien HIVAIDS Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.

1.2 Permasalahan