Pengembangan Bahasa Indonesia Kumpulan Makalah KBI X subtema 5 0 Bahasa Daerah dan Bahasa Asing sebagai Pendukung Bahasa Indonesia

3 Sudah waktunya bagi masyarakat Indonesia untuk ‘kembali ke sumber’. Memanfaatkan kekayaan kata dan istilah yang dimiliki bahasa-bahasa daerah sebagai bagian dari pengembangan bahasa Indonesia. Hal itu dapat dilakukan dengan –salah satu caranya adalah– menerbitkan kamus yang memuat seluruh kekayaan kata dalam bahasa-bahasa Nusantara. Kamus seperti ini akan sangat bermanfaat sebagai upaya memperkaya dan mendokumenkan kosakata ‘Indonesia’. Jika kata ‘canggih’ dan ‘dampak’ dapat muncul dari peristirahatan dan memiliki peran dalam pengembangan ilmu, saya meyakini bahwa masih banyak ‘kata karun’ yang dapat digali dan dimanfaatkan. Ada yang mengatakan bahwa pemanfaatan kosakata serta unsur-unsur linguistik lainnya dalam bahasa daerah sebagai bagian dari bahasa Indonesia mudah dilakukan secara linguistik, tetapi tidak secara sosial. Kata dapat diambil apabila konsep yang dilambangkan oleh kata itu memang baru bagi bahasa Indonesia dan kata atau istilah yang melambangkannya belum ditemukan dalam bahasa Indonesia. Selain itu untuk menjadikan kata bahasa daerah dalam bahasa Indonesia, pertimbangan kanlinguistik juga harus ikut menentukan masuk atau tidaknya kata itu. Itu sebabnya penanganan bahasa tidak dapat dilepaskan begitu saja hak-hak masyarakat, termasuk di dalamnya hak atas pemertahanan etnis, budaya, dan bahasanya. Untuk itu, bahasa Indonesia harus mengadopsi konsep-konsep pengetahuan modern yang umumnya berasal dari bahasa asing. Untuk menjadi tali pengikat persatuan yang baik, bahasa Indonesia hendaknya mewakili kepentingan semua anggota masyarakat Indonesia yang multietnik dan multilingual. Pertanyaan saya, apa tidak salah? Penggunaan kata bahasa asing sebagai tali pengikat persatuan yang baik. Bukankah ini sebagai bentuk pengingkaran yang nyata dari sejarah pembentukan dan perkembangan bahasa Indonesia? Kecenderungan untuk menggunakan kata asing dalam bahasa Indonesia akan semakin menjauhkan bahasa Indonesia dari akar budaya Nusantara. Bahasa Indonesia akan menjadi sederet kata asing yang dirangkai dengan kata depan dan kata hubung bahasa Indonesia. Itukah yang disebut sebagai pembersatu?

2. Pengembangan Bahasa Indonesia

Kata adalah sesuatu yang ajaib. Dengan kata, orang dapat mengungkapkan isi hatinya, orang dapat memerintah orang, memuja, memuji, memaki, dan sebagainya. Orang juga dapat memeroleh gambaran tentang seseorang elalui kata yang dipakai. Tutur kata seseorang menunjukkan latar belakangnya. Kata adalah sarana berpikir, keterampilan berpikir seseorang sangat bergantung pada keterampilan berolahkatanya. Semakin tajam dan semakin perinci cara berolahpikirnya makin tinggi kebutuhan kata yang dimilikinya. 4 Maka kemilikan kosakata menjadi prasyarat penting bagi siapa saja yang memiliki niat berolahpikir. Ada prasangka bahwa bahasa Indonesia kurang bahkan tidak sesuai untuk digunakan sebagai bahasa pengetahuan, untuk mengungkapkan hal-hal yang renik sebagaimana yang dituntut oleh perkembangan ilmu dan teknologi masa kini. Kemudian istilah dan kosakata asing membanjiri bahasa Indonesia. Akibatnya, muncullah tulisan yang penuh dengan kata dan ungkapan asing. Untuk menjawab tantangan itulah bahasa Indonesia perlu dikembangkan. Pengembangan ditujukan pada upaya peningkatan mutu daya ungkap bahasa Indonesia. Peningkatan mutu daya ungkap itu meliputi perluasan kosakata bahasa Indonesia dan pemantapan kaidah-kaidahnya sejalan dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi serta kebudayaan yang amat pesat. Perkembangan kosakata dapat diketahui dari pertambahan kata yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia. Kamus W.J.S. Poerwadarminta yang terbit tahun 1953 memuat sekitar 23.000 lema bahasa Indonesia. Pada tahun 1976 kamus itu diolah kembali oleh Pusat Bahasa dan ditambahkan 1.000 lema baru. Gambaran itu memperlihatkan dalam kurun waktu 29 tahun seolah-olah hanya terjadi penambahan 1.000 kata saja. Sementara dalam waktu 12 tahun berikutnya, tepatnya tahun 1988, telah terjadi penambahan 49.000 kata baru yang termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Pertama. Kini kamus itu telah mernuat 78.000 lema kata umum dan dalam pengembangan istilah telah diperoleh 265.000 istilah dalam berbagai bidang ilmu. Kondisi itu menunjukkan bahwa perkembangan kosakata bahasa Indonesia amatlah cepat, terutama dalam waktu 25 tahun menjelang pergantian abad ke-20. Meskipun demikian, kekurangan kosakata bahasa Indonesia masih saja terasakan jika digunakan untuk mengungkapkan ilmu dan teknologi, termasuk teknologi komunikasi melalui media massa. Pengembangan kosakata dalam berbagai bidang itu lebih didominasi oleh sumber bahasa asing, terutama dalam dua dasawarsa terakhir ini. Sumber pengembangan kosakata itu perlu diimbangi dengan pemanfaatan bahasa daerah. Keragaman bahasa daerah 726 bahasa merupakan kekayaan yang perlu digali sebagai sumber pengayaan kosakata bahasa Indonesia. Pemerkayaan kosakata diperlukan untuk memungkinkan pelambangan konsep dan gagasan kehidupan modern. Cakrawala sosial budaya yang meluas yang melampaui batas-batas kehidupan yang tertutup menimbulkan keperluan adanya kata, istilah, dan ungkapan dalam bahasa. Sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia dapat –bahkan wajib– menerima berbagai unsur yang datang dan masuk dari bahasa-bahasa yang lain. Karena itu, banyak kata dan ungkapan baru yang terasa asing dan aneh bagi sebagian penutur bahasa. Semula orang mengenal kesimpulan tapi kini orang cenderung menggunakan bentuk simpulan. Dalam KBBI 4 2008 5 terdapat kata sport, sportif, sportivitas. Kata-kata tersebut diserap dari bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris, makna sport tidak hanya satu; di dalamnya ada unsur hibusan dan main-main bahkan ‘bermain cinta’. Sport dipadankan dengan olah raga dan krida. Olah raga dapat dipadankan dengan gerak badan. Jika diperhatikan istilah ini, bagaimana bisa catur dan bridge dimasukkan sebagai salah satu cabang olahraga. Semua orang pasti tahu bahwa olah raga mestilah menggerakkan badan. Ada dua hal yang berkaitan dengan pemerkayaan kosakata. Pertama, masalah sumber bagi unsur yang baru. Kedua, bertalian dengan cara membentuk unsur yang baru dan memadukannya dengan kosakata yang sudah ada. Pemerkayaan kosakata dapat dilakukan dengan babarapa cara, yaitu 1 menggali sumber dari bahasa itu sendiri; 2 mengambil dari bahasa serumpun; 3 mengambil dari sumber bahasa asing. Pertama, menggali sumber dari bahasa itu sendiri diwujudkan dengan pemanfaatan kata yang sudah ada dan dikenal dalam bahasa Indonesia. Misalnya, orang Indonesia sudah mengelah istilah kosakata. Kosa berarti perbendaharaan, kosakata berarti perbendaharaan kata. Dari istilah itu bisa direkacipta banyak sekali kosakata lain. Kosadata untuk menampung makna ‘koleksi data’; kosafilm, kosalagu, kosaburung, kosabuku, dan sebagainya. memberi makna baru melalui perluasan makna dan penyempitan makna. Dalam bahasa Indonesia hari ini pun dikenal bakutembak dengan makna ‘saling’. Bahkan orang-orang di Sulawesi sangat suka berbakuhitung. Dari sini bisa dibentuk bakupukul yang lebih sederhana daripada saling memukul atau pukul-memukul; bakupeluk, bakulempar, bakutarik. Untuk makna ‘saling’ ini juga dikenal bentuk bersi- sebagaimana yang muncul dalam bersipukul. Dari bentuk ini bisa diciptakan bentuk bersikata, bersiujar bersikata, bersiujar yang lebih ringkas daripada saling berkomunikasi. Kedua, pemerkayaan kosakata dengan cara mengambil dari bahasa serumpun yang pemakaiannya berdampingan dengan bahasa Indonesia. Bahasa serumpun yang jumlah penuturnya terbanyak, seperti bahasa Jawa, merupakan sumber utama pemekaran kosa kata. Misalnya kata cabul, mesum, lucah, lanji, jalang, jangak, sundal, dan masih banyak lagi untuk menggantikan istilah pornografi. Saya meyakini bahwa semua bahasa di Indonesia memiliki istilah untuk anggitan ini. Istilah- istilah yang saya munculkan itu hanya istilah-istilah dari bahasa Jawa, dan sedulurnya. Bagaimana mungkin kita menerima pornografi kemudian dikembangkan menjadi pornoaksi. Ketiga, sumber pemerkayaan kosakata dari bahasa asing. Dalam pangkalan data istilah bahasa Indonesia tercatat 15, 9 merupkan serapan dari bahasa asing, sedangkan istilah yang berasal dari bahasa daerah hanya 0,8. Inilah yang harus dibalik. Pemerkayaan kosakata yang paling penting adalah dengan menggali potensi kosakata dari bahasa serumpun, dalam hal 6 ini adalah bahasa daerah yang tersebar di seluruh Nusantara. Dengan demikian, setiap keunggulan bahasa lokal akan menempati porsinya dalam membangun bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan.

3. Corak dan Ciri Kata Bahasa Indonesia