4
Untuk bahasa Simalungun dipakai di wilayah Kabupaten Simalungun, Kota Pematangsiantar, sebagian Kabupaten Serdangbedagai, dan sebagian di Kota
Tebingtinggi. Untuk bahasa Karo dipakai di Kabupaten Karo, sebagian Kabupaten Langkat, sebagian Kabupaten Deliserdang, sebagian di Kota Medan
dan Kota Binjai. Untuk bahasa Pakpak dipakai di wilayah Kabupaten Dairi dan Kabupaten
Pakpak Bharat. Untuk bahasa Batak Toba dipakai di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Humbanghasundutan, Samosir, sebagian di Tapanuli
Tengah, Simalungun, Kota Pematangsiantar. Untuk bahasa Mandailing dipakai di wilayah, Tapanuli Selatan,
Mandailingnatal, Padanglawas Utara, Padanglawas, Kota Padangsidimpuan, sebagain di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dan Labuhanbatu. Untuk bahasa
Angkola dipakai di sebagian Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padangsidimpuan.
Sementara untuk bahasa Nias dipakai di seluruh kepulauan Nias, yaitu Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, dan Kota Gunungsitoli.
3. Pemakaian Bahasa Daerah
Penggunaan bahasa daerahetnik sebagai bahasa ibu lambat laun semakin menyusut. Sementara penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari di
rumah semakin meningkat. Ini seakan mempertegas bahwa telah terjadi promosi bahasa Indonesia dan degradasi bahasa daerah. Perubahan penggunaan bahasa
tersebut terdapat perbedaan di antara beberapa etnik di Sumatera Utara.
5
Dalam penelitian ini memang bahasa Melayu tidak menjadi sasaran, hal ini dikarenakan penutur bahasa Melayu sangat berkaitan dengan penggunaan bahasa
Indonesia. Jika pun ada bahasa Melayu yang digunakan hanya dari segi dialek atau logatnya saja, sementara kosakatanya sama dengan bahasa Indonesia.
Berdasarkan data pada tabel di atas terlihat ada tujuh bahasa daerahetnik yang menjadi sasaran penelitian. Setiap suku bangsa diambil sampel sebagai
responden sebanyak 150 responden yang merupakan penutur dari bahasa daerah yang bersangkutan. Para responden diminta untuk menjawab pertanyaan dalam
angket yang berisikan bahasa yang mereka pergunakan dalam percakapan sehari- hari di dalam rumah tangga mereka. Apakah bahasa daerahnya, bahasa Indonesia,
atau bahasa lainnya. Bahasa lainnya dalam hal ini adalah bahasa yang di luar
20 40
60 80
100 120
140 160
Angkola Karo
Mandailing Pakpak
Simalungun Toba
Nias 122
86 52
65 54
70 133
17 61
86 38
86 67
14 11
3 12
47 10
13 3
Pemakaian Bahasa Ibu di dalam Rumah Tangga
Bhs Ibu Bhs Indonesia
Bhs lainnya
6
bahasa Indonesia dan daerahnya sendiri. Hal ini terjadi karena adanya perkawinan campur, maksudnya tidak satu suku bangsa.
Dari tabel itu terlihat bahwa pada responden yang dari suku bangsa Angkola ada 122 responden atau 81,33 menjawab menggunakan bahasa
Angkola dalam percakapannya sehari-hari di dalam rumah tangga mereka, 17 responden atau 11,33 menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-
hari di dalam rumah tengga, dan 11 responden atau 7,33 menggunakan bahasa lainnya, yaitu selain bahasa Angkola dan bahasa Indonesia.
Pada responden sebagai penutur bahasa Karo terlihat bahwa ada 86 responden atau 57,33 menjawab menggunakan bahasa Karo dalam
percakapannya sehari-hari di dalam rumah tangga mereka, 61 responden atau 40,67 menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di dalam
rumah tengga, dan 3 responden atau 2,00 menggunakan bahasa lainnya, yaitu selain bahasa Karo dan bahasa Indonesia.
Pada responden sebagai penutur bahasa Mandailing terlihat bahwa ada 52 responden atau 34,67 menjawab menggunakan bahasa Mandailing dalam
percakapannya sehari-hari di dalam rumah tangga mereka, 86 responden atau 57,33 menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di dalam
rumah tengga, dan 12 responden atau 8,00 menggunakan bahasa lainnya, yaitu selain bahasa Mandailing dan bahasa Indonesia.
Pada responden sebagai penutur bahasa Pakpak terlihat bahwa ada 65 responden atau 43,33 menjawab menggunakan bahasa Pakpak dalam
percakapannya sehari-hari di dalam rumah tangga mereka, 38 responden atau 25,33 menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di dalam
rumah tengga, dan 47 responden atau 31,33 menggunakan bahasa lainnya, yaitu selain bahasa Pakpak dan bahasa Indonesia.
7
Pada responden sebagai penutur bahasa Simalungun terlihat bahwa ada 54 responden atau 36,00 menjawab menggunakan bahasa Simalungun dalam
percakapannya sehari-hari di dalam rumah tangga mereka, 86 responden atau 57,33 menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di dalam
rumah tengga, dan 10 responden atau 6,67 menggunakan bahasa lainnya, yaitu selain bahasa Simalungun dan bahasa Indonesia.
Pada responden sebagai penutur bahasa Toba terlihat bahwa ada 70 responden atau 46,67 menjawab menggunakan bahasa Toba dalam
percakapannya sehari-hari di dalam rumah tangga mereka, 67 responden atau 44,67 menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di dalam
rumah tengga, dan 13 responden atau 8,67 menggunakan bahasa lainnya, yaitu selain bahasa Toba dan bahasa Indonesia.
Pada responden sebagai penutur bahasa Nias terlihat bahwa ada 133 responden atau 88,67 menjawab menggunakan bahasa Nias dalam
percakapannya sehari-hari di dalam rumah tangga mereka, 14 responden atau 9,33 menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di dalam
rumah tengga, dan 3 responden atau 2,00 menggunakan bahasa lainnya, yaitu selain bahasa Nias dan bahasa Indonesia.
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa pada suku bangsa Nias mereka lebih dominan menggunakan bahasa Nias dalam percakapan sehari-hari, yaitu
88,67, begitu juga pada suku bangsa Angkola yaitu 81,33. Sementara suku bangsa yang lebih mengutamakan pemakaian bahasa Indonesia daripada bahasa
daerah mereka yaitu pada suku bangsa Mandailing dan Simalungun, yaitu masing-masing 57,33. Selanjutnya suku bangsa yang banyak menggunakan
bahasa lainnya yaitu pada suku bangsa Pakpak sebanyak 31,33. Hal ini dimaklumi karena daerah ini berbatasan dengan masyarakat Karo, masyarakat
Toba, dan masyarakat Singkel, Nanggroe Aceh Darussalam.
8
4. Sumbangan Kosakata