Teori Moral Ekonomi Petani

yang tidak berpihak kepada petani hingga pengambilalihan dan penguasaan lahan secara besar-besaran oleh pemilik modal. Hal ini lah yang mendorong petani untuk melakukan perlawanan-perlawanan yang diwujudkan dalam bentuk tindakan-tindakan nyata, yang sering disebut sebagai gerakan petani. Petani secara mandiri mengorganisir dan melakukan perlawanan-perlawanan.

2.7. Teori Moral Ekonomi Petani

Dalam Moral Ekonomi Petani: Pergerakan dan Subsistensi di Asia Tenggara, James Scott mengemukakan pertama kali teorinya tentang bagaimana ―etika subsistensi‖ etika untuk bertahan hidup dalam kondisi minimal melandasi segala perilaku kaum tani dalam hubungan sosial mereka di pedesaan, termasuk pembangkangan mereka terhadap inovasi yang datang dari penguasa mereka. Itulah yang d isebut sebagai ―moral ekonomi‖, yang membimbing mereka sebagai warga desa dalam mengelola kelanjutan kehidupan kolektif dan hubungan sosial resiprokal saat menghadapi tekanan-tekanan struktural dari hubungan kekuasaan baru yang mencengkam. Tekanan struktural dari pasar kapitalistik, pengorganisasian negara kolonial dan paskakolonial, dan proses modernisasi di Asia Tenggara mengacaukan ―moral ekonomi‖ itu dan menyebabkan kaum tani berontak. Mahakarya kedua Scott, Senjatanya Orang-Orang yang Kalah, membawa topik di atas selangkah lebih jauh. Scott mendokumentasikan penelitian bertahun-tahunnya tentang perlawanan keseharian kaum tani yang tak tercatat sejarah. Buku Perlawanan Kaum Tani mengusung tema serupa. Namun demikian, buku ini bukan terjemahan langsung dari buku Scott, melainkan terjemahan kumpulan Universitas Sumatera Utara artikel Scott yang disunting oleh Prof. Sajogyo. Senjatanya Orang-Orang yang Kalah menjelaskan posisi dan perilaku politik kaum tani. Sejak zaman kolonial, protes dan perlawanan kaum tani dipandang bukan sebagai gerakan terorganisir, melainkan sekedar pelampiasan kemarahan secara destruktif dan membabi buta akibat eksploitasi yang kelewatan, misalnya pajak yang teramat tinggi. Namun pada kehidupan sehari-hari, kaum tani nampak pasrah, nrimo dan tergantung pada alam. Tidak nampak revolusioner sama sekali. Penelitian Scott atas petani Asia Tenggara mematahkan mitos ini. Ia membuktikan bahwa apa yang disebut sebagai ‗kepasrahan kaum tani‘ bukanlah benar-benar kepasrahan, melainkan aksi-aksi perlawanan anonim dalam diam yang berlangsung saban harinya, yang bahkan telah menjadi suatu subkultur. Dari Scott diperoleh analisa yang jenius tentang apa yang disebutnya ‗bentuk-bentuk perjuangan kelas gaya Brechtian‘ Brechtian modes of resistance, yakni senjata- senjata biasa yang dimiliki kelompok-kelompok yang relatif tanpa kekuatan: menghambat, berpura-pura, mencopet, pura-pura tidak tahu, memfitnah, pembakaran, sabotase,dan sebagainya dalam buku yang berjudul Perlawanan Kaum Tani 1993: 271.

2.8. Penelitian Terdahulu