menghadapi aparat selalu berhasil tapi telah mampu membangkitkan keberanian perempuan.
4.3.2. Peran Perempuan Dalam Pendudukan Lahan
Kegagalan perjuangan melalui jalur Hukum yang ditempuh Petani Persil IV mendorong mereka untuk melakukan pendudukan lahan. Pendudukan
lahan yang dilakukan petani secara berulang-ulang kerap kali mendapat perlawanan dari pihak perkebunan baik melalui aparat dan preman yang telah
mereka siapkan. Gerakan pendudukan lahan petani dilakukan dengan menanami berbagai jenis tanaman serta melakukan pembunahan kelapa sawit
secara diam-diam. Biasanya dalam pendudukan lahan dan menanam dilakukan secara bersama-sama baik itu laki-laki dan perempuan. Aktifitas pendudukan
lahan dengan menanami berbagai jenis tanaman dilahan untuk selanjutnya biasanya diteruskan oleh perempuan dimana setiap hari perempuan berangkat
kelahan untuk mengerjakan tanaman yang sudah mereka tanami disinilah terlihat peranan perempuan yang lebih besar. Pendudukan lahan oleh petani
dimanpaatkan untuk membunuh sawit secara diam-diam dengan cara meracun perempuan juga menunjukan peran di dalamnya. Berikut Hasil wawancara
dengan Bibik Esron 66 Tahun:
“Sambil menduduki lahan kami juga diam-diam membunuh kelapa sawit. kami bor pohonya itu baru kami kasih roundup
kadang keujungnya. Kalau kayak kami perempuan gak bisa maen bor gak tahan. maen bambu di ikat racunya naekan
kepucuk. seminggu udah nampaklah itu hasilnya.kalau sekarang udah banyaklah yang mati sawitnya. Sibuk juga orang kebun
nayain kami kenapa bisa mati sawitnya. kayak akulah pernah juga ditanyain orang itu kok bermatian sawit ini kubilang aja
manalah tau aku pak, mungkin kenak petirlah. Gak yakin juga dia dibilangnya manalah mungkin kenak petir bisa banyak gini
Universitas Sumatera Utara
yang mati. Udah capek dia nanyak-nayak aku terakhir pergilah dia sambil marah-
marah”. Hasil wawancara dengan Bibik Esron Tanggal 25 April 2014
Perempuan tidak hanya terlibat dalam pendudukan lahan yang dilakukan secara bersama-sama dalam kesehari-harian mereka juga tetap pergi kelahan
dengan memanpaatkan lahan-lahan kosong yang tersisa untuk ditanami dan akan menjadi rutinitas mereka setiap hari untuk menjaga dan merawatnya disinilah
terlihat besarnya peran peran perempuan dalam setiap aktifitas pendudukan lahan. Berikut ini hasil wawancara dengan Wak Iyul 55 Tahun :
“Aku bisa dibilang hampir tiap harilah kelahan sering juga di datangi sama polisi,brimob,dantom ntahlah gk kenal-kenal
aku.namanya awak ini orang bodoh-bodoh,adalah yang disuruhnya bacok baru difoto-fotonya.Ia udah nah kalok mau
kalian foto rupanya dantomnya itu.kalok yg polisi2 itu kutanyak lahir tahun berapa dek,lahir tahun 67 ia udhlah gk usah
nanyak-nanyak
ibuk mau
kerja nyelamatkan
yang sejengkal.terus datang lagi yang lain loreng-loreng akhirnya tak
kerja-kerja awak dibuatnya kutanyak mau ngapainsih kok datang datang aja,Ini buk kamipun diperintah,diperintah kok
mau sih namanya petani kalok gak bekerja beladang kayak mana mau nyelamatkan yang sejengkal ini.ia udahlah sai lalap
kalian nanyak-nanyak jadi gk kerja-kerja awak kalian buat,trus
pergi dia lagi ketempat yang lain.” Wawancara dengan wak Iyul tanggal 24 Mei 2014
Gerakan pedudukan lahan serta pembunuhan terhadap kelapa sawit yang dilakukan petani secara diam-diam dan berpura-pura tidak tahu atas matinya
kelapa sawit merujuk pada penelitian scout terhadap petani di Asia Tenggara adalah sebuah bentuk aksi perjuangan gaya Brechtian yakni senjata biasa yang
dimiliki dengan cara menghambat,berpura-pura,mencopet,pura-pura tidak tahu,memfitnah,pembakaran,sabotase dan berlangsung dalam setiap harinya
bahkan telah menjadi subkultur dalam gerakan petani.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Kaum Perempuan dalam Konflik Agraria