artikel Scott yang disunting oleh Prof. Sajogyo. Senjatanya Orang-Orang yang Kalah menjelaskan posisi dan perilaku politik kaum tani.
Sejak zaman kolonial, protes dan perlawanan kaum tani dipandang bukan sebagai gerakan terorganisir, melainkan sekedar pelampiasan kemarahan secara
destruktif dan membabi buta akibat eksploitasi yang kelewatan, misalnya pajak yang teramat tinggi. Namun pada kehidupan sehari-hari, kaum tani nampak
pasrah, nrimo dan tergantung pada alam. Tidak nampak revolusioner sama sekali. Penelitian Scott atas petani Asia Tenggara mematahkan mitos ini. Ia
membuktikan bahwa apa yang disebut sebagai ‗kepasrahan kaum tani‘ bukanlah benar-benar kepasrahan, melainkan aksi-aksi perlawanan anonim dalam diam
yang berlangsung saban harinya, yang bahkan telah menjadi suatu subkultur. Dari Scott diperoleh
analisa yang jenius tentang apa yang disebutnya ‗bentuk-bentuk perjuangan kelas gaya Brechtian‘ Brechtian modes of resistance, yakni senjata-
senjata biasa yang dimiliki kelompok-kelompok yang relatif tanpa kekuatan: menghambat, berpura-pura, mencopet, pura-pura tidak tahu, memfitnah,
pembakaran, sabotase,dan sebagainya dalam buku yang berjudul Perlawanan Kaum Tani 1993: 271.
2.8. Penelitian Terdahulu
Seperti yang dijelaskan sebelumnya pada BAB Pendahuluan, masalah konflik agraria merupakan sebuah masalah yang sukar untuk diselesaikan dengan
tidak menimbulkan ketimpangan antara dua kelompok dalam konflik tersebut. Rentetan konflik agraria di Indonesia memang telah dimulai sejak dulu dan telah
Universitas Sumatera Utara
menjadi sebuah konflik yang diwarisi mulai dari masa kolonial, Orde Lama, Orde Baru dan hingga saat ini.
Keberadaan konflik agraria sebagai sebuah wacana yang banyak diperbincangkan oleh kalangan masyarakat menimbulkan minat banyak peneliti
untuk mengetaui lebih jauh tentang permasalahan tersebut. Dalam hal ini, penelitian sebelumnya dilakukan oleh Tim LPTP Lembaga Pengembangan
Masyarakat Pedesaan Solo yang berjudul Agenda Perempuan dalam Gerakan Petani. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga tersebut membicarakan
perjuangan petani perempuan untuk menghadapi globalisasi. Lebih lanjut penelitian ini membahas tentang agenda gerakan petani perempuan untuk merebut
wacana globalisasi, perdagangan bebas, corporate farming, atapun keamanan dan kedaulatan pangan. Namun, dalam kehidupan mereka masih belum menyentuh
wacana gender sebagai mainstreming. Indikasi kuat dari penelitian ini menunjukkan absennya pertanyaan gender pada setiap gerakan petani perempuan
berakibat negatif bagi petani perempuan itu sendiri. Dengan kata lain, tanpa mempertimbangkan implikasi gender suatu perjuangan dan gerakan petani dalam
memperjuangan hak-hak petani akan melanggengkan ketidakadilan bagi petani perempuan.
Penderitaan yang dialami oleh petani perempuan akibat diskriminasi dan perlakuan tidak adil yang ditimbulkan akibat dari relasi gender dikalangan petani
sama seriusnya dengan yang dirasakan oleh petani perempuan ketika mereka merasakan akibat kejahatan dan kekerasan yang ditimbulkan oleh Neoliberalisme.
Oleh karena itu penelitian ini menekankan gerakan petani perlu membenahi diri untuk mendemokratisasikan relasi gender, terutama melakukan proses
Universitas Sumatera Utara
demokratisasi relasi gender di rumah tangga petani sebagai bagian yang tak terpisahkan dari gerakan untuk memberdayakan dan mencapai hak- hak petani
perempuan. Penelitian terdahulu selanjutnya dilakukan oleh Rizca Yunike yang
berjudul Gerakan Sosial Politik Omah Tani di Kabupaten Batang. Penelitian yang dilakukan oleh Rizca Yunike ini membahas tentang gerakan sosial yang dilakukan
Omah Tani yang merupakan sebuah organisasi pergerakan petani di Kabupaten Batang. Bentuk dari gerakan Omah Tani ini mempunyai tiga pola yaitu bentuk
yang pertama adalah dengan mengakomodir massa dengan jumlah yang besar atau yang dikenal dengan istilah aktivitas determinasi. Bentuk yang kedua adalah
melakukan upaya hukum dan audiensi baik dengan kepolisian, kejari dan juga anggota legislatif daerah. Dan bentuk yang terakhir yaitu dengan cara perebutan
kekuasaan. Lebih jauh, penelitian ini juga membahas tentang Pemikiran James Scott
dalam Moral Ekonomi Petani dan Senjata Kaum Tertindas sebagai referensi yang dapat digunakan dalam mengamati gerakan yang dilakukan petani terutama di
Asia Tenggara. Bagi James Scott, faktor yang menjadi penyebab timbulnya suatu gerakan khususnya perlawanan petani adalah adanya hubungan yang eksploitatif
yang dilakukan oleh penguasa, yang mengakibatkan kondisi ekonomi petani lemah. Dalam konteks gerakan petani yang dilakuakan oleh petani dalam Omah
Tani, eksploitasi yang terjadi lebih diakibatkan oleh adanya tekanan dari penguasa baik dalam bentuk negara dan pemilik modal yang diwujudkan dalam perusahaan
perkebunan negara seperti PTPN dan Perhutani, sedangkan pemilik modal adalah
Universitas Sumatera Utara
para perusahaan perkebunan besar yang menyewa dan bahkan menyerobot tanah milik desa atau tanah negara yang dimaksudkan agar dikelola oleh petani.
Konteks gerakan petani yang dialami oleh petani Omah Tani Batang dan kontenks yang dikemukakan Scott mengalami perubahan dimana petani mulai
berani untuk bergerak secara terang-terangan bahkan berpolitik untuk mendapatkan akses dan penyelesaian masalah yang dialami oleh para petani
tersebut. Meninggalkan kebiasaan perlawanan dalam diam petani dan berhadapan langsung dengan pihak berwenang bahkan mampu meyuarakan ketidak setujuan
terhadap peraturan yang dibuat oleh penguasan yang memberatkan kehidupan mereka. Dari penelitian yang dilakukan ini terdapat upaya nyata yang dilakukan
oleh Omah Tani dalam mempergunakan kesempatan politik yang ada untuk masuk dalam ranah struktural ditandai dengan adanya gerakan dan rencana politik
yang telah disiapkan melalui target gerak politik lokal. Runtutan rencana gerakan politik yang dilakukan oleh Omah Tani diawali dengan mencoba berkompetisi
melalui Pilkades. Dengan adanya kekuatan kekuasaan di tangan petani yang diwakilkan oleh Omah Tani sebagai kades setempat memberikan sedikit peluang
untuk mempersempit terjadinya eksploitasi dan perebutan lahan Jurnal Politik Muda Vol. 1 No. 1 Oktober-Desember 2012 Hal 23-34
Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Hasim Purba yang berjudul Reformasi Agraria dan Tanah Untuk Rakyat: Sengketa Petani vs Perkebunan,
membahas tentang sejumlah persoalan mendasar dalam bidang agraria pertanahan berupa konflik pertanahan yang berkepanjangan, struktur
penguasaan tanah yang timpang, aturan dan kebijakan pertanahan yang kacau dan
Universitas Sumatera Utara
kegagalan perwujudan dan cita-cita program pembangunan agraria nasional jurnal Law Review Volume X No. 2 - November 2010.
Penelitian Siti Rakhma Mary Herawati yang berjudul Petani Melawan Perkebunan: Perjuangan Agraria di Jawa Tengah memberikan banyak masukan
mengenai perjuangan petani dalam memperjuangkan hak mereka. Dalam penelitian yang dilakukan Siti ini, menunjukkan secara terang bahwa perkebunan
berkolaborasi dengan aparat keamanan, preman dan parat peradilan. Hal seperti ini merupakan tindakan dari perkebunan yang sering dijumpai dalam kasus yang
sama hampir di semua daerah. Terlepas dari hal itu, peran peradilan yang seharusnya berada di posisi netral pun tidak mampu menjadi sebuah tonggak
keadilan bagi masyarakat khususnya petani yang dalam Jurnal Bhumi No. 37 23 April 2013.
Dian Aries dkk melakukan penelitian tantang Dinamika Perjuangan Agraria Kontemporer di Indonesia dengan focus penelitian konflik Agraria di
Polongbangkeng Takalar. Penelitian ini merupakan monografi untuk mencari dinamika perjuangan agrarian yang menjurus kepada konflik agrarian petani
dengan pabrik gula di daerah tersebut. Yang mana dalam tulisan ini dijelaskan bagaimana terjadi konrol terhadap tanah yang menjadi akar konflik antara kedua
belah pihak tersebut. Selanjutnya sengketa lahan pertanian ini merebak hingga era reformasi. Pada bagian lain, diuraikan bagaimana strategi perjuangan petani dan
negoisasi yang dilakukan petani yang dianggap sebagai alternative penyelesaian konflik Hasil Penelitian Sistematis STPN 2012
Universitas Sumatera Utara
2.9. Defenisi Konsep 2.9.1. Peranan