konflik atau yang lebih dikenal dengan istilah konflik agraria terdapat pada artikel Ridha Wayuni dalam Teori Konflik dan Konflik Agraria 2013:1.
Lebih lanjut, James Scoutt yang di acu oleh Rizca Yunike 2012:27 mengemukakan pada konteks agraris yang rapuh dan eksploitatif, umumnya
merupakan produksi interaksi antara tiga kekuatan yaitu perubahan demografis, produksi untuk pasar dan pertumbuhan negara. Potensi eksploitatif dari tiga
kekuatan tersebut hanya dapat direalisasikan sepenuhnya di dalam konteks monopoli paksaan terhadap petani sebagai penggarap lahan pertanian
2.4. Teori Peranan
Peranan menurut Poerwadarminta adalah ―tindakan yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang dalam su atu peristiwa‖ 1995:751. Peranan adalah
tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang
atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
sedangkan menurut Soerjono Soekanto 2002: 243 pengertian peranan adalah aspek dinamis kedudukan status apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan. Scott et al. dalam Kanfer 1987: 197 menyebutkan lima aspek penting
dari peran, yaitu: 1.
Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan harapannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja task behavior – yaitu perilaku
yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu. 3.
Peran itu sulit dikendalikan – role clarity dan role ambiguity 4.
Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa perubahan perilaku utama.
5. Peran dan pekerjaan jobs itu tidaklah sama – seseorang yang melakukan
satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran. Maksud dari peran gender menurut Hubeis 2010:
―Peran gender menampilkan kesepakatan pandangan dalam masyarakat dan budaya tertentu perihal ketepatan dan kelaziman bertindak untuk seks
tertentu jenis kelamin tertentu dan masyarakat tertentu.
Sementara itu, lebih terperinci lagi, Mugniesyah yang diacu oleh Aini 2014 mengemukakan bahwa peranan gender adalah suatu perilaku yang
diajarkan dalam masyarakat, komunitas, dan kelompok sosial tertentu yang menjadikan aktivitas-aktivitas, tugas-tugas dan tanggung jawab tertentu
dipersepsikan umur, kelas, ras, etnik, agama dan lingkungan geografi, ekonomi dan sosial. Definisi ini menunjukkan bahwa peran gender disuatu wilayah akan
berneda dari peran gender lainnya sesuai dengan karakterisktik wilayahnya. Secara universal peran gender antara laki-laki dan perempuan diklasifikasikan ke
dalam tiga peran pokok, yaitu peran reproduktif domestik, peran produktif publik dan peran sosial masyarakat, Hubeis 2010:
Universitas Sumatera Utara
1 Peran Reproduktif domestik
Merupakan peran yang dilakukan seseorang untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumber daya insani SDI dan tugas
kerumahtanggaan. Tidak jarang kegiatan reproduktif ini tidak dianggap sebagai suatu pekerjaan yang konkret dan tidak diperhitungkan sebagai
kerja produktif yang menghasilkan pendapatan. 2
Peran Produktif Merupakan peran yang menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang
dan jasa perihal kebedaan tanggung jawab antara laki-laki dengan perempuan. Misalnya laki-laki identik melakukan pekerjaan yang berat
dengan menggunakan bantuan mesin, sedangkan perempuan melakukan pekerjaan yang ringan.
3 Peran Masyarakat sosial
Peran masyarakat terkait dengan kegiatan jasa partisipasi politik. Kegiatan jasa masyarakat banyak yang bersifat relawan dan biasanya dilakukan oleh
perempuan. Sedangkan kegiatan politik di masyarakat terkait dengan status dan kekuasaan seseorang, sehingga pada umumnya dilakukan oleh
laki-laki. Terdapat klasifikasi tiga peran gender Hubeis 2010: Peranan perempuan meliputi banyak hal, baik dalam rumah tangga, bidang
pertanian, perkebunan, dan gerakan-gerakan sosial. Wahyuni 2007 menyatakan bahwa keterlibatan perempuan dalam kegiatan pertanian tidak saja menjadi bagian
tersebesar dari tenaga kerja di sektor pertanian, tetapi perempuan juga memiliki pengetahuan dan keterampilan utama dalam kegiatan pekerjaan pertanian. Secara
tradisional perempuan memiliki keterampilan memilih benih padi yang baik dan
Universitas Sumatera Utara
menyimpannya untuk ditanam pada musim tanam berikutnya. Perempuan juga mampu memilih lahan yang cocok untuk budidaya pertanian. Mereka juga mampu
memilih tanaman yang cocok untuk pengobatan. Kemampuan tersebut dipelajari para perempuan untuk kebutuhan bertahan hidup keluarganya. Kodrat perempuan
sebagai yang melahirkan anak membuat perempuan menjadi produsen primer dan pekerja pemeliharaan. Peran perempuan diidentifikasi dengan alam dan
pemelihara kehidupan, sedangkan laki-laki identik dengan pengelola kebudayaan. Identifikasi ini mengakibatkan perempuan diberi peran di sektor domestik,
mengurus rumah tangga dan laki-laki dalam peran publik, mengurus berbagai hal yang berhubungan dengan sektor produksi.
Kemudian Sukesi 1995 menyatakan bahwa dalam perkebunan tebu rakyat, wanita menunjukkan peran kerja yang nyata, baik pekerjaan pengelolaan
maupun pekerjaan fisik. Keterampilan kerjanya tidak berbeda dengan pekerja pria, namun ruang geraknya dibatasi oleh nilai-nilai gender di rumah tangga dan di
perkebunan tebu. Curahan kerja wanita diperlukan terutama dalam kedudukan sebagai pekerja keluarga dan buruh tani. Di rumah tangga, wanita mendominasi
pekerjaan rumah tangga dan melakukan pekerjaan jasa bagi terlaksananya produksi tebu, namun kurang mendapat perhatian. Kekuasaan wanita nyata tetapi
sebatas rumah tangga dan pengelolaan tanaman pangan yang subsisten. Di sisi lain, perempuan juga berperan dalam gerakan petani. Hafid 2001
menyatakan bahwa masuknya perempuan dalam kelompok elit petani telah mendorong semangat perjuangan petani. Partisipasi kaum perempuan telah
mendorong petani untuk terjun dalam kancah perjuangan hak milik tanahnya. Dalam kasus tanah Jenggawah, terlihat bahwa perempuan juga ikut andil dalam
Universitas Sumatera Utara
proses pengambilan keputusan, dalam hal ini diidentikkan dengan menggunakan pertimbangan hati nurani. Sehingga komposisi antara laki-laki dan perempuan
akan melahirkan komposisi strategis yang harmonis. Perempuan juga berperan dalam mobilisasi massa dan dalam mengomunikasikan perjuangan-perjuangan
yang mereka lakukan kepada sesama perempuan lainnya. Selain itu, kehadiran perempuan juga memperkuat kesan bahwa persoalan menuntut hak oleh petani
Jenggawah bukan hanya persoalan kaum pria saja. Perjuangan tersebut tidak semata persoalan politis, tetapi sudah masuk pada persoalan keluarga dan urusan
perut anak-anaknya. Dari penjelasan kasus di atas, terlihat bahwa peranan perempuan pada
nyatanya sangat esensial dan beragam. Terlihat bahwa perempuan berperan dalam proses pengembangan pertanian, beperan dalam bidang perkebunan, gerakan-
gerakan petani dan gerakan-gerakan sosial. Peranan perempuan di berbagai bidang ini menggugat pemikiran-pemikiran pihak yang mengsubordinatkan
peranan perempuan.
2.5. Perempuan dalam Pembangunan