2.2.6. Regulasi Publikasi Laporan Keuangan
Menurut Undang-undang UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dinyatakan secara jelas bahwa perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan berkala dan laporan insidental lainnya kepada BAPEPAM. BAPEPAM melalui Keputusan Ketua Bapepam No. 80 tahun
1996, dengan peraturan nomor X.K.2, mengatur perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar modal untuk berkewajiban menyampaikan laporan
keuangan secara berkala tahunan dan tengah tahunan kepada BAPEPAM dan mempublikasikan kepada masyarakat luas melalui media massa
nasional. Kemudian untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi
kepada publik, diberlakukanlah ketentuan terbaru yang mengatur mekanisme pelaporan keuangan berkala dibentuk berdasarkan Kep-
17PM2002 oleh BAPEPAM. Pembaruan ini mengubah jangka waktu laporan keuangan tahunan
auditan yang semula paling lambat dalam 120 hari diubah menjadi selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga 90 hari setelah tanggal
laporan keuangan tahunan. Dalam Peraturan BAPEPAM ini menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan
dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM. Regulasi pelaporan keuangan secara berkala juga didukung oleh Direksi
PT Bursa Efek Jakarta melalui keputusan Nomor : Kep-551BEJ05-2003 tentang Pelaporan Anggota Bursa Efek. Inti dari keputusan ini adalah
mewajibkan setiap anggota Bursa Efek untuk menyampaikan laporan keuangan berkala ke Bursa.
2.2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu banyak faktor yang
mempengaruhi ketidakpatuhan dalam ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total
penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan
itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan
semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat.
Dyer dan Mc Hugh 1975, Carslaw dan Kaplan 1991 dan Owusu-Ansah 2000 dalam artikel Google 2009 menemukan bahwa
ukuran perusahaan secara signifikan mempunyai hubungan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ukuran proksi yang
mereka gunakan untuk variabel ukuran perusahaan ini adalah dengan total aset. Bukti empiris yang ada menunjukkan bahwa perusahaan yang
memiliki aset yang lebih besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil. Mereka
berargumen bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya aset yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi
dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan
masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik.
Hasil penelitian oleh Bandi dan Tri Hananto 2002 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi
memiliki hubungan positif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Begitu pula dengan hasil penelitian Na’im 1999
menunjukkan bahwa ukuran peusahaan diukur dengan total aset dan total penjualan tidak secara signifikan mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Made Gede 2008 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
signifikan, dan memiliki jenis hubungan negatif terhadap rentang waktu penyelesaian laporan keuangan auditan, dengan kata lain memiliki
hubungan negatif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.
2. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang dan
laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Semakin tinggi profitabilitas maka
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya
.
Penelitian Dyer dan Mc Hugh 1975 dalam artikel Google 2009 menunjukkan bahwa perusahaan yang memperoleh laba cenderung tepat
waktu menyampaikan laporan keuangannya dan sebaliknya jika mengalami rugi. Carslaw dan Kaplan 1991 dalam artikel Google 2009
menemukan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian meminta auditornya untuk menjadwalkan pengauditannya lebih lambat dari yang
seharusnya, akibatnya penyerahan laporan keuangannya terlambat. Kedua penelitian ini menyatakan bahwa perusahaan akan cenderung menunda
penyampaian laporan keuangan apabila perusahaan yakin terdapat berita buruk dalam laporan keuangan tersebut, karena berpengaruh pada kualitas
laba. Dari hasil penelitian Na’im 1999 menunjukkan bahwa profitabilitas secara signifikan mempengaruhi ketepatan pelaporan keuangan dan
memiliki hubungan yang negatif dengan keterlambatan penyampaian laporan keuangan.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan
perusahaan yang mengalami berita baik akan cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu. Hal ini juga berlaku jika profitabilitas
perusahaan rendah dimana hal ini mengandung berita buruk, sehingga perusahaan cenderung tidak tepat waktu menyerahkan laporan
keuangannya.
3. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi hutang lancar dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan. Secara
umum hutang lancar dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu hutang jangka pendek, hutang dagang, dan hutang akrual Accrued Liabilities
White, 2002:126 dalam Almilia dan Setiady, 2006. Sedangkan aktiva lancar perusahaan dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu kas dan setara
kas, sekuritas yang dapat diperdagangkan, piutang, persediaan dan biaya dibayar dimuka White, 2002:126 dalam Almilia dan Setiady, 2006.
Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu rasio yang membandingkan sumber-sumber kas dengan hutang lancar dan rasio yang
membandingkan arus kas dengan hutang lancar White, 2002:127 dalam Almilia dan Setiady, 2006.
Penelitian Suharli dan Rachpiliani 2006 dalam artikel Google 2009 memberikan bukti empiris bahwa likuiditas mempengaruhi
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan dan memiliki hubungan searah. Apabila perbandingan aktiva lancar dengan hutang
lancar semakin besar, ini berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan
dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Hasil penelitian Almilia dan Setiady 2006 menunjukkan bahwa likuiditas tidak memiliki
pengaruh terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan Lag. Logika teorinya adalah semakin besar rasio likuiditas, maka hal itu
menunjukkan kondisi yang baik dari suatu perusahaan.
4. Umur Perusahaan
Perusahaan pada dasarnya didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas panjang, tidak didirikan hanya untuk beberapa tahun saja Kieso
Weygandt, 2002:50. Owusu-Ansah 2000 dalam Laila dan Irawati 2006 mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki umur lebih tua
cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah
memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan akan dapat disajikan lebih tepat waktu.
Hasil penelitian oleh Rachmaf Saleh 2004 dalam Laila dan Irawati 2006 menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan, dan memiliki hubungan negatif terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan, dengan kata lain, memiliki
hubungan positif terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Hal ini tidak sesuai dengan logika teori yang diajukan oleh
Rachmaf Saleh 2004 dalam Laila dan Irawati 2006. Penelitian tersebut mengacu pada logika teori penelitian Rachmaf
Saleh 2004 dalam Laila dan Irawati 2006. Perusahaan yang telah
memiliki banyak pengalaman mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan pengolahan informasi dan cara mengatasinya, serta telah
merasakan perubahan-perubahan yang terjadi selama kegiatan operasinya, maka perusahaan cenderung memiliki fleksibilitas dalam menangani
perubahan yang akan terjadi. Hal tersebut membuat perusahaan mampu menyajikan laporan
keuangan lebih tepat waktu. Dengan demikian umur perusahaan dapat dikatakan memiliki hubungan negatif terhadap keterlambatan penyelesaian
penyajian laporan keuangan. Sedangkan hasil penelitian Laila dan Irawati 2006 menunjukkan bahwa umur perusahaan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap ketepatan waktu laporan keuangan.
5. Rasio Gearing
Rasio gearing merupakan salah satu rasio financial leverage. Leverage mengacu pada seberapa jauh suatu perusahaan bergantung pada
kreditor dalam membiayai aktiva perusahaan. Weston dan Copeland 1995 dalam Laila dan Irawati 2006 menyatakan bahwa rasio leverage
mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang.
Leverage keuangan dapat diartikan sebagai penggunaan aset dan sumber dana source of fund oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap
dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Suatu perusahaan yang memiliki leverage keuangan yang tinggi berarti
memiliki banyak hutang pada pihak luar. Ini berarti perusahaan tersebut
memiliki risiko keuangan yang tinggi karena mengalami kesulitan keuangan financial distress akibat hutang yang tinggi.
Penelitian Schwartz dan Soo 1996 dalam Na’im 1999 menunjukkan bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan
cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya dibanding perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan.
Kesulitan keuangan juga merupakan berita buruk bad news sehingga perusahaan dengan kondisi seperti ini cenderung tidak tepat waktu dalam
pelaporan keuangannya. Dari hasil penelitian Na’im 1999 beserta Laila dan Irawati 2006 menunjukkan bahwa rasio gearing tidak secara
signifikan mempengaruhi ketepatan waktu laporan keuangan.
2.2.8. Teori yang Membahas Pengaruh Antara Komponen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, Umur perusahaan, dan Rasio
Gearing Terhadap Ketepatan Waktu
Menurut SAK 2007:1.7 manfaat dari laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya.
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Dyer dan McHugh
1975:204 dalam Bandi 2002 menyimpulkan bahwa ketepatan waktu pelaporan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang
memadai. Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki
informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru.
Ketepatan waktu pelaporan keuangan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : a ukuran perusahaan yang besar akan
meningkatkan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan Rachmaf Saleh, 2004 dalam Almilia dan Setiady, 2006; b dengan profitabilitas
yang rendah maka perusahaan menjadi tidak mematuhi peraturan ketepatan waktu Na’im, 1999; c logika teorinya adalah semakin besar
rasio likuiditas, maka hal itu menunjukkan kondisi yang baik dari suatu perusahaan sehingga pelaporan keuangan menjadi tepat waktu Almilia
dan Setiady, 2006; d perusahaan dengan umur yang makin tua, cenderung lebih terampil dalam pembuatan laporan keuangan sehingga
tidak butuh waktu yang lama untuk penyampaian laporan keuangan Rachmaf Saleh, 2004 dalam Almilia dan Setiady, 2006; e dan
selanjutnya rasio gearing financial laverage yang tinggi mengindikasikan kesulitan keuangan bad news yang akan mempengaruhi
kondisi perusahaan di mata publik sehingga pelaporan keuangan menjadi tertunda Hendriksen dan Breda, 2002 dalam Laila dan Irawati, 2006.
Pelaporan keuangan menjadi bertambah penting bagi perusahaan, karena perusahaan menawarkan atau menjual sebagian sahamnya kepada
masyarakat umum. Oleh sebab itu harus dilaporkan tepat waktu. Pemilik perusahaan tidak lagi perorangan atau sekelompok orang, tetapi terdiri dari
para investor yang umumnya tidak mempunyai akses langsung kepada
sumber informasi, tetapi hanya semata-mata menyandarkan diri pada informasi dalam pelaporan keuangan yang disampaikan oleh manajemen.
Pengungkapan dalam pelaporan keuangan mempunyai arti penting dalam pengambilan keputusan investasi. Prof. Dr. Bambang Subroto, SE, Ak,
MM dalam artikel online Google berjudul Pengungkapan Pelaporan Keuangan: Sarana Menuju Keterbukaan Perusahaan Publik.
Melihat pentingnya kegunaan laporan keuangan maka di perlukan
suatu kepatuhan compliance theory terhadap regulasi yang berlaku
khususnya regulasi tentang ketepatan waktu pelaporan keuangan. Ahmadi Hadibroto Google, 2009 pernah mengingatkan betapa pentingnya
kepatuhan compliance theory dalam menerapkan standar akuntansi
secara keseluruhan, sebab kalau tidak, laporan keuangan yang dihasilkan akan menjadi sumber petaka
.
Faktor penyebab ketidakpatuhan adalah : kerumitan perhitungan, lemahnya penegakan hukum, inkonsistensi
standar, dan kehendak manajemen. ketepatan waktu pelaporan keuangan juga berhubungan dengan
signaling theory yang memberikan peluang untuk mengintegrasikan teori
interaktif dari manfaat sosial dan komunikasi simbolis dengan teori terkait tindakan dan adaptasi strategis individu Bird dan Smith, 2005 dalam
Made Gede, 2008. Teori ini dikembangkan dalam literatur ekonomi dan keuangan, yang secara eksplisit menjelaskan fakta bahwa inside
perusahaan manajer dan direktur secara umum memiliki informasi yang lebih baik mengenai kinerja perusahaan saat ini dan prospek mendatang
perusahaan, dibandingkan dengan outside investors. Pendekatan signaling theory bagi fenomena ini terjadi bilamana terdapat kekuatan pasar yang
dapat mempengaruhi perilaku manajemen dalam mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan keyakinan pasar terhadap nilai
perusahaannya. Ada kecenderungan bahwa manajemen memiliki informasi yang bersifat privat atas nilai perusahaan yang sebenarnya
Scott, 2000:412 dalam Made Gede, 2008. Perilaku manajemen perusahaan yang tepat waktu atau menunda publikasi laporan keuangan
merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan dianggap memiliki indikasi signal tertentu sehingga pasar cenderung bereaksi
Teori keagenan Agency theory merupakan basis teori yang
mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan
teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang prinsipal yaitu investor
dengan pihak yang menerima wewenang agensi yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract” Google,
2009. Hal ini memperlihatkan kepentingan investor kepada manajer yang menuntut hasil akhir berupa laporan keuangan yang tepat waktu agar dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan berinvestasi dan untuk mengetahui informasi lainnya terkait kepentingannya sebagai investor.
Perbedaan “kepentingan ekonomis” ini bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya informasi asimetri Kesenjangan
informasi antara Pemegang Saham Stakeholders dan organisasi Google, 2009. Ditegaskan oleh Watts 1992 dalam artikel Google
2009 bahwa hubungan agensi kaitannya dengan laporan keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepentingan pasar dan politik.
Bagi perusahaan, hendaknya mematuhi peraturan compliance theory-perspektif normatif dalam mengungkapkan informasi bagi pihak-
pihak pengguna atau pemakai sehingga tidak terjadi asimetri informasi
agency theory. Akuntabilitas dan transparansi setiap proses bisnis dalam
organisasi memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga pelanggaran yang dilakukan dapat diketahui dan diberikan sanksi tanpa
kompromi. pelanggaran tersebut harus diumumkan pada publik dan tindakan apa yang akan diambil untuk menciptakan kontrol agar tidak
terjadi “permainan” sehingga bisa lolos dari sanksi yang berat. Perusahaan yang terbukti melanggar harus mendapatkan sanksi sehingga dapat
menimbulkan efek “kapok” bagi perusahaan. Ada pun kontrol sosial yang efektif diterapkan dengan cara diberlakukannya aturan dan hukum formal
serta bentuk-bentuk sanksi yang resmi.
2.3. Kerangka Pikir