dan semakin menurun, hal itu dapat disebabkan oleh tingginya hutang yang dimiliki perusahaan yang tercermin dari tingkat leverage yang tinggi,
perusahaan dengan tingkat risiko dan leverage yang tinggi biasanya perusahaan yang baru berkembang atau bisa disebut perusahaan kecil,
semakin tinggi risiko dan leverage serta ukuran perusahaan kecil akan berpengaruh menurunkan harga saham Naimah dan Utama, 2006.
2.7. Kerangka pikir
Down Theory
Down Theory merupakan suatu teori yang dikemukakan oleh Charles Down pada tahun 1800-an, Down Theory adalah suatu teori mengenai
pergerakan saham yang menyediakan suatu dasar untuk analisis teknikal, dalam teori ini, menjelaskan bahwa pergerakan saham biasa dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu: 1.
Primary trend, yaitu pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang lama beberapa tahun.
2. Secondary intermediate trend, yaitu pergerakan harga saham yang terjadi
selama pergerakan harga saham primary trend. Pergerakan sekunder ini muncul sebagai pergerakan yang bersifat sebagai penyimpangan dari
pergerakan primer dan biasanya terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan.
3. Minor trend atau day-to-day move, merupakan fluktuasi harga saham yang
terjadi setiap hari.
Untuk dapat memahami alur berpikir dalam penelitian ini perlu adanya kerangka pikir yang jelas. Alur pemikiran selanjutnya adalah tentang pengaruh
Risiko perusahaan, Leverage, dan Ukuran perusahaan terhadap Harga saham. Premis 1:
Menurut Teori Down, Trend harga pasar saham dalam jangka panjang dapat diidentifikasi dengan berdasarkan pada data-data historis harga saham di
masa lalu Tandelilin, 2001: 252. Premis 2:
Menurut Kothari dan Zimmerman 1995 dalam Naimah 2008 menyatakan saham perusahaan yang berisiko rendah akan mempunyai ERC
koefisien respon laba yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang berisiko tinggi akan mempunyai ERC koefisien respon laba yang rendah.
Premis 3: Menurut Weston dan Brigham, 2001: 175 bahwa perusahaan yang
tumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang berukuran besar lebih mudah memperoleh pinjaman
dari pihak eksternal dibandingkan dengan perusahaan kecil. Premis 4:
Menurut Chaney dan Jater 1992 dalam Naimah dan Utama 2006 menemukan hubungan positif antara ERC koefisien respon laba dan ukuran
perusahaan. Informasi non-akuntansi yang tersedia pada perusahaan besar sepanjang tahun dapat digunakan oleh investor untuk menginterpretasikan
laporan keuangan dengan lebih baik
Gambar 2.8. Gambar Kerangka Pikir
Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan yang bersifat sementara dan harus diuji kebenarannya, yang kemungkinan bisa benar maupun tidak benar. Atas dasar
perumusan masalah maka hipotesis yang diajukan adalah : H1: Risiko Perusahaan, Leverage dan Ukuran Perusahaan berpengaruh
terhadap harga saham pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Risiko Perusahaan X1
Harga Saham Y Leverage
X2
Ukuran Perusahaan X3
Uji Analisis regresi linear berganda
34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat dan tiga variabel bebas. Variable terikat Y adalah Harga Saham dan variable bebas antara
lain Resiko Perusahaan RISK X
1
. Leverage LEV X
2
, dan Ukuran Perusahaan SIZE X
3
1. Variabel Dependen
. Adapun definisi operasional dan pengukuran variable dari masing-masing variable tersebut adalah sebagai berikut:
Harga Saham Y
Harga Saham digunakan dalam penelitian adalah harga saham penutupan pada akhir tahun pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di
PT. Bursa Efek Indonesia. Variable ini diukur dalam satuan rupiah dan skala data rasio. Rumus yang digunakan:
2. Variabel Independen
a. Risiko perusahaan RISK
it
X
1
Risiko perusahaan RISK
it
merupakan bagian dari risiko total yang disebabkan oleh faktor yang serentak mempengaruhi semua