BAB III HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PEMBERIAN
ASURANSI KREDIT
A. Perjanjian Pemberian Asuransi Kredit
Menurut ketentuan Pasal 255 KUHD, perjanjian pertanggungan harus dibuat secara tertulis didalam sebuah akta yang disebut polis. Polis ini sebagai alat
bukti tertulis bahwa telah terjadi pertanggungan antara penanggung dengan tertanggung. Di dalam polis tersebut disebutkan bahwa semua ketentuan dan
persyaratan tentang pertanggungan yang telah dibuat. Secara material, perjanjian asuransi atau perjanjian pertanggungan adalah
satu, apabila sudah dicapai kata sepakat diantara para pihak. Penanggung maupun tertanggung keduanya sudah sepakat atas semua syarat yang sudah disepakati
bersama. Jadi kata sepakat pada perjanjian asuransi atau perjanjian pertanggungan merupakan dasar atau landasan bagi ada atau tidaknya perjanjian asuransi. Oleh
karena itu, jangan sampai pula keterangan itu kemudian menimbulkan kesan bahwa polis itu tidak perlu lagi. Polis itu tetap mempunyai arti yang besar bagi
pihak tertanggung. Sebab polis itu merupakan bukti yang sempurna tentang apa yang mereka perjanjikan di dalam perjanjian pertanggungan itu. Tanpa polis maka
pembuktian akan menjadi sulit dan terbatas. Dalam hubungan hukun pertanggungan, penanggung menerima peralihan
risiko dari tertanggung dan tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Apabila premi tidak dibayar, pertanggungan dapat diputuskan, atau
setidak-tidaknya pertanggungan itu tidak berjalan. Sebagai suatu perjanjian timbal balik, perjanjian pertanggungan bersifat konsensual, artinya sejak terjadinya kata
sepakat, timbullah hak dan kewajiban diantara para pihak. Tetapi pertanggungan itu berjalan. Jika premi belum dibayar, pertanggungan tidak berjalan. Karena itu
premi perlu dilunasi pada saat pertanggungan itu diadakan atau pada saat bahaya mulai berjalan.
Pada pertanggungan yang diadakan untuk jangka waktu tertentu atau untuk suatu perjalanan, premi dibayar lebih dahulu pada saat bahaya mulai berjalan.
Tetapi pada pertanggungan yang diadakan untuk jangka waktu yang panjang, pembayaran premi dapat ditentukan secara periodik, misalnya tiap bulan dan
pembayaran dilakukan pada permulaan tiap periodik. Besarnya jumlah premi yang harus dibayar oleh tertanggung ditentukan
dengan suatu prosentase dari jumlah yang dipertanggungkan berdasarkan penilaian risiko yang dipikul oleh penanggung. Dalam praktiknya, penerapan
besarnya jumlah premi itu diperjanjikan oleh pihak-pihak secara layak dan dicantumkan di dalam polis. Premi yang telah dibayar oleh tertanggung kepada
penanggung itu dapat dituntut pengembaliannya oleh tertanggung, baik untuk seluruhnya maupun sebagian, apabila pertanggungan baik itu untuk seluruhnya
atau sebagian gugur atau menjadi batal, sedangkan tertanggung telah bertindak dengan itikad baik te goeder trouw, in good faith. Premi yang harus dibayar
kembali oleh penanggung itu disebut “premi restorno” Pasal 281 KUHD. Hanya saja pada premi restorno ini ditekankan kepada syarat bahwa penanggung tidak
menghadapi bahaya. Kandungan polis atau isi polis itu antara lain adalah :
1. Deklarasi Deklarasi merupakan pernyataan yang dibuat oleh tertanggung , sumber informasi
mengenai resiko, dasar pengeluaran polis serta penentuan besarnya premi. Deklarasi antara lain memuat; identitas tertanggungpenanggung, nilai
pertanggungan, ketentuan mengenai obyek pertanggungan serta masa pertanggungan. Informasi mengenai hal tersebut diperoleh baik secara lisan
maupun secara tertulis dalam form aplikasi permohonan penutupan asuransi yang ditandatangani calon tertanggung.
2. Pasal Pertanggungan Pasal pertanggungan selanjutnya disebut klasula, merupakan bagian terpenting
dari suatu polis, karena dari klausula tersebut dapat dilihat ketentuan tentang resiko yang ditanggung dalam perjanjian. Dengan demikian tanggung jawab
penanggung dalam hal terjadinya penggantian terhadap resiko yang terjadi dapat diketahui oleh tertanggung.
3. Pengecualian Setiap polis dalam perjanjian asuransi akan memuat bagian yang mengatur secara
tegas ketentuan mengenai pengecualian. Tertanggung oleh karenanya harus tahu apa saja yang dikecualikan dalam penutupan perjanjian asuransi itu.
4. Kondisi Kondisi yang dimaksud di dalam polis adalah tentang rincian tugas masing-
masing pihak sehubungan dengan penutupan asuransi. Mengingat bahwa perjanjian asuransi merupakan kontrak bersyarat, maka ada keharusan dari
tertanggung untuk memahami kondisi-kondisi tertentu dan tidak mengharapkan
penanggung akan memenuhi kewajibannya menurut kontrak jika ia tidak memenuhi kondisi yang diharuskan dalam perjanjian. Kondisi sebagaimana
diuraikan tersebut diantaranya adalah menyangkut pembayaran premi atau pertanggungan-pertanggungan lainnya.
Perjanjian asuransi itu biasanya berbentuk perjanjian baku. Pemerintah Indonesia secara resmi melalui Undang-undang No. 8 Tahun 1999 menggunakan
istilah perjanjian baku sebagaimana dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 10 Undang-undang Perlindungan Konsumen. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa
klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
yang dituangkan dalam suatu dokumen danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.
Arti dan perjanjian standar itu perjanjian yang hampir seluruh klausula- klausula dibakukan oleh pemakainya dan pihak lain pada dasarnya tidak
mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan. Adapun yang belum dibakukan adalah beberapa hal lainnya yang sifatnya sangat spesifik dari
obyek yang diperjanjikan. Dengan demikian perjanjian standar adalah perjanjian yang ditetapkan secara sepihak oleh produsenpelaku usahapenjual yang
mengandung ketentuan yang berlaku umum massal sehingga pihak konsumen hanya mempunyai 2 pilihan saja yaitu menyetujui
atau menolaknya. Adapun implikasi penggunaan perjanjian baku pada hukum perjanjian
yaitu :
1. Kebebasan mengadakan perjanjian. Kebebasan ini dapat dimaknai dengan mengabstraksikan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa
semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang. Kata semua dapat dimaknai sebagai kata yang menunjukkan bahwa semua
orang dapat mewujudkan kehendaknya secara nyata untuk mengikatkan dirinya dalam suatu bentuk perjanjian. Oleh karena kebebasan diberikan
kepada setiap orang sebagai para pihak dalam perjanjian yang dibuatnya maka asas ini sering juga disebut dengan asas party otonom. Namun kini dalam
prakteknya makna kebebasan berkontrak dalam perjanjian baku itu sendiri sudah dibatasi karena tidak ada lagi kebebasan untuk menetapkan bentuk
perjanjian, kebebasan untuk menetapkan isi perjanjian, kebebasan untuk menetapkan cara membuat perjanjian dan yang tinggal hanya kebebasan untuk
membuat atau tidak membuat perjanjian dan kebebasan untuk memilih dengan siapa akan membuat perjanjian.
2. Konsensualisme
Konsensualisme yang diabstraksi melalui Pasal 1320 ayat 1 KUHPerdata mengandung arti bahwa kata sepakat itu dimaknai sebagai saat yang sangat
menentukan lahirnya perjanjian diantara para pihak. Dalam perjanjian baku asas ini harus mendapatkan penegasan mengenai apa yang sesungguhnya
disepakati oleh para pihak. Bilamana dapat diterima mengenai asas freedom of entrance di
atas maka yang perlu disepakati oleh para pihak adalah : adanya kehendak untuk menutup suatu perjanjian baku; adanya para pihak
yang menutup perjanjian itu sendiri. Dari lima kebebasan yang terdapat dalam
asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian hanya 2 kebebasan yang ternyata adalah dalam perjanjian baku yaitu kebebasan untuk membuat
perjanjian ataupun tidak membuat perjanjian dan kebebasan untuk memilih dengan siapa akan ditutupnya perjanjian tersebut.
Dalam perjanjian baku mengenai kebebasan untuk menetapkan bentuk perjanjian, kebebasan untuk menetapkan isi perjanjian dan kebebasan untuk
menetapkan cara membuat perjanjian, sesungguhnya para pihak tidak ada menyepakati secara bebas.
Dengan demikian dalam perjanjian baku ketiga hal tersebut disepakati secara terpaksa oleh salah satu dari para pihak terutama oleh para pihak yang
posisi tawarnya lemah. Dalam hukum perjanjian pada umumnya demikian pula dalam ketentuan yang terdapat dalam KUHPerdata, kesepakatan dianggap tidak
ada bila ternyata sepakat itu lahir karena khilaf dwaling, adanya penipuan bedrog dan paksaan dwang. Khilaf itu dapat terjadi terhadap hal-hal pokok
yang diperjanjikan, sifat penting obyek perjanjian dan orang dengan siapa dibuat perjanjian. Penipuan bila salah satu pihak dengan sengaja memberi keterangan
palsu disertai tipu muslihat agar pihak lawan memberikan persetujuannya. Paksaan terjadi bila salah satu pihak menyetujui perjanjian karena diancam atau
ditakuti secara psikis atau rohaniah. Dalam perjanjian baku terdapat keterpaksaan sehingga secara yuridis materiil perjanjian tersebut tidak memenuhi unsur
kesepakatan. Dengan demikian sepanjang perjanjian itu tidak dimintakan pembatalannya maka perjanjian baku yang mengandung unsur keterpaksaan
tersebut secara yuridis formal masih berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat diantara para pihak.
Dari uraian di atas dapat pula dilihat bahwa asas konsensualisme dianggap eksis dalam perjanjian baku selama tidak dimintakan pembatalannya oleh para
pihak terhadap perjanjian baku tersebut. Perjanjian asuransi terjadi seketika setelah tercapai kesepakatan antara
tertanggung dan penanggung, hak dan kewajiban timbal balik timbul sejak saat itu bahkan sebelum polis ditandatangani, sesuai Pasal 257 ayat 1 KUHD. Asuransi
tersebut harus secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis Pasal 255 KUHD. Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan
bahwa asuransi telah terjadi Pasal 258 1 KUHD. Tetapi jika terjadi setelah asuransi belum sempat dibuat polisnya, atau
walaupun sudah dibuatkan polisnya tetapi belum ditanda tangani, atau walapun sudah ditandatangani tapi belum diserahkan kepada tertanggung. Dalam keadaan
ini sulit membuktikan bahwa telah terjadi asuransi karena pembuktiannya harus secara tertulis berupa akta yang disebut Polis.
Untuk mengatasi kesulitan itu, Pasal 257 KUHD memberi ketegasan, walaupun belum dibuatkan polis, asuransi sudah terjadi sejak tercapai kesepakatan
antara tertangung dan penanggung jadi perjanjian asuransi tetap bersifat konsensual walaupun kemudian harus dibuat secara tertulis dalam bentuk polis,
hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung timbul sejak terjadi kesepakatan. Bank sebagai pemberi kredit, memikul resiko atas setiap kredit yang
direalisir. Bank akan menderita kerugian bila kredit yang telah diberikan kepada
nasabah tidak diperoleh kembali dari nasabah sesuai dengan rencana pengembalian kredit.
Kepentingan bank atas kredit yang diberikannya kepada nasabah perlu dilindungi dengan cara menutup asuransi kredit pada perusahaan asuransi,
contohnya PT. Jasindo Cabang Medan. Dalam hal ini, antara PT. Jasindo Cabang Medan dengan bank dibuat Perjanjian Asuransi Kredit PAK. Di dalam PAK
diatur hubungan pertanggungan antara PT. Jasindo Cabang Medan sebagai penanggung dan bank pemberi kredit sebagai tertanggung. Dalam PAK ini pulalah
ditentukan dan dicantumkan hak dan kewajiban para pihak, yaitu PT. Jasindo Cabang Medan selaku Penanggung dan bank pemberi kredit, dalam hal ini BTN
sebagai Tertanggung. Asuransi kredit adalah suatu bentuk pertanggungan asuransi yang tersedia
untuk kedua individu dan bisnis. Cakupan memberikan perlindungan dalam hal pemegang kebijakan diberikan tidak dapat membayar hutang karena setiap
kejadian yang tercakup dalam hal kebijakan. Faktor umum yang dapat memohon ketentuan yang terkandung dalam polis asuransi kredit termasuk kehilangan
pekerjaan, kematian pihak tertanggung, atau kecelakaan yang menonaktifkan pemegang polis.
Perlindungan terhadap kerugian yang disediakan oleh asuransi kredit bermanfaat bagi debitur baik dan pemberi pinjaman. Bagi debitur, ada ketenangan
pikiran bahwa setiap hutang yang saat ini beredar akan diselesaikan. Pada saat yang sama, pemberi pinjaman terjamin untuk menerima pembayaran secara penuh
bahkan jika debitur harus mati.
Dalam situasi bisnis, asuransi kredit dapat memberikan perlindungan terhadap masalah utama dengan piutang. Dalam hal bahwa klien masuk ke dalam
kebangkrutan dan account yang belum dibayar item piutang memenuhi syarat- syarat asuransi kredit, pihak tertanggung dapat mencari penanggung pemulihan
melalui pihak ketiga. Tingkat perlindungan dengan asuransi kredit terkait akan bervariasi. Seringkali, ada batas untuk jumlah pertanggungan yang dapat
diperoleh dari asuransi kredit. Ini biasanya harus dilakukan dengan peraturan yang berlaku di negara yurisdiksi.
Penting untuk dicatat bahwa asuransi kredit umumnya hanya mencakup utang yang belum dibayar saat ini. Ini berarti bahwa setiap utang yang sudah
menunggak pada saat pengajuan mungkin tidak memenuhi persyaratan untuk cakupan. Pada saat yang sama, setiap utang yang timbul setelah pengajuan jarang
tercakup dalam ketentuan polis. Banyak pemberi pinjaman menawarkan pilihan untuk mengambil asuransi
kredit dan biaya bundling ke dalam pembayaran angsuran bulanan. Dalam beberapa yurisdiksi, pemberi pinjaman diwajibkan oleh hukum untuk
menawarkan pertanggungan asuransi kredit pada saat pinjaman tersebut telah diperpanjang. Namun, peminjam tidak perlu diharuskan membeli asuransi yang
ditawarkan oleh pemberi pinjaman.
B. Pihak-Pihak yang Terlibat di dalam Suatu Asuransi Kredit