Penyebab Kredit Macet pada Kredit Usaha Kecil

Tertanggung melakukan penipuan atau kecurangan, misalnya dengan tidak membayar premi yang telah diperjanjikan. Tertanggung membatalkan asuransi kredit secara sepihak dengan tidak melanjutkan membayar premi seperti diperjanjikan. 4. Apabila sampai periode pertanggungan berakhir tidak terjadi risiko, maka premi yang telah dibayarkan kepada PT. Jasindo Cabang Medan merupakan hak Penanggung dan menjadi profit perusahaan asuransi tersebut. Apabila Tertanggung, dalam hal ini Bank BTN cabang Medan, hendak mempertanggungkan perjanjian kredit lainnya, maka pihak Bank BTN mengajukan permohonan asuransi kredit yang baru kepada PT. Jasindo Cabang Medan.

B. Penyebab Kredit Macet pada Kredit Usaha Kecil

Dana pinjaman atau kredit yang disalurkan bank lebih banyak bersumber dari dana simpanan nasabah pada bank. Laba yang diperoleh bank merupakan selisih dari pemberian suku bunga simpanan dengan pembebanan suku bunga kredit kredit setelah dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank, seperti biaya operasional, gaji karyawan dan biaya-biaya lainnya. Namun pada kenyataannya tidak semua kredit yang diberikan itu memberi keuntungan atau laba pada bank. Hal ini disebabkan dimana kredit yang telah diberikan bank menjadi macet. Kredit macet ini merupakan beban bagi bank karena akan mempengaruhi kelangsungan usaha dan tingkat kesehatan bank. Semakin besar jumlah persentase kredit macet pada bank maka semakin menyulitkan bank tersebut dalam menjalankan usahanya. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan kredit menjadi macet, secara garis besar dapat dibedakan berikut ini. 57 Debitur saat mengajukan kredit menutup-nutupi kebobrokan keuangan perusahaannya dan hanya mengharapkan dana segar dari bank, atau debitur memberikan data keuangan palsu atau berbagai tindakan-tindakan lainnya. Sebagai salah satu contoh yaitu seorang calon debitur yang bergerak dalam bidang pembangunan dan penjualan rumah ruko property, mengadakan penjualan ruko dengan pura-pura fiktif atau jual beli yang direkayasa dengan modus bekerja sama dengan seorang pihak lain yang bertindak seolah-olah sebagai pembeli. Oleh pembeli ini memohon fasilitas kredit pemilikan rumah ruko pada bank dan pihak bank menyetujui pemohonan kredit dimaksud. Sebenarnya kredit yang dimohon oleh debitur baru tersebut adalah untuk kepentingan developer tadi yang digunakan untuk menutupi kewajiban- kewajibannya, dan tentu dalam hal ini debitur baru tersebut akan mendapat imbalan balas jasa dari developer. Kredit juga bisa menjadi macet karena kesalahan debitur di dalam mengelola keuangannya seperti terlalu banyak berinvestasi, terlalu terburu-buru dalam melakukan ekspansi usaha, atau dalam usaha perdagangan terlalu banyak menimbun stok barang tanpa memperhitungkan kelancaran perputaran barang dagangannya. Hal ini bisa 1. Faktor dari debitur 57 Iman Mulyana, Mencegah Kredit Bermasalah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hal. 35. menyebabkan modal yang diberikan bank mengendap pada pembelian barang tersebut, sementara pendistribusian atau permintaan pasar berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Tentu saja dengan kondisi seperti ini tidak akan menguntungkan pengusaha dan akhirnya menyebabkan ketidakmampuan mengembalikan pinjaman pada bank. Demikian juga kredit macet pada jenis kredit konsumsi atau consumer loan bisa terjadi karena adanya pemutusan hubungan kerja kepada karyawan, sehingga gaji ataupun sumber pembayaran pinjaman kepada bank sudah tidak ada lagi. 2. Faktor dari kreditur Berbagai ketentuan perundang-undangan yang menjadi koridor bagi bank dalam melakukan kegiatan usaha penyaluran dana. Seperti ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit atau BMPK, rasio pemberian kredit dilihat dari nilai jaminan yang diberikan dan berbagai aturan lainnya. Namun kadang kala petugas dan pengambil keputusan pemberian kredit tidak memperhatikan hal tersebut, dimana untuk mengejar target, bank sangat agresif untuk menyalurkan dananya tanpa mempertimbangkan faktor risiko yang dapat muncul sewaktu-waktu. Dalam hal pengambilan keputusan pemberian kredit juga bisa menjadi penyebab kredit mejadi bermasalah seperti karena pemilik perusahaan terlalu ikut campur tangan dalam pemberian kredit. Biasanya dalam hal ini pengurus perusahaan mendapat tekanan dari pemilik untuk memberi persetujuan terhadap kredit yang diajukan calon debitur, dengan mengabaikan aturan-aturan yang ada. Hal lain yang bisa terjadi juga karena adanya itikad tidak baik dari pejabat atau karyawan dalam bank sendiri, yang dengan sengaja melakukan hal-hal yang bisa merugikan bank seperti menerima suap, korupsi, kolusi dan lain- lain. Penatausahaan dokumen kredit yang tidak baik serta tidak dilakukannya pemantauan atas setiap kredit yang diberikan kepada debitur, juga bisa menyebabkan kredit menjadi bermasalah. Dari uraian di atas, bahwa setiap kredit diberikan sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang ada, dan tetap dilakukan monitor dalam penggunaannya. Pola kerjasama antara kreditur dan debitur dalam pengelolaan dana pinjaman hendaknya dibina sebaik mungkin guna memudahkan pihak bank dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya kredit macet. Selain hal di atas berikut ini dapat dilihat penyebab-penyebab kredit bermasalah dari sisi kreditur. Menurut Siswanto Sutojo, ada dua puluh faktor intern bank penyebab kredit bermasalah, yaitu : 58 a. Taksasi nilai jaminan yang lebih tinggi dari nilai sebenarnya. b. Penarikan dana kredit oleh debitur sebelum dokumentasi kredit diselesaikan. c. Kredit diberikan tanpa pendapat dan saran dari komite kredit atau diusulkan oleh petugas bank yang mempunyai hubungan persahabatan dengan debitur. d. Kredit diberikan kepada perusahaan baru yang dikelola pengusaha yang belum berpengalaman. 58 Siswanto Sutojo, The Management of Commercial Bank, Cetakan kesatu, Jakarta:Damar Mulia Pustaka, 2007, hal 77. e. Penambahan kredit tanpa jaminan yang cukup. f. Berulangkali bank menigirimkan surat teguran tentang penunggakan pembayaran bunga, tanpa tindakan lanjutan yang berarti. g. Bank jarang mengadakan analisis cash flows dan daya cicil debitur. h. Account officer tidak sering meneliti status kredit. i. Tidak ada usaha bank untuk mengawasi penggunaan kredit, sehingga timbul kemungkinan debitur menggunakannya secara tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian kredit. j. Komunikasi antara bank dengan debitur tidak berjalan lancar. k. Tidak ada rencana dan jadwal pembayaran kembali kredit yang tegas, atau tidak dilampirkan pada perjanjian kredit. l. Bank tidak dapat menerima neraca dan daftar labarugi debitur secara teratur. m. Tidak dapat merealisir jaminan kredit karena debitur mengajukan berbagai macam argumen yuridis. n. Bank gagal menerapkan sistem dan prosedur tertulis mereka. o. Pimpinan puncak bank terlalu dominan dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit. p. Bank mengabaikan terjadinya cerukan, walaupun sadar bahwa cerukan adalah salah satu tanda terganggunya kondisi keuangan debitur. q. Bank tidak berhasil meninjau kondisi fasilitas produksi milik debitur. r. Daftar keuangan dan dokumen pendukung ayng diserahkan kepada bank, telah direkayasa sebelumnya, tidak diaudit atau diverifikasi. s. Bank tidak memperhatikan laporan dari pihak ketiga yang bernada kurang mengutungkan debitur. t. Bank tidak berhasil menguasai jaminan secepatnya, ketika mereka mencium tanda- tanda bahwa kredit yang diberikan berkembang ke arah kredit bermasalah. 3. Faktor Dari Luar Debitor dan Kreditor Ekstern Kredit macet bisa terjadi karena faktor diluar dari pihak debitur maupun kreditur. Faktor eksternal ini misalnya karena terjadinya krisis moneter, kerusuhan massal, terjadinya bencana seperti gempa bumi, banjir, kebakaran dan kejadian- kejadian lainnya. Pengaruh kondisi ekonomi global juga bisa berdampak terhadap perputaran perekonomian dalam negeri, seperti naiknya harga minyak dunia yang berimbas kepada mandeknya kegiatan usaha para pengusaha sehingga keadaan perekonomian menjadi lesu karena menurunnya daya beli masyarakat atau konsumen. 59 Dalam kegiatan perbankan, jarang sekali suatu kredit macet disebabkan oleh karena faktor dari pihak kreditur. Namun jika hal ini terjadi, sebenarnya Kejadian-kejadian di atas secara langsung berpengaruh terhadap kelangsungan usaha debitur. Suatu perusahaan industri misalnya akan menurun produksinya apabila permintaan atas hasil produksi berkurang. Dengan penurunan omset berarti juga penurunan terhadap profit perusahaan. Akibatnya, kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran kewajibannya pada bank berkurang atau tidak mampu sama sekali dan kredit menjadi macet. 59 Asuransi Kredit, http:www.insurancemaking.comcredit-insurance204-what-credit- insurance.html?language=id diakses tanggal 10 Maret 2011 debitur dapat menuntut pihak bank yang melakukan wanprestasi. Yang lebih banyak terjadi adalah kredit menjadi macet disebabkan oleh faktor yang datangnya dari diri debitur. Selain itu bisa juga terjadi karena faktor diluar para pihak. Namun dalam praktik jika hal ini terjadi, pihak bank tetap menuntut agar debitur memenuhi kewajibannya, apakah itu dengan cara pelunasan melalui pembayaran atau pelunasan dengan cara menjual agunan kredit. Terjadinya kredit macet yang dilakukan oleh debitur yang mayoritas menggunakan fasilitas KUR mikro sebagai modal kerja ini dari hasil wawancara dan pengamatan penulis dapat disimpulkan dikarenakan berbagai faktor, yaitu : 60 a. Kurang telitinya mantri dalam melakukan survey atau peninjauan dan menganalisis kredit 1. Faktor yang datang dari nasabah debitur a. Usaha yang dijalankan debitur mengalami kemunduran b. Sikap dari debitur sendiri yang kurang kooperatif c. Adanya prioritas lain yang mendesak menyebabkan debitur menunggak melakukan pembayaran. 2. Faktor yang datang dari pihak kreditur b. Pengawasan kredit yang kurang Oleh karena kredit usaha rakyat merupakan program pemerintah dan merupakan kerjasama antara bank pelaksana dengan perusahaan penjaminan maka langkah yang diambil oleh BTN Cabang Medan dalam hal terjadi kredit macet adalah mengajukan klaim kepada PT. Jasindo dan Perusahaan Sarana 60 Asuransi Kredit, http:primaagency.blogspot.com200905asuransi-kredit.html, diakses tanggal 10 Maret 2011 Pengembangan Usaha sebagai pihak penjamin dari Pemerintah untuk penjaminan sebesar 70 dari plafon, sedangkan 30 nya ditutup oleh BTN Cabang Medan. Bagi pihak BTN Cabang Medan kewajiban yang dimilikinya merupakan hak yang harus diterima oleh debiturnya, begitu pula sebaliknya.

C. Peranan Asuransi Kredit dalam Menanggulangi Kredit Macet pada