Dasar Hukum Asuransi Kredit

BAB II PENGATURAN HUKUM ASURANSI KREDIT TERHADAP USAHA KECIL

A. Dasar Hukum Asuransi Kredit

Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance, yang dalam bahasa Indonesia telah menjadi bahasa populer dan diadopsi dalam kamus besar bahasa Indonesia dengan padanan kata ‘pertanggungan’. John M. Echols dan Hassan Shadilly memaknai kata insurance dengan a asuransi, dan b jaminan. Dalam bahasa Belanda biasa disebut dengan istilah assurantie asuransi dan verzekering pertanggungan. Sedangkan asuransi dalam dunia Islam biasa dikenal dengan istilah takaful, ta’min, atau tadhamun. 26 Asuransi merupakan suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil sedikit yang sudah pasti sebagai pengganti atau subtitusi kerugian-kerugian yang besar yang belum pasti. 27 Asuransi secara umum merupakan perjanjian antara penanggung perusahaan asuransi dengan tertanggung peserta asuransi, dengan menerima premi dari tertanggung peserta, penanggung perusahaan berjanji akan membayar sejumlah pertanggungan ketika tertanggung mengalami kerugian, kerusakan dan kehilangan akan barang dan lainnya, dengan tertanggung 26 Hasbullah Thabrany. Asuransi di Indonesia. Depok : Pusat Kajian Ekonomi FKMUI, 2001, hal. 23. 27 Freddy Harris, Nasabah dalam Asuransi, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi, Cetakan ke enam, Jakarta, 2000, hal. 21 membayar premi sebanyak yang ditentukan penanggung setiap bulannya. Keberadaan asuransi di tengah-tengah masyarakat sangatlah dibutuhkan, melihat perkembangan hidup pada masyarakat yang sangat kompleks, khususnya dalam perekonomian yang sangat urgen dalam mengarungi kehidupan dalam rangka pensejahteraan umat. 28 28 Adrian Hasymi. Pengantar Asuransi, Edisi Pertama, Jakarta: Rajawali, 1993, hal. 21. Perusahaan asuransi sebagai perusahaan jasa, pada satu sisi menjual jasa kepada pelanggan, sedangkan pada sisi lain, perusahaan asuransi adalah sebagai investor dari tabungan masyarakat kepada investasi yang produktif. Secara umum memang dapat disebutkan bahwa asuransi dan lembaga asuransi itu merupakan lembaga ekonomi yaitu suatu lembaga peralihan risiko. Risiko diartikan pula sebagai kerugian yang tidak pasti uncertainty of financial loss didalamnya terdapat dua unsur yaitu : ketidakpastian dan kerugian. Karena besarnya risiko ini dapat diukur dengan nilai barang yang mengalami peristiwa diluar kesalahan pemiliknya, maka risiko dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi kerugian dalam bentuk pembayaran klaim asuransi. Pengalihan risiko ini diimbangi dalam bentuk pembayaran premi kepada perusahaan asuransi kerugian penanggung setiap bulan atau tahun, tergantung pada perjanjian yang tertuang dalam polis. Manfaat peralihan risiko inilah yang diperoleh konsumen tertanggung. Perusahaan asuransi memiliki spesialisasi dalam hal penjaminan kredit spesial guarantee sehingga kalau sampai jatuh ke tangan swasta baik lokal maupun asing diperkirakan akan berdampak terhadap perekonomian terutama Usaha kecil. Dalam membicarakan dasar hukum pemberian asuransi kredit maka tidak terlepas dari dasar hukum mengenai asuransi itu sendiri. Bidang hukum yang pokok yang menjadi dasar hukum asuransi adalah KUHPerdata khususnya buku III tentang perjanjian. Hal ini dikarenakan pemberian asuransi tidak dapat melepaskan diri dari aspek hukum perikatanperjanjian, yaitu adanya dua pihak yang saling mengikatnya dirinya yakni pihak bank sebagai penerima kredit. Pengaturan hukum terhadap asuransi dalam KUHPerdata terdapat dalam Pasal 1774 mengenai perjanjian untung-untungan, yang salah satunya adalah perjanjian pertanggungan. Pasal ini mengatur bahwa mengenai perjanjian pertanggungan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. 29 Dalam KUHD asuransi diatur dalam pasal 246 hingga pasal 308. Pasal 246-286 berisi tentang asuransi atau pertanggungan pada umumnya. Menurut pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti. Pasal 287-308 berisi tentang asuransi atau pertanggungan terhadap bahaya-bahaya kebakaran, terhadap bahaya-bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipaneni, dan tentang pertanggungan jiwa. 30 29 R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 2004, hal. 455. Adapun pasal-pasal mengenai asuransi atau pertanggungan pada umumnya berlaku pula pada asuransi kredit. 30 KUHD Buku I, http:www.djpp.depkumham.go.idincbuka.php? diakses pada tanggal 10 Februari 2011 Selain itu, pengaturan mengenai asuransi terdapat pula diluar KUHPerdata dan KUHD, antara lain UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan peraturan pelaksanaannya yaitu PP No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. 31 Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 1992 menyatakan bahwa Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti. 32 Sementara pasal 1 angka 1 PP No. 73 Tahun 1992 menyatakan bahwa Perusahaan Asuransi adalah Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Asuransi Jiwa, 33 Adapun pengaturan mengenai asuransi kredit secara lebih eksplisit terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No. 124PMK.0102008 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Lini Usaha Asuransi Kredit dan Suretyship. Pasal 1 angka 2 PMK tersebut menyatakan bahwa asuransi kredit adalah lini usaha asuransi umum yang memberikan jaminan pemenuhan kewajiban finansial penerima kredit apabila penerima kredit tidak mampu memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian kredit. 34 31 Dasar Asuransi, http:www.bataviapakuan.compage30529dasar-asuransi.html, diakses pada tanggal 10 Februari 2011 32 UU 021992, http:www.kejati-jakarta.go.iduseruploadsuu1300758510.pdf,, diakses pada tanggal 8 Maret 2011 33 PP 731992, http:www.sjdih.depkeu.go.idfullText199273tahun1992PP.htm, diakses pada tanggal 5 Maret 2011 34 Bisnis dan Investasi, http:www.hukumonline.comklinikdetail, diakses pad tanggal 9 Februari 2011 Asuransi kredit credit insurance pada mulanya lebih dikenal dalam lingkungan asuransi jiwa dalam bentuk perlindungan kepada kreditur terhadap risiko macetnya pelunasan sisa pinjaman akibat meninggalnya debitur. Asuransi ini dikenal pula dengan istilah credit life insurance asuransi jiwa kredit dan berdasarkan UU No. 2 tahun 1992, jenis bisnis asuransi yang terkait dengan hidup meninggalnya seseorang harus ditangani oleh perusahaan asuransi jiwa dan bukan oleh asuransi kerugian general insurer. Asuransi kredit berkaitan erat dengan penjaminan kredit credit guarantee. Istilah penjaminan guarantee harus dibedakan dengan asuransi insurance karena karakteristik bisnis diantara keduanya berbeda. Pada asuransi hanya ada 2 dua pihak yang terlibat yaitu penanggung dan tertanggung, sedangkan dalam penjaminan terdapat 3 tiga pihak yaitu obligee, principal, dan bank atau surety company. Perbedaan yang lain antara asuransi dan penjaminan adalah bahwa dalam asuransi, risiko yang dihadapi adalah berupa accidental risk dan lebih bersifat pada risiko-risiko natural seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, dan lain-lain, sedangkan dalam penjaminan, risiko yang dihadapi lebih banyak bersifat moral risk misalnya ketidakmampuan membayar cicilan pinjaman dari debitur kepada kreditur kredit macet. Dengan demikian, tujuan utama dari asuransi adalah memberikan ganti rugi kepada tertanggung apabila terjadi musibah dari luar, sedangkan tujuan dari penjaminan adalah untuk memenuhi kebutuhan bonafiditas penerima pinjaman. Penjaminan kredit sebagai salah satu produk financial guarantee, adalah jenis jaminan yang dikeluarkan oleh lembaga penjamin, baik bank atau asuransi, untuk kepentingan obligee apabila principal melakukan wanprestasi. Biasanya jika memakai jasa bank, pihak principal harus menyediakan collateral atau jaminan, baik berupa barang bergerak atau tidak bergerak. Sementara jika ingin menggunakan jasa asuransi, pihak principal biasanya tidak perlu menyediakan collateral namun cukup menandatangani perjanjian ganti rugi kepada surety company general agreement of indemnity to surety. Bentuk inilah yang lebih dikenal sebagai suretyship. Jadi antara bank guarantee dan surety bond hampir sama. Keduanya bertujuan untuk memberikan jaminan terhadap pekerjaan principal kepada obligee. Biasanya dalam bank guarantee, pencairan jaminan dapat dilakukan atas permintaan obligee tanpa harus menunggu pembuktian kegagalan pada pihak principal. Sementara dalam surety bond, klaim hanya dapat dicairkan apabila terbukti bahwa principal telah melakukan kegagalan atau wanprestasi. Asuransi Penjaminan Kredit Credit Guarantee Insurance pada dasarnya adalah bentuk gabungan dari asuransi kredit dan penjaminan kredit dimana jenis asuransi ini mengcover ketidak mampuan debitur dalam melunasi sisa pinjaman kepada kreditur sebagai akibat dari risiko-risiko : 1 meninggal dunia; 2 wanprestasi. Mekanisme asuransi berjalan pada saat terjadi meninggalnya debitur, sedangkan penjaminan akan berperan pada saat terjadi klaim non meninggal dunia. 35 35 Antara Asuransi Kredit dan Penjamin, http:metablog-dj.blogspot.com201002 diakses tanggal 17 Maret 2011

B. Pemberian Kredit Usaha Kecil