Strategi Penetapan Tarif Langkah-langkah Penetapan Tarif

2.10.4. Strategi Penetapan Tarif

Dasar strategi penetapan tarif adalah antara lain: a. Berorientasi kepada biaya Penetapan tarif biasanya dilakukan berdasarkan biaya ditambah mark-up yaitu dilebihkan dari biaya yang dikeluarkan. Strategi ini banyak digunakan karena sifatnya lebih pasti daripada berdasarkan kebutuhan Gani, 1992a. Penetapan tarif dengan cara ini dianggap wajar oleh konsumen dan persaingan. b. Berorientasi kepada kebutuhan Penetapan tarif lebih menekankan kebutuhan dari pada biaya dan harga ditetapkan berdasarkan preferensi pasien terhadap produk tersebut. Bentuk strategi ini adalah diskriminasi harga tetap produk, atau waktu layanan. Untuk melaksanakan strategi ini, perlu diidentifikasi segmen pasar yang sensitif terhadap perubahan harga. Masalahnya dalam pelayanan kesehatan dengan mekanisme pembayaran out-of-pocket, walaupun terjadi perubahan harga, prioritas utama adalah pada aspek kuratifnya dan persepsi bahwa mutu simetris dengan harga. Ada uang ada pelayanan berkualitas. c. Berorientasi kepada pesaing Penetapan tarif ini tidak berorientasi pada biaya ataupun permintaan-permintaan, tetapi menetapkan tarif apakah di atas, di bawah atau dengan tarif pesaing. Bentuk strategi adalah dengan menghitung rata-rata antarpesaing average rate imitative pricing. Hal ini disebabkan kesulitan dalam menghitung biaya satuan Universitas Sumatera Utara atau kecenderungan pembagian pasar antarpesaing untuk mendapatkan penghasilan yang adil. d. Berdasarkan pembayaran maksimal Penetapan tarif ini dilakukan berdasarkan batas atas yang mampu dibayar pihak ketiga. Sebenarnya cara ini merupakan bentuk penyimpangan dari penetapan tarif berdasarkan permintaan dan seringkali mencerminkan keinginan prodiver untuk mendapatkan penghasilan lebih banyak secara sepihak Trisnantoro, 1994.

2.10.5. Langkah-langkah Penetapan Tarif

Dalam penetapan tarif rumah sakit mungkin tidak selalu dapat melakukan analisis biaya dengan satu metode tertentu, karena perlu berbagai faktor atau modifikasi yang memerlukan judgement tersendiri. Di bawah ini akan diuraikan langkah-langkah penentuan tersebut: a. Tahap analisis biaya satuan unit cost Setiap produk layanan baik yang homogen dan produk heterogen perlu dianalisis besaran biaya satuannya. Produk layanan rumah sakit ada dua jenis yaitu produk layanan homogen dan produk layanan heterogen. Untuk produk layanan yang homogen dapat dihitung langsung besarannya dengan memperhatikan total biaya, kapasitas, dan output layanan. Sedangkan untuk produk layanan yang heterogen dilakukan penghitungan dan pembobotan Relative Value Unit RVU. Untuk hemodialisis yang homogen, tidak perlu dilakukan perhitungan RVU. Universitas Sumatera Utara Analisis biaya ini menghasilkan daftar biaya satuan untuk berbagai produk rumah sakit. Pada rumah sakit yang mendapatkan subsidi, maka produk-produk yang mendapatkan subsidi tersebut nilai biaya satuan pelayanan perlu dikurangi dengan elemen biaya yang disubsidi Shuver et al, 1995. b. Perkiraan posisi pendapatan impas break even dengan biaya satuan tanpa subsidi silang. Kondisi ini dikenal sebagai kondisi impas jika keadaan posisi di mana pendapatan menyamai biaya. Perhitungan jumlah pendapatan diawali dengan perkiraan tingkat utilisasi untuk masa mendatang, berdasarkan tingkat utilisasi pada tahun- tahun sebelumnya. Angka-angka tersebut dikalikan dengan tarif yang nilainya sama dengan biaya satuan. Hasilnya adalah pendapatan per tahun yang akan dihasilkan setiap unit produktif revenue centres atau jumlah total pendapatan tanpa subsidi kemudian dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. c. Penentuan tingkat pendapatan yang diinginkan Tahap berikutnya rumah sakit dapat menentukan jumlah pendapatan yang perlu diperoleh untuk tahun mendatang, agar dapat memberi insentif tenaga medis, insentif tenaga penunjang, mendanai biaya perbaikan dan pemeliharaan fisik pelayanan dan sebagainya. Untuk itu, disusun dulu distribusi biaya menurut masing-masing unit produksi, dengan mempertimbangkan proyeksi utilisasi pelayanan dari setiap unit yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara d. Alternatif tarif dengan subsidi dan tingkat yang diinginkan Dari hasil tahap ketiga tersebut barulah dapat ditentukan tarif di masing-masing unit. Besar tarif adalah berdasarkan biaya satuan, ditambah rata-rata beban jasa medis + dana insentif + dana lainnya dibagi perkiraan jumlah pelayanan di tahun mendatang. Pada tahap ini sudah dapat dilakukan subsidi silang dan dapat dilihat pengaruh tingkat utilisasi terhadap besarnya beban dana tambahan. Bila suatu unit produksi utilitasnya rendah maka besar dana tambahan harus tinggi, sehingga perhitungan tarif menjadi melambung. e. Tarif dengan pertimbangan kemampuan membayar Setelah tahap keempat dilakukan akan diperolah daftar tarif sementara. Selanjutnya dilakukan analisis kemungkinan tingkat utilitas yang akan terjadi bila tarif sementara tersebut diberlakukan. Secara teoritis peningkatan tarif akan menurunkan demand, tetapi untuk pelayanan rumah sakit, apalagi yang bersifat emergency, tingkat utilitas diperkirakan bersifat inelastis terhadap perubahan tarif Gani, 1992a.

2.11. Landasan Teori