pelayanan kesehatan. Adanya pengertian yang seperti ini jelas tidak sesuai. Karena dalam pengertian seluruh biaya tersebut, telah termasuk harga barang, dan untuk
Indonesia misalnya obat-obatan, yang memang pengelolaan sering dilakukan terpisah dengan pengelolaan sarana pelayanan kesehatan.
Namun terlepas dari adanya perbedaan pengertian, peranan tarif dalam pelayanan kesehatan memang amat penting. Untuk dapat menjamin kesinambungan
pelayanan, setiap sarana kesehatan harus dapat menetapkan besarnya tarif yang dapat menjamin total yang lebih besar dari pengeluarannya.
Sesungguhnya pada saat ini sebagai akibat dari mulai berkurangnya pihak- pihak yang mau menyumbang dana pada pelayanan kesehatan misal Rumah Sakit,
maka sumber keuangan utama kebanyakan sarana kesehatan hanyalah dari pendapatan saja. Untuk ini jelaslah bahwa kecermatan menetapkan besarnya tarif
memegang peranan yang amat penting. Apabila tarif tersebut terlalu rendah dapat menyebabkan total pendapatan income yang rendah pula, yang apabila ternyata juga
lebih rendah dari total pengeluaran expenses, pasti menimbulkan kerugian dan sebagai akibatnya akan menimbulkan kesulitan keuangan Azwar, 1988.
2.10.2. Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan
Secara umum pengertian kebutuhan demand adalah jumlah suatu komoditi yang mau dan mampu dibeli oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
tertentu Gani, 1992b. Kebutuhan terhadap suatu komoditi tertentu dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah harga komoditi, tingkat pendapatan dan faktor
Universitas Sumatera Utara
faktor, antara lain seperti ada tidaknya komoditi pengganti substitutive goods dan selera atau preferensi pasien.
Untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, faktor harga tarif biasanya dinyatakan dengan konsep elastisitas kebutuhan yang tidak berlaku secara murni,
karena: a.
Pasien umumnya tidak tahu tentang jenis pelayanan apa yang diperoleh dari rumah sakit dan berapa banyak yang diperlukan consumer ignorance.
b. Banyak orang berobat ke rumah sakit sebagai pasien rujukan, di sini pengambil
keputusan adalah pihak ketiga yaitu provider tenaga kesehatan. c.
Biasanya orang berobat ke rumah sakit adalah karena penyakitnya memang tidak dapat diatasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan primer seperti Puskesmas atau
Poliklinik.
2.10.3. Tujuan Penetapan Tarif
Dalam pelayanan jasa kesehatan di rumah sakit terdapat kompensasi biaya, berupa nilai jasa pelayanan atau tarif. Berdasarkan nilai tarif tersebut, rumah sakit
bersedia memberikan jasa pelayanannya kepada pasien. Tarif dapat ditetapkan dengan berbagai tujuan, antara lain:
a. Peningkatan pemulihan biaya cost recovery. Terutama untuk rumah sakit yang
berorientasi non profit di mana subsidi semakin lama semakin berkurang, dan mulai berupaya untuk menswadanisasikan pelayanannya. Untuk dapat menutupi
biaya yang dikeluarkan pada tingkat cost recovery yang diharapkan, tarif rumah sakit harus dihitung berdasarkan analisis biaya satuan Depkes RI, 1992.
Universitas Sumatera Utara
b. Subsidi silang cross subsidy
Penetapan tarif juga bertujuan untuk keseimbangan pemanfaatan pelayanan bagi masyarakat ekonomi atas, dasar pemanfaatan kelas, atau pelayanan profit dan non
profit dapat dilakukan dalam 2 bentuk: 1.
Subsidi silang dalam rumah sakit. 2.
Subsidi silang di luar rumah sakit berupa pelayanan oleh perusahaan asuransi atau perusahaan pengguna jasa kesehatan rumah sakit.
Dalam pelayanan rumah sakit, aplikasi konsep subsidized seperti pada rumah sakit pemerintah ini menyebabkan tarif rumah sakit dapat ditekan Gani, 1996a.
c. Maksimal pemanfaatan pelayanan
Untuk memaksimalkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, tidak jarang rumah sakit melakukan penekanan tarif serendah mungkin, terutama ditekan tarif
pelayanan yang mempunyai biaya tetap yang kecil. Kondisi yang ingin dicapai minimal adalah total biaya sama dengan pendapatan total. Pada keadaan di mana
rumah sakit memiliki tingkat hunian yang rendah, tarif juga ditekan serendah mungkin. Seringkali kondisi ini menimbulkan persepsi bahwa harga murah
identik dengan mutu rendah Depkes RI, 1992; Thabrany, 1996. d.
Maksimalkan pendapatan Penetapan tarif yang memaksimalkan pendapatan sehingga lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan, akan menghasilkan surplus. Total biaya yang jauh terlampaui akan berdampak baik untuk menutupi biaya tetap. Maksimalisasi pendapatan juga
bisa merupakan minimalisasi subsidi. Misalnya pada keadaan pasar yang dikuasai
Universitas Sumatera Utara
satu rumah sakit monopoli, tanpa kehadiran pesaing, serta suasana kebutuhan yang tinggi, maka tarif dapat dipasang pada level yang setinggi-tingginya. Pada
akhirnya rumah sakit memperoleh surplus maksimal LPPM, 1996. Bila diharapkan akan labasisa hasil usaha yang maksimal, penetapan tarif ini dapat
direkonstruksi berdasarkan tingkat permintaan yang tentunya terkait langsung dengan besarnya biaya produksi. Biasanya penetapan tarif ini dibuat secara
teoritis dengan menyusun model persamaan matematika Trisnantoro, 1994. e.
Mengurangi pesaing Penetapan tarif dapat dilakukan dengan tujuan mengurangi pembangunan rumah
sakit baru yang akan menjadi pesaing. Rumah sakit yang sudah terlebih dahulu beroperasi menyusun strategi sedemikian rupa agar tarif tidak dapat disamai oleh
rumah sakit baru Trisnantoro, 1994. f.
Menciptakan corporate image Tarif dapat ditetapkan dengan tujuan meningkatkan citra sebagai rumah sakit
untuk golongan masyarakat kelas atas yang berkenan seolah-olah berlomba untuk mendapatkan citra rumah sakit paling mewah.
Kotler dan Clarke mengemukakan tujuan penetapan tarif juga berkaitan dengan pemasaran yakni dengan maksud publisitas yang dilakukan rumah sakitnya
Kotler, 1987. Bila ada unit yang dipublikasikan, maka penetapan tarif disesuaikan dengan persepsi pasien yang menjadi pangsanya berdasarkan nilai
publisitasnya. Oleh karenanya dalam penetapan tarif unit yang dipublikasikan
Universitas Sumatera Utara
harganya lebih rendah dari pada yang tidak dipublikasikan, tetapi memang rumah sakit tidak mengharapkan pendapatan yang tinggi, tetapi memang sesungguhnya
untuk penciptaan image rumah sakit tersebut dalam pelayanan kesehatan. g.
Market Skimming Penetapan tarif ini bertujuan untuk meraih volume besar. Biasanya dipasang tarif
tinggi pada permulaan, kemudian perlahan-lahan diturunkan. Persyaratan untuk dapat dilaksanakannya market skimming hádala:
1. Pasar sangat price sensitive, atau pasien cukup sensitif terhadap harga.
2. Biaya produksi dan distribusi tidak bervariasi besar, sehingga tarif dapat
ditekan ketingkat yang terjangkau pasien dalam volume besar. Kemungkinan pesaing masuk dalam waktu singkat sangat kecil sebab adanya
hambatan-hambatan yang cukup besar seperti perlunya hak paten, investasi yang besar, adanya kontrol kualitas pelayanan, serta biaya promosi. Dengan harga
terendah, diharapkan penetrasi menjadi lebih mudah. Persyaratan dapat dilaksanakannya siasat penetrasi pasar ini adalah:
1. Pasar sangat price sentive, atau pasien cukup sensitif terhadap harga.
2. Biaya produksi dan distribusi turun dengan cepat bilamana produksi
dinaikkan atau volume bertambah LPPM, 1996.
Universitas Sumatera Utara
2.10.4. Strategi Penetapan Tarif