2.7. Biaya Kesempatan
Biaya  kesempatan  adalah  biaya  yang  terjadi  dari  suatu  kesempatan  yang hilang  akibat  melakukan  suatu  pilihan  kegiatan.  Setiap  pilihan  yag  diambil  akan
membawa  resiko  biaya  untuk  tidak  menikmati  pilihan  lain  yang  tidak  diambil. Dengan  kata  lain,  biaya  kesempatan  adalah  biaya  yang  timbul  akibat  pengabaian
terhadap pilihan-pilihan yang tidak diambil. Konsep  biaya  kesempatan  biasanya  dipakai  dalam  kaitan  menghitung  nilai
investasi  suatu  usaha.  Misalnya  di  rumah  sakit  ada  sejumlah  dana  yang  akan digunakan  apakah  untuk  membeli  stetoskop  atau  membeli  tensimeter.  Jika  dana
tersebut  diinvestasikan  untuk  membeli  stetoskop,  maka  ada  kesempatan  yang  hilang yaitu  tidak  bisa  menggunakan  tensimeter.  Sebaliknya  bila  dana  tersebut  digunakan
untuk  membeli  tensimeter  maka  ada  kesempatan  yang  hilang  yaitu  tidak  bisa menggunakan stetoskop.
2.8. Biaya Penyusutan Depreciation Cost
Biaya  penyusutan  adalah  biaya  yang  timbul  akibat  terjadinya  pengurangan nilai  barang  investasi  aset  sebagai  akibat  penggunaannya  dalam  proses  produksi.
Setiap  barang  investasi  yang  dipakai  dalam  proses  produksi  akan  mengalami penyusutan  nilai,  baik  karena  makin  usang  atau  karena  mengalami  kerusakan  fisik.
Nilai  penyusutan  dari  barang  investasi  seperti  gedung,  kendaraan,  peralatan  disebut biaya penyusutan.
Universitas Sumatera Utara
Ada  beberapa  metode  yang  dipakai  untuk  menghitung  penyusutan  yaitu metode garis lurus straight line, metode saldo menurun declining balance, jumlah
angka-angka  tahun  sum  of  the  years  digit  dan  metode  unit  produksi  unit  of production.  Salah  satu  metode  yang  paling  umum  digunakan  adalah  penyusutan
menurut  metode  garis  lurus  di  mana  jumlah  historis  yang  sama  dikurangi  setiap tahun.
2.9. Pusat Biaya Cost Center dalam Pelayanan Kesehatan
2.9.1. Pengertian Pusat Biaya
Pusat  biaya  adalah  unit-unit  yang  ada  dalam  sistem  pelayanan  kesehatan bersangkutan di mana biaya dipakai. Semua unit di mana kegiatan spesifik dilakukan
dapat disebut pusat biaya. Ada  pusat  biaya  tertentu  yang  sekaligus  merupakan  unit  di  mana  disebut
sebagai  pusat  pendapatan.  Unit  dapur  dan  rawat  jalan  di  sebuah  rumah  sakit  adalah pusat biaya. Dalam hal ini rawat jalan tersebut sekaligus juga berfungsi sebagai pusat
pendapatan revenue center. Secara umum pusat biaya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pusat produksi yaitu unit di mana output rumah sakit dihasilkan berupa pelayanan
kesehatan. b.
Pusat bagi penunjang yaitu yang berfungsi menunjang unit-unit produksi.
Universitas Sumatera Utara
2.9.2. Pusat Biaya Sistem Rumah Sakit
Dalam  sistem  rumah  sakit  pusat  produksi  terdiri  dari  unit-unit  yang menghasilkan pelayanan sebagai berikut:
a. Rawat inap.
b. Rawat jalan.
c. Tindakan diagnostic.
d. Tindakan medis pengobatan antara lain Unit Hemodialisis.
Sedangkan pusat biaya penunjang meliputi: a.
Unit-unit administrasi dan manajemen. b.
Unit-unit pemeliharaan. c.
Unit penunjang khusus seperti laundry.
2.10. Tarif Pelayanan
2.10.1. Pengertian Tarif Pelayanan Kesehatan
Sekalipun  tarif  dan  harga  menunjuk  pada  besarnya  biaya  yang  harus dikeluarkan  konsumen,  namun  pengertian  tarif  tidaklah  sama  dengan  harga  Gani,
1992b. Tarif ternyata lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh jasa pelayanan, sedangkan pengertian harga lebih terkait pada besarnya
biaya  yang  dikeluarkan  untuk  memperoleh  barang.  Sekalipun  perbedaan  antara  tarif dengan  harga  cukup  jelas,  namun  bagi  kebanyakan  anggota  masyarakat,  perbedaan
yang seperti ini sulit untuk dimengerti oleh masyarakat pemakai jasa kesehatan, tarif diartikan  sama  dengan  seluruh  biaya  yang  harus  dikeluarkan  untuk  memperoleh
Universitas Sumatera Utara
pelayanan  kesehatan.  Adanya  pengertian  yang  seperti  ini  jelas  tidak  sesuai.  Karena dalam  pengertian  seluruh  biaya  tersebut,  telah  termasuk  harga  barang,  dan  untuk
Indonesia misalnya obat-obatan, yang memang pengelolaan sering dilakukan terpisah dengan pengelolaan sarana pelayanan kesehatan.
Namun  terlepas  dari  adanya  perbedaan  pengertian,  peranan  tarif  dalam pelayanan  kesehatan  memang  amat  penting.  Untuk  dapat  menjamin  kesinambungan
pelayanan, setiap sarana kesehatan harus dapat menetapkan besarnya tarif yang dapat menjamin total yang lebih besar dari pengeluarannya.
Sesungguhnya  pada  saat  ini  sebagai  akibat  dari  mulai  berkurangnya  pihak- pihak  yang  mau  menyumbang  dana  pada  pelayanan  kesehatan  misal  Rumah  Sakit,
maka  sumber  keuangan  utama  kebanyakan  sarana  kesehatan  hanyalah  dari pendapatan  saja.  Untuk  ini  jelaslah  bahwa  kecermatan  menetapkan  besarnya  tarif
memegang  peranan  yang  amat  penting.  Apabila  tarif  tersebut  terlalu  rendah  dapat menyebabkan total pendapatan income yang rendah pula, yang apabila ternyata juga
lebih  rendah  dari  total  pengeluaran  expenses,  pasti  menimbulkan  kerugian  dan sebagai akibatnya akan menimbulkan kesulitan keuangan Azwar, 1988.
2.10.2. Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan
Secara  umum  pengertian  kebutuhan  demand  adalah  jumlah  suatu  komoditi yang  mau  dan  mampu  dibeli  oleh  seseorang  atau  kelompok  orang  dalam  suatu
tertentu Gani, 1992b. Kebutuhan terhadap suatu komoditi tertentu dipengaruhi oleh banyak  faktor,  antara  lain  adalah  harga  komoditi,  tingkat  pendapatan  dan  faktor
Universitas Sumatera Utara
faktor,  antara  lain  seperti  ada  tidaknya  komoditi  pengganti  substitutive  goods  dan selera atau preferensi pasien.
Untuk  pelayanan  kesehatan  di  rumah  sakit,  faktor  harga  tarif  biasanya dinyatakan  dengan  konsep  elastisitas  kebutuhan  yang  tidak  berlaku  secara  murni,
karena: a.
Pasien  umumnya  tidak  tahu  tentang  jenis  pelayanan  apa  yang  diperoleh  dari rumah sakit dan berapa banyak yang diperlukan consumer ignorance.
b. Banyak  orang  berobat  ke  rumah  sakit  sebagai  pasien  rujukan,  di  sini  pengambil
keputusan adalah pihak ketiga yaitu provider tenaga kesehatan. c.
Biasanya orang berobat ke rumah sakit adalah karena penyakitnya memang tidak dapat  diatasi  oleh  fasilitas  pelayanan  kesehatan  primer  seperti  Puskesmas  atau
Poliklinik.
2.10.3. Tujuan Penetapan Tarif
Dalam  pelayanan  jasa  kesehatan  di  rumah  sakit  terdapat  kompensasi  biaya, berupa  nilai  jasa  pelayanan  atau  tarif.  Berdasarkan  nilai  tarif  tersebut,  rumah  sakit
bersedia memberikan jasa pelayanannya kepada pasien. Tarif dapat ditetapkan dengan berbagai tujuan, antara lain:
a. Peningkatan  pemulihan  biaya  cost  recovery.  Terutama  untuk  rumah  sakit  yang
berorientasi  non  profit  di  mana  subsidi  semakin  lama  semakin  berkurang,  dan mulai  berupaya  untuk  menswadanisasikan  pelayanannya.  Untuk  dapat  menutupi
biaya  yang  dikeluarkan  pada  tingkat  cost  recovery  yang  diharapkan,  tarif  rumah sakit harus dihitung berdasarkan analisis biaya satuan Depkes RI, 1992.
Universitas Sumatera Utara
b. Subsidi silang cross subsidy
Penetapan  tarif  juga  bertujuan  untuk  keseimbangan  pemanfaatan  pelayanan  bagi masyarakat ekonomi atas, dasar pemanfaatan kelas, atau pelayanan profit dan non
profit dapat dilakukan dalam 2 bentuk: 1.
Subsidi silang dalam rumah sakit. 2.
Subsidi silang di luar rumah sakit berupa pelayanan oleh perusahaan asuransi atau perusahaan pengguna jasa kesehatan rumah sakit.
Dalam  pelayanan  rumah  sakit,  aplikasi  konsep  subsidized  seperti  pada  rumah sakit pemerintah ini menyebabkan tarif rumah sakit dapat ditekan Gani, 1996a.
c. Maksimal pemanfaatan pelayanan
Untuk  memaksimalkan  pemanfaatan  pelayanan  kesehatan,  tidak  jarang  rumah sakit  melakukan  penekanan  tarif  serendah  mungkin,  terutama  ditekan  tarif
pelayanan  yang  mempunyai  biaya  tetap  yang  kecil.  Kondisi  yang  ingin  dicapai minimal adalah total biaya sama dengan pendapatan total. Pada keadaan di mana
rumah  sakit  memiliki  tingkat  hunian  yang  rendah,  tarif  juga  ditekan  serendah mungkin.  Seringkali  kondisi  ini  menimbulkan  persepsi  bahwa  harga  murah
identik dengan mutu rendah Depkes RI, 1992; Thabrany, 1996. d.
Maksimalkan pendapatan Penetapan tarif yang memaksimalkan pendapatan sehingga lebih besar dari biaya
yang  dikeluarkan,  akan  menghasilkan  surplus.  Total  biaya  yang  jauh  terlampaui akan berdampak baik untuk menutupi biaya tetap. Maksimalisasi pendapatan juga
bisa merupakan minimalisasi subsidi. Misalnya pada keadaan pasar yang dikuasai
Universitas Sumatera Utara
satu  rumah  sakit  monopoli,  tanpa  kehadiran  pesaing,  serta  suasana  kebutuhan yang  tinggi,  maka  tarif  dapat  dipasang  pada  level  yang  setinggi-tingginya.  Pada
akhirnya  rumah  sakit  memperoleh  surplus  maksimal  LPPM,  1996.  Bila diharapkan  akan  labasisa  hasil  usaha  yang  maksimal,  penetapan  tarif  ini  dapat
direkonstruksi  berdasarkan  tingkat  permintaan  yang  tentunya  terkait  langsung dengan  besarnya  biaya  produksi.  Biasanya  penetapan  tarif  ini  dibuat  secara
teoritis dengan menyusun model persamaan matematika Trisnantoro, 1994. e.
Mengurangi pesaing Penetapan  tarif  dapat  dilakukan  dengan  tujuan  mengurangi  pembangunan  rumah
sakit  baru  yang  akan  menjadi  pesaing.  Rumah  sakit  yang  sudah  terlebih  dahulu beroperasi menyusun strategi sedemikian rupa agar tarif tidak dapat disamai oleh
rumah sakit baru Trisnantoro, 1994. f.
Menciptakan corporate image Tarif  dapat  ditetapkan  dengan  tujuan  meningkatkan  citra  sebagai  rumah  sakit
untuk golongan masyarakat kelas atas yang berkenan seolah-olah berlomba untuk mendapatkan citra rumah sakit paling mewah.
Kotler  dan  Clarke  mengemukakan  tujuan  penetapan  tarif  juga  berkaitan  dengan pemasaran  yakni  dengan  maksud  publisitas  yang  dilakukan  rumah  sakitnya
Kotler,  1987.  Bila  ada  unit  yang  dipublikasikan,  maka  penetapan  tarif disesuaikan  dengan  persepsi  pasien  yang  menjadi  pangsanya  berdasarkan  nilai
publisitasnya.  Oleh  karenanya  dalam  penetapan  tarif  unit  yang  dipublikasikan
Universitas Sumatera Utara
harganya lebih rendah dari pada yang tidak dipublikasikan, tetapi memang rumah sakit  tidak  mengharapkan  pendapatan  yang  tinggi,  tetapi  memang  sesungguhnya
untuk penciptaan image rumah sakit tersebut dalam pelayanan kesehatan. g.
Market Skimming Penetapan tarif ini bertujuan untuk meraih volume besar. Biasanya dipasang tarif
tinggi  pada  permulaan,  kemudian  perlahan-lahan  diturunkan.  Persyaratan  untuk dapat dilaksanakannya market skimming hádala:
1. Pasar sangat price sensitive, atau pasien cukup sensitif terhadap harga.
2. Biaya  produksi  dan  distribusi  tidak  bervariasi  besar,  sehingga  tarif  dapat
ditekan ketingkat yang terjangkau pasien dalam volume besar. Kemungkinan  pesaing  masuk  dalam  waktu  singkat  sangat  kecil  sebab  adanya
hambatan-hambatan  yang cukup besar seperti perlunya hak paten, investasi yang besar,  adanya  kontrol  kualitas  pelayanan,  serta  biaya  promosi.  Dengan  harga
terendah, diharapkan penetrasi menjadi lebih mudah. Persyaratan dapat dilaksanakannya siasat penetrasi pasar ini adalah:
1. Pasar sangat price sentive, atau pasien cukup sensitif terhadap harga.
2. Biaya  produksi  dan  distribusi  turun  dengan  cepat  bilamana  produksi
dinaikkan atau volume bertambah LPPM, 1996.
Universitas Sumatera Utara
2.10.4. Strategi Penetapan Tarif
Dasar strategi penetapan tarif adalah antara lain: a.
Berorientasi kepada biaya Penetapan  tarif  biasanya  dilakukan  berdasarkan  biaya  ditambah  mark-up  yaitu
dilebihkan  dari  biaya  yang  dikeluarkan.  Strategi  ini  banyak  digunakan  karena sifatnya  lebih  pasti  daripada  berdasarkan  kebutuhan  Gani,  1992a.  Penetapan
tarif dengan cara ini dianggap wajar oleh konsumen dan persaingan. b.
Berorientasi kepada kebutuhan Penetapan tarif lebih menekankan kebutuhan dari pada biaya dan harga ditetapkan
berdasarkan preferensi pasien terhadap produk tersebut. Bentuk strategi ini adalah diskriminasi  harga  tetap  produk,  atau  waktu  layanan.  Untuk  melaksanakan
strategi  ini,  perlu  diidentifikasi  segmen  pasar  yang  sensitif  terhadap  perubahan harga.  Masalahnya  dalam  pelayanan  kesehatan  dengan  mekanisme  pembayaran
out-of-pocket,  walaupun  terjadi  perubahan  harga,  prioritas  utama  adalah  pada aspek kuratifnya dan persepsi bahwa mutu simetris dengan harga. Ada uang  ada
pelayanan berkualitas. c.
Berorientasi kepada pesaing Penetapan tarif ini tidak berorientasi pada biaya  ataupun permintaan-permintaan,
tetapi  menetapkan  tarif  apakah  di  atas,  di  bawah  atau  dengan  tarif  pesaing. Bentuk  strategi  adalah  dengan  menghitung  rata-rata  antarpesaing  average  rate
imitative  pricing.  Hal  ini  disebabkan  kesulitan  dalam  menghitung  biaya  satuan
Universitas Sumatera Utara
atau  kecenderungan  pembagian  pasar  antarpesaing  untuk  mendapatkan penghasilan yang adil.
d. Berdasarkan pembayaran maksimal
Penetapan  tarif  ini  dilakukan  berdasarkan  batas  atas  yang  mampu  dibayar  pihak ketiga. Sebenarnya cara ini merupakan bentuk penyimpangan dari penetapan tarif
berdasarkan  permintaan  dan  seringkali  mencerminkan  keinginan  prodiver  untuk mendapatkan penghasilan lebih banyak secara sepihak Trisnantoro, 1994.
2.10.5. Langkah-langkah Penetapan Tarif
Dalam  penetapan  tarif  rumah  sakit  mungkin  tidak  selalu  dapat  melakukan analisis  biaya  dengan  satu  metode  tertentu,  karena  perlu  berbagai  faktor  atau
modifikasi  yang  memerlukan  judgement  tersendiri.  Di  bawah  ini  akan  diuraikan langkah-langkah penentuan tersebut:
a. Tahap analisis biaya satuan unit cost
Setiap produk layanan baik yang homogen dan produk heterogen perlu dianalisis besaran biaya satuannya. Produk layanan rumah sakit ada dua jenis yaitu produk
layanan  homogen  dan  produk  layanan  heterogen.  Untuk  produk  layanan  yang homogen dapat dihitung langsung besarannya dengan memperhatikan total biaya,
kapasitas,  dan  output  layanan.  Sedangkan  untuk  produk  layanan  yang  heterogen dilakukan  penghitungan  dan  pembobotan  Relative  Value  Unit  RVU.  Untuk
hemodialisis yang homogen, tidak perlu dilakukan perhitungan RVU.
Universitas Sumatera Utara
Analisis biaya ini menghasilkan daftar biaya satuan untuk berbagai produk rumah sakit.  Pada  rumah  sakit  yang  mendapatkan  subsidi,  maka  produk-produk  yang
mendapatkan subsidi tersebut nilai biaya satuan pelayanan perlu dikurangi dengan elemen biaya yang disubsidi Shuver et al, 1995.
b. Perkiraan  posisi  pendapatan  impas  break  even  dengan  biaya  satuan  tanpa
subsidi silang. Kondisi ini dikenal sebagai kondisi impas jika keadaan posisi di mana pendapatan
menyamai  biaya.  Perhitungan  jumlah  pendapatan  diawali  dengan  perkiraan tingkat utilisasi untuk masa mendatang, berdasarkan tingkat utilisasi pada tahun-
tahun  sebelumnya.  Angka-angka  tersebut  dikalikan  dengan  tarif  yang  nilainya sama  dengan  biaya  satuan.  Hasilnya  adalah  pendapatan  per  tahun  yang  akan
dihasilkan  setiap  unit  produktif  revenue  centres  atau  jumlah  total  pendapatan tanpa subsidi kemudian dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
c. Penentuan tingkat pendapatan yang diinginkan
Tahap  berikutnya  rumah  sakit  dapat  menentukan  jumlah  pendapatan  yang  perlu diperoleh  untuk  tahun  mendatang,  agar  dapat  memberi  insentif  tenaga  medis,
insentif  tenaga  penunjang,  mendanai  biaya  perbaikan  dan  pemeliharaan  fisik pelayanan  dan  sebagainya.  Untuk  itu,  disusun  dulu  distribusi  biaya  menurut
masing-masing  unit  produksi,  dengan  mempertimbangkan  proyeksi  utilisasi pelayanan dari setiap unit yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
d. Alternatif tarif dengan subsidi dan tingkat yang diinginkan
Dari  hasil  tahap  ketiga  tersebut  barulah  dapat  ditentukan  tarif  di  masing-masing unit.  Besar  tarif  adalah  berdasarkan  biaya  satuan,  ditambah  rata-rata  beban  jasa
medis + dana insentif + dana lainnya dibagi perkiraan jumlah pelayanan di tahun mendatang. Pada tahap ini sudah dapat dilakukan subsidi silang dan dapat dilihat
pengaruh tingkat utilisasi terhadap besarnya beban dana tambahan. Bila suatu unit produksi  utilitasnya  rendah  maka  besar  dana  tambahan  harus  tinggi,  sehingga
perhitungan tarif menjadi melambung. e.
Tarif dengan pertimbangan kemampuan membayar Setelah  tahap  keempat  dilakukan  akan  diperolah  daftar  tarif  sementara.
Selanjutnya dilakukan analisis kemungkinan tingkat utilitas yang akan terjadi bila tarif  sementara  tersebut  diberlakukan.  Secara  teoritis  peningkatan  tarif  akan
menurunkan  demand,  tetapi  untuk  pelayanan  rumah  sakit,  apalagi  yang  bersifat emergency, tingkat utilitas diperkirakan bersifat inelastis terhadap perubahan tarif
Gani, 1992a.
2.11. Landasan Teori
Teknik  analisis  biaya  satuan  umumnya  dikenal  4  empat  metode  yang dikembangkan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Simple Distribution Method
Sesuai  dengan  namanya,  tehnik  ini  sangat  sederhana,  yaitu  melakukan  distribusi biaya-biaya  yang  dikeluarkan  di  pusat  biaya  penunjang,  langsung  ke  berbagai
pusat  biaya  produksi.  Distribusi  ini  dilakukan  satu  persatu  dari  masing-masing pusat  biaya  penunjang.  Tujuan  distribusi  dari  suatu  unit  penunjang  tertentu  unit-
unit  produksi  yang  relevan,  yaitu  yang  secara  fungsional  diketahui  mendapat dukungan dari unit penunjang tertentu tersebut.
Kelebihan  cara  adalah  kesederhanaannya  sehingga  mudah  dilakukan.  Namun kelemahannya  adalah  asumsi  bahwa  dukungan  fungsional  hanya  terjadi  antara
unit  penunjang  dengan  unit  penunjang  bisa  juga  terjadi  transfer  jasa,  misalnya direksi  yang  mengawasi  unit  dapur,  unit  dapur  yang  memberi  makan  kepada
direksi dan staff tata usaha dan lain-lain. b.
Step Down Method Untuk  mengatasi  kelemahan  simple  distribution  method  tersebut,  dikembangkan
metode distribusi anak tangga. Dalam metode ini, dilakukan distribusi biaya unit penunjang kepada unit penunjang lain dan unit produksi. Caranya, distribusi biaya
dilakukan  secara  berturut-turut,  dimulai  dengan  unit  penunjang  yang  biasanya terbesar.  Biaya  unit  penunjang  tersebut  didistribusikan  ke  unit-unit  lain
penunjang  dan  produksi  yang  relevan.  Setelah  selesai  dilanjutkan  dengan distribusi  biaya  dari  unit  penunjang  lain  yang  biayanya  nomor  dua  terbesar.
Proses  ini  terus  dilakukan  sampai  semua  biaya  dari  unit  penunjang  habis didistribusikan  ke  unit  produksi.  Perlu  dicatat  dalam  metode  ini  biaya  yang
Universitas Sumatera Utara
didistribusikan  dari  unit  penunjang  kedua,  ketiga,  keempat  dan  seterusnya mengandung  dua  elemen  biaya  yaitu  asli  unit  penunjang  yang  bersangkutan
ditambah biaya yang ia terima dari unit penunjang lain. Kelebihan metode ini adalah sudah dilakukannya distribusi dari unit penunjang ke
unit  penunjang  lain.  Namun  distribusi  ini  sebetulnya  belum  sempurna,  karena distribusi tersebut hanya terjadi  satu arah, seakan-akan fungsi tunjang menunjang
antara  sesama  unit  penunjang  hanya  terjadi  sepihak.  Padahal  dalam  kenyataan, bisa  saja  hubungan  tersebut  timbal  balik.  Misalnya  bagian  umum  melakukan
pemeliharaan alat-alat dapur dan sebaliknya dapur memberi makanan staff bagian umum.
c. Double Distribution Method
Dalam  metode  ini,  pada  tahap  pertama  dilakukan  distribusi  biaya  yang dikeluarkan  di  unit  penunjang  lain  dan  unit  produksi.  Hasilnya  sebagian  unit
penunjang  sudah  didistribusikan  ke  unit  produksi,  akan  tetapi  sebagian  masih berada  di  unit  penunjang.  Artinya,  ada  biaya  yang  tertinggal  di  unit  penunjang,
yaitu  biaya  yang  diterimanya  dari  unit  penunjang  lain.  Biaya  yang  masih  berada di  unit  penunjang  ini  dalam  tahap  selanjutnya  didistribusikan  ke  unit  produksi,
sehingga  tidak  ada  lagi  biaya  yang  tersisa  di  unit  penunjang.  Karena  metode  ini dilakukan dua kali distribusi biaya, maka metode ini dinamakan metode distribusi
ganda.  Kelebihan  meode  ini  sudah  dilakukan  distribusi  dari  unit  penunjang  ke unit  penunjang  lain,  dan  sudah  terjadi  hubungan  timbal  balik  antara  unit
Universitas Sumatera Utara
penunjang  dengan  unit  penunjang  lain  secara  fungsional.  Metode  ini  merupakan metode  yang  terpilih  unuk  analisis  biaya  puskesmas  maupun  rumah  sakit
di Indonesia Gani, 1996. d.
Multiple Distribution Method Dalam metode ini, distribusi biaya dilakukan secara lengkap, yaitu antara sesama
unit  penunjang,  dari  unit  penunjang  ke  unit  produksi,  dan  antara  sesama  unit produksi.  Tentu  saja  distribusi  antara  unit  tersebut  dilakukan  kalau  memang  ada
hubungan  fungsional  antarkeduanya.  Jadi  dapat  dikatakan  bahwa  multiple distribution method pada dasarnya adalah double distribution method plus alokasi
antara  sesama  unit  produksi.  Sebagai  misal,  antara  unit  neonatologi  dengan kebidanan ada distribusi biaya, oleh karena bisa terjadi spesialis neonatologi harus
membantu  bagian  kebidanan  manakala  menghadapi  kelahiran  dari  ibu  dengan kelainan jantung. Demikian juga, akan ada alokasi dari bagian jantung ke bagian
kebidanan  oleh  karena  untuk  kelahiran  semacam  itu  diperlukan  jasa  ahli  jantung di bagian kebidanan. Dari ilustrasi tersebut jelas tampak bagaimana kompleksnya
multiple  distribution  method  ini.  Perhitungan  sulit  dilakukan  oleh  karena diperlukan catatan hubungan kerja antara unit-unit produksi yang sangat banyak.
Dalam  praktek  tehnik  ini  sangat  jarang  dilakukan.  Sejauh  ini  yang  lazim dipergunakan adalah double distribution method.
Universitas Sumatera Utara
2.12. Kerangka Pikir